Satu kali lagi?

1.6K 196 4
                                        

Teman yang baik adalah Dia yang membantumu untuk selalu mengingat Allah dan mengingatkanmu ketika kamu melupakan Allah.

🥀🥀🥀

Arum menyelinap masuk ke dalam kamar Putri, semua lemari yang ada di kamar Putri Arum buka, Arum gelisah, tangannya gemetaran sambil mencarinya, ia tidak kuat menahan dirinya, Arum hilang kendali.

"ARUM" Putri berdiri di depan pintu

"Mana kalungku Put kamu menyembunyikannya di mana? Aku membutuhkan itu Put"

"Istighfar Arum! Kamu tidak akan menemukannya. Kamu pasti gak minum obat kan?"

"Putri mana obat itu" Arum terus mencarinya di tumpukkan baju yang ada di lemari Putri

Putri melangkah menuju kamar Arum, lalu ia mengambil obat dan secangkir air yang ada di atas meja di kamar Arum. Putri kembali ke kamarnya, Arum belum juga berhenti mencarinya.

"Arum minum obat dulu"

"TIDAK! Aku mau obat itu" Arum sudah kehilangan kendali.

"Arum minum obat ini, aku mohon, minumlah" Perlahan Putri mendekati Arum.

"Kembalikan kalung aku Put"

"Katanya sudah tidak mau lagi"

"Sekali ini saja, nanti aku berhenti"

"Minumlah obat ini Rum, manfaatnya sama saja"

"Tidak!"

"Arum, yang kamu butuhkan obat ini, bukan obat itu, aku mohon minum ya, demi kamu, demi aku, kamu butuh obat ini Arum" Putri menyodorkannya.

Arum menatap Putri dengan tatapan tajam.

"Kalau kamu memakai itu lagi, artinya usaha kita selama satu bulan ini gagal, aku sayang kamu Arum, aku tidak ingin kamu kembali ke sana, aku ingin kamu berhenti dan hidup normal" Putri terisak menangis.

Arum mendekati Putri, kemudian ia mengusap kepala Putri. Tingkah Arum saat ini beda dengan Arum yang biasanya, saat ini mentalnya kembali terganggu.

"Jangan nangis, nanti aku nangis juga" ucap Putri berbicara seperti anak kecil

"Aku akan berhenti nangis, asal kamu mau minum obat" ucap Putri

Arum mengangguk setuju

"Ini" Arum mengambil obat yang ada ditangan Putri. Ia langsung meminumnya,  obat itu adalah salah satu cara agar Arum tenang dan membantu menghilangkan efek buruk obat yang pernah Arum hirup itu.

"Kamu harus rajin meminum obat ini, ini demi kebaikan kamu Arum" Putri mengusap lembut tangan Arum, syukurnya Putri sabar dan sudah biasa menghadapi sifat Arum yang sering berubah-ubah.

🥀🥀🥀

Arum terdiam menatap dua orang yang baru saja memasuki kafe itu, orang itu terlihat bahagia, Arum menduga dua orang itu couple. Pria itu melambaikan tangannya, memanggil Arum.

Arum menghampirinya, sebenarnya jika pria itu tidak memanggilnya, mungkin ia tidak ingin menemui mereka.

"Pak Alif mau apa?"

"Seperti biasa ya, rasa vanilla. Kamu mau apa?" tanya Alif pada seseorang yang ada di sampingnya.

"Vanilla" jawabnya

"Ada lagi Pak?" tanya Arum

"Itu saja"

"Tunggu ya Pak" Arum melangkah pergi meninggalkan meja nomer 21

"Vanilla dua" ucap Arum

"Vanilla? Apa jangan-jangan Pak Dosen Rum?" tanya Fia yang sudah menduganya

"Iya Kak"

"Lama gak keliatan ya"

"Iya Kak, lama gak keliatan, sekali datang bawa pasangan Kak" jawab Arum

"Pasangan? Yah...gagal dong, padahal Kakak mau kenalan dengan dia"

"Ya Allah Kak, sudah tiga tahun dia sering mampir ke kafe, Kak Fia baru mau kenalan".

"Segan Rum"

Arum tersenyum mengingat Alif dengan seorang wanita itu, jika benar mereka couple itu satu hal yang Arum syukuri.

Beberapa menit kemudian, setelah kopi itu jadi, Arum kembali menuju meja nomer 21 itu, Arum memasang senyuman manis.

"Ini Pak"

"Makasih Rum"

"Sama-sama Pak. Lama Pak Alif tidak ke sini"

"Iya, soalnya saya sibuk. Ternyata kamu masih bekerja di sini?"

"Iya Pak, walaupun sudah jadi sarjana, rasanya sayang kalau harus melepaskan pekerjaan ini sudah nyaman bekerja di sini" jawab Arum sambil tersenyum manis

"Saya permisi dulu ya Pak" ucap Arum

"Iya"

Arum menuju meja kosong, ia mengambil cangkir-cangkir yang ada di meja itu. Kemudian ia melap meja yang terlihat basah.

"Hai"

"Ya Allah Dokter ngagetin"

"Maaf-maaf"

"Datang lagi Dokter. Gak bosan ketemu saya?" tanya Arum sambil melap meja.

Danish duduk di kursi yang ada di samping Arum.
"Gak, saya ke sini karena mau minum kopi"

"Oh siapa tau mau ketemu saya"

"Ge'er. Obat jangan lupa di minum"

"Ya Allah saat seperti ini Dokter masih saja mengingatkan saya"

"Iya lah saya ingin kamu sembuh!"

Arum menatap Danish sambil tersenyum kearah nya.
"Terimakasih Dok, sampai sekarang Dokter sudah banyak membantu saya" Arum menarik kursi lalu duduk di depan Danish

"Itu sudah menjadi tugas dan kewajiban saya"

"Fatma sini" ucap Arum

"Iya, ada yang bisa saya bantu" ucapnya

Arum tertawa mendengarnya.
"Kamu ini, seperti tamu aja aku ya? Nih bikinkan mocha ya"

"Mbak tidak mau?"

"Sejak kapan manggil aku Mbak?"

"Bercanda kok. Tunggu ya Pak" ucap Fatma pergi meninggalkan mereka

"Ekhem yang lagi berduaan"

"Duduk sebentar kok, lagian sepi"

"Iya tidak masalah, lanjutkan" ucap teman Arum yang sedang mengambil cangkir di meja samping mereka.

"Pulangnya jam berapa?" tanya Danish

"Jam sepuluh"

"Wow...malam banget"

"Iya, gitulah resiko shift malam, tapi saya sudah terbiasa pulang jam segitu"

"Kenapa tidak mau cari kerjaan yang lain?"

"Susah Dok, Putri saja sampai sekarang belum dapat kerja"

"Bener sih, sekarang memang susah mencari pekerjaan" ucap Danish

Tanpa Arum sadari, seseorang yang tidak jauh darinya, dari tadi memperhatikan Arum yang sedang asik ngobrol dengan Danish, seseorang itu sebenarnya merindukan Arum sangat merindukannya.

Luangkan waktu untuk memberikan vote dalam cerita ini, agar saya rajin publikasi, terimakasih  🤗🤗🤗
.
.
.
.
Votenya sudah?
.
.
See you next part

Part akan di lanjutkan jika votenya tembus 40
.
.

ARUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang