Kisah Kelanjutan

846 74 27
                                    

Sejak hari itu, hari dimana pertemuanku dengan Itachi, aku mulai sangat jarang bertemu dengannya. Dia sibuk mengurus perusahaannya. Dan aku sudah kembali ke sekolah, sibuk dengan persiapan untuk masuk perguruan tinggi dengan mengikuti beberapa les. Sudah terhitung 2 bulan aku tidak lagi melihat wajahnya. Sesekali mengirim pesan atau telfon. Tapi dalam interval waktu yang jauh. Dia sangat sibuk sampai chat-ku 2 hari lalu bahkan belum di baca.

Sekarang aku sedang duduk di meja belajarku usai mengerjakan tugas sekolah dan les. Aku menatap ponselku, melihat chat ku yang tak kunjung dibaca olehnya. Aku menopang daguku seraya menghela nafas. Aku rasa memang begini  berpacaran dengan anak konglomerat, yang sebentar lagi akan menjadi penerus perusahaan ternama itu.

Aku menyandarkan punggungku di senderan kursi ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Ketika menanyakan siapa, tidak ada suara yang terdengar. Aku berjalan ke arah pintu dan membuka pintu.

Ingin sekali rasanya membanting pintu ini ke wajahnya. Dia bahkan tidak membaca chat ku dan sekarang tiba-tiba muncul di pintu kamarku.
Aku berencana akan menutup pintu tapi dia cukup gesit dan sekarang sudah masuk ke dalam kamarku dengan senyum menyebalkan di wajahnya. Dasar Uchiha.

"Kenapa kau mau menutup pintunya? apa kau mau mengusirku setelah aku berjuang untuk menemuimu hari ini?" tanya pria dengan stelan jas bermerk yang terlihat mahal itu.

Aku tidak menjawab. Aku memalingkan muka darinya dan menyilangkan kedua tanganku di depan dada dengan wajah cemberut. Menyebalkan sekali. Dia datang dengan pakaian rapi begitu, aku terlihat seperti gembel dihadapannya. Padahal dia bisa menghubungiku agar aku bisa bersiap-siap.

Aku mendengar helaan nafas pelan, Itachi bergerak mendekat dan memelukku dengan dengan lembut. Lalu mencium pipiku sekilas. Wajahku memerah.

"Maafkan aku, aku sangat kangen. Makanya aku langsung datang ke sini," ujarnya masih memelukku.

"Kau harusnya menghubungiku kalau mau kesini," ujarku yang tidak menolak dipeluk olehnya.

"Kau tidak kangen padaku?" tanyanya.

Aku mengangguk di dalam pelukannya. Itachi melepas pelukannya, dan kini menatap wajahku. Wajahnya semakin mendekat. Ketika merasakan hembusan nafasnya, aku menutup mata. Tapi..

"Sakura, ada- ups" Ibuku menyelonong masuk ke kamarku.

Aku dan Itachi langsung menjauh satu sama lain ketika itu. Sementara ibuku menatap kami berdua bergantian.

"Pffft haha dasar anak muda. Sebaiknya sabar dulu, ada temanmu di bawah yang mencarimu," ujar ibuku. Lalu menatap Itachi sekilas dengan senyum tipis, dan setelah itu berbalik keluar dari kamarku.

Aku melirik Itachi perlahan. Itachi juga melakukan hal yang sama. Hingga pandangan kami bertemu, kami langsung mengalihkan pandangan. Aku mengusap tengkuk-ku dengan canggung.

"Uhm sebaiknya aku menemui temanku dulu," ujarku lalu bergegas keluar dari kamar meninggalkan Itachi disana.

---

Bersama Shikamaru dan Ino, kami membahas proyek sains yang ditugaskan kepada kami untuk nilai tambahan. Jika proyek ini berhasil kami menangkan, maka ada kemungkinan kami bisa mendapatkan beasiswa untuk masuk ke Universitas. Setiap siswa di kelas 3 membuat proyek masing-masing dengan 3 anggota. Dan aku mendapatkan kelompok ini.

Aku menyelesaikan diskusi dengan mereka hingga cukup larut. Akhirnya mereka pulang. Sampai aku lupa bahwa Itachi ada di kamarku. Aku bergegas kembali ke kamar. Ketika membuka pintu kamar aku mendapati Itachi yang tertidur di kasurku.

Aku menghampirinya, lalu duduk disamping tubuhnya yang terlelap dengan damai. Ku perhatikan wajahnya yang putih. Dia pasti lelah sekali hari ini. Dia bergerak pelan, sepertinya kurang nyaman dengan dasi yang masih terpasang ketat di lehernya.

Aku meraih dasinya, mencoba melonggarkannya agar dia bisa sedikit lebih nyaman. Tapi tanganku terhenti oleh tangannya yang tiba-tiba menggenggam tanganku. Aku refleks melepaskan tanganku darinya dan segera berdiri.

"Kenapa?" tanyanya seraya bangkit dari posisi tidurnya.

"Ah..tidak.." jawabku sambil mengalihkan pandangan darinya. Takut dia berpikir macam-macam dengan apa yang aku coba lakukan tadi.

"Apa yang kau coba lakukan tadi?" tanyanya seperti membaca pikiranku.

"A..aku cuma mau melonggarkan dasimu saja, tadi kau terlihat tidak nyaman," jawabku.

Aku meliriknya sebentar, dan mendapatinya yang sedang tersenyum. Kenapa dia tersenyum begitu?

Itachi meraih tanganku, lalu menarikku hingga aku terduduk di pangkuannya. Kini aku sudah berada di pangkuannya, dengan kedua tangan Itachi yang melingkar di pinggangku, dan wajah kami yang sangat dekat.

"Sakura.." panggilnya sambil menatap mataku.

Aku balas menatap matanya, seakan terhipnotis dengan mata kelamnya itu. Dan tanpa aku sadari, kini bibir kami telah bertemu. Lumatan kecil Itachi berikan dalam ciumannya, sebelum ia melepasnya dan kembali menatapku.

Sekarang dia bergerak memelukku, dan memposisikan kepalanya tepat di leherku. Sehingga aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Itachi memelukku erat. Aku tidak tau apa yang terjadi dengannya, tapi aku membiarkannya melakukan itu.

"Aku sangat lelah," ujarnya kemudian, dengan diiringi helaan nafas berat.

Aku mulai khawatir dengannya. Aku balas memeluknya. Aku usap punggungnya perlahan. Aku merasa ada beban berat yang sedang ditanggungnya saat ini.

"Apa ada masalah?" tanyaku.

"Hariku di perusahaan semakin berat, dan keluargaku terus menekanku. Aku hanya merasa lelah. Terlebih, kebencian Sasuke terhadapku semakin bertambah, " jelasnya.

"Tenang, aku ada disini untukmu" ujarku sambil terus mengusap punggungnya.

Itachi mengeratkan pelukannya. Aku membiarkannya. Aku rasa memang ini yang dia butuhkan sekarang.

"Sakura, aku ingin menikahimu," ujarnya lagi.

Kali ini perkataannya benar-benar mengagetkanku, sehingga aku langsung melepaskan pelukanku dan menatap Itachi yang terlihat sedang tidak bercanda.

"Menikahiku?" tanyaku memastikan kalau aku tidak salah dengar.

Itachi mengangguk sambil terus menatapku. Aku tidak bisa membaca ekspresinya itu.

"Aku ingin menikahimu, Sakura" ujarnya sekali lagi.

"Ta..tapi"

"Kau tidak mau menikah denganku?" tanyanya.

"Bukan begitu, tapi..aku masih SMA"

"Aku tau. Kau juga mempunyai cita-cita. Aku tidak mau menghalangi itu. Tapi, aku pasti akan menikahimu,"

"Kapan?" tanyaku.

"Mungkin setelah kau lulus?"

"APA?!" teriakku sambil berdiri dari pangkuannya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Itu terlalu cepat," protesku.

"Aku bercanda," ujarnya kemudian yang membuatku melongo.

"Kau ini-" aku hendak memukulnya tapi Itachi bisa menahannya.

"Tapi kau harus bertunangan denganku setelah lulus, okay? Baiklah sepertinya ini sudah sangat malam. Aku harus pergi. Aku senang bisa melihatmu hari ini." Itachi mengecup bibirku singkat lalu keluar dari kamarku dengan cepat.

Aku terdiam di tempat sambil melihat kepergianya. Perkataan Itachi membuatku mengelus dada. Jantungku bisa berolahraga begini hanya dengan ucapannya. Menikah? Apa benar semuanya akan terjadi seperti yang dikatakannya?










Tbc

Halo minna~
Berjumpa lagi dengan Author disini. Bagaimana kabarnya. Ohoho baik kan?

Jangan lupa tinggalkan jejak di vote dan komen okay.

Love you all😘










Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang