Kepastian

699 80 10
                                    

Hari mingguku berlalu dengan pikiranku yang terus melayang kepada Itachi-sensei. Berulang kali aku mencoba untuk menepisnya. Tapi hatiku tidak mau berkompromi. Aku merindukannya.

Aku sedang berbaring di sofa sambil menonton televisi di ruang tengah, ketika handphone-ku berbunyi. Dari nomor yang tidak dikenal. Aku mengangkatnya.

"Moshi moshi.."

"Hai Sakura.."

Aku bisa mengenal suara ini. Aku langsung terduduk dari posisi berbaring.

"..."

"Sakura..kau disana? Ah maaf, kau tau ini aku kan? Aku Itachi"

"Ah iya, ada apa sensei?" jawabku yang mencoba menahan detak jantungku yang tidak karuan.

"Aku mau mengajakmu keluar sebentar. Apa kau bisa?"

"Itu..aku.." Aku menggigit bibir bawahku. Aku hanya tidak sanggup jika harus bertemu dengannya setelah kejadian tadi malam.

"Aku mohon, sebentar saja. Ada hal yang harus aku katakan padamu,"

"Baiklah.."

"Aku akan segera menjemputmu,"

"Oke"

#

Setelah Itachi menjemputku ke rumahku, dia segera membawaku ke sebuah restoran. Kami memesan makanan. Namun sudah seperempat jam lamanya, makanan itu tidak juga kami sentuh. Sejak saat dia menjemputku, aku hanya menunduk. Dan dia juga tidak banyak bicara.

Aku memberanikan diri untuk meliriknya sedikit. Dan betapa kagetnya aku ketika mendapati ternyata dia menatapku. Apa dia menatapku sedari tadi?

"Apa kau merasa tidak nyaman denganku karena kejadian tadi malam?" tanyanya.

Bagaimana aku mengatakannya? Aku tidak yakin apakah yang aku rasakan saat ini adalah rasa ketidaknyamanan.

"Maafkan aku," ujarnya seraya menghela nafas.

Itachi mengambil sumpitnya dan segera memakan makanan yang tadi dia pesan. Raut wajahnya terlihat datar. Dia seperti memikirkan sesuatu.

Aku juga segera memakan makananku. Hening. Tidak ada diantara kami yang berbicara. Padahal tadi dia bilang ingin mengatakan sesuatu.

Setelah beberapa saat, Itachi menaruh sumpitnya. Dia tidak menghabiskan makanannya.

"Sakura.." panggilnya.

Aku segera menghentikan makanku. Aku mengangkat kepalaku dan mataku langsung bertatapan dengan mata hitamnya.

"Apa kau menyukaiku?" tanyanya.

"Tidak," jawabku setelah beberapa saat berpikir.

"Begitukah? Aku sempat ragu, karena tadi malam kau membalas ciumanku. Aku pikir kau juga menyukaiku. Ternyata tidak ya" ujarnya sambil tersenyum.

Perkataannya seperti menghujam dadaku. Aku membalas ciumannya tadi malam, aku juga tidak mengerti kenapa aku melakukan itu.

"Apa suatu saat kau akan menyukaiku?" tanyanya lagi.

Pertanyaannya sedikit membuatku bingung. Kenapa dia bertanya suatu saat? Apa yang ingin dia lakukan?

"Aku tidak tau. Kenapa sensei menanyakan itu kepadaku?"

"Aku hanya ingin mendengar jawaban darimu, agar aku bisa mengambil keputusan," jawabnya.

"Keputusan apa?"

"Kau akan mengetahuinya nanti. Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku. Apakah suatu saat nanti kau bisa menyukaiku?" tanyanya sekali lagi.

Aku menyukainya. Aku sudah menyukainya. Dan aku sangat menyukainya. Tapi aku sudah bertekad untuk tidak lagi berhubungan dengan Uchiha. Tapi kenapa perasaanku selalu luluh dengan Uchiha. Pertama Sasuke, kedua dengan kakaknya? Akal sehatku berkata itu adalah hal yang akan menimbulkan masalah. Aku harus mengorbankan perasaanku.

"Mungkin tidak," jawabku dengan suara yang sedikit bergetar.

Aku melihat Itachi yang menghela nafas. Dia tersenyum. Tangannya bergerak ke puncak kepalaku dan mengusapnya pelan.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih. Maaf jika perasaanku menjadi beban buatmu. Aku akan berusaha untuk menghilangkannya, jadi kau tidak perlu merasa terbebani olehku lagi" ujarnya.

Aku merasakan sesak di dadaku. Dia akan berusaha menghilangkan perasaannya kepadaku? Kenapa rasanya jadi menyakitkan? Dan kenapa dia tiba-tiba mengatakan itu setelah dia membuatku menyukainya? Dia seperti orang yang mudah menyerah. Tapi bukankah seharusnya memang begitu? Aku menjadi bingung sendiri dengan keputusanku.

"Apa kau mau ke tempat lain setelah ini?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Baiklah, aku akan segera mengantarmu pulang"

#

Itachi langsung pamit kepadaku setelah mengantarku dengan selamat sampai rumah. Aku terus menatap mobilnya yang terus menjauh. Air mataku jatuh begitu saja tanpa perintah. Aku terus-terusan menghapusnya dengan punggung tanganku, tapi air mataku tetap mengalir. Dadaku menjadi semakin sesak.

Aku mengambil keputusan yang benar kan?Dan seharusnya aku tidak boleh mengizinkan rasa penyesalan datang.

-#



Tbc...


Konflik yang sesungguhnya baru akan dimulai guys!!1!1!1

Alur ceritanya memang sedikit lambat sih.... ditambah pula updatenya molor banget ya kan jadi lama gini wkwk😅 *gampar authornya*

Kira-kira kapal siapa yang akan berlayar nanti? ItaSaku/SasuSaku??

Yak nantikan part2 selanjutnya karena ceritanya masih akan panjaaaaang bet wkwkwk. Jangan bosan dulu ya sama ceritanya😋

Love
Author♥️


Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang