Terluka

500 68 4
                                    

Pada awalnya, aku berpikir tidak apa-apa jika Itachi mengantarku pulang sampai ke rumah. Tapi setelah sampai di depan gerbang rumahku, aku menyesalinya. Lebih baik tadi aku pulang sendiri. Karena saat sampai di rumahku, aku melihat Sasuke yang sudah berdiri di depan pagarku.

Matanya menuju ke arah kami yang baru datang. Tatapan dinginnya seolah menusuk kaca mobil Itachi. Aku melihat ke arah Itachi. Itachi juga sepertinya terkejut saat melihat adiknya sudah berada di rumahku. Apa yang akan terjadi? Ini adalah sesuatu yang paling aku takutkan selama ini.

Aku segera keluar dari mobil. Menghampiri Sasuke. Wajahnya terlihat sangat marah. Tatapannya menatap lurus ke arah Itachi yang masih berada di dalam mobilnya.

"Kenapa kau bisa bersama si brengsek itu?" tanya Sasuke tanpa menatap ke arahku. Nada suaranya terdengar sangat dingin dan dipenuhi dengan rasa amarah yang ditahan.

"Itu mengenai aku yang masuk ke kolam renangmu saat acara tunangannya. Dia menunjukkan video CCTV orang yang mendorongku," jelasku.

Dalam hitungan detik Sasuke meraih tangan kananku dan menariknya ke arah tubuhnya. Membuat tubuhku terbentur dengan dadanya. Wajah Sasuke dekat sekali dengan wajahku. Onyxnya langsung menatap mataku dengan tajam. Aku bisa merasakan tatapan mengintimidasi itu. Untuk pertama kalinya aku melihat Sasuke begini.

"Aku juga bisa menunjukkan itu padamu. Kenapa harus bersama dia?" ujarnya.

Aku bisa melihat dengan ekor mataku bahwa Itachi telah keluar dari mobilnya dan mendekat ke arah kami.

Aku meraih tangan Sasuke yang mencengkram tanganku menggunakan tangan kiriku. Lalu melepaskannya dengan sekuat tenaga.

"Cukup Sasuke!!" Teriakku sambil menjarak darinya.

Sasuke menatapku datar. Aku benar-benar tidak bisa mencintai Sasuke kembali. Temperamennya semakin lama semakin memburuk. Aku tidak tau apa yang membuatnya seperti ini.

"Ayo putus," ujarku sambil menatap tepat di matanya.

Ada raut kaget dari wajahnya. Seketika itu juga raut kemarahan kembali terpancar dari wajah tampannya.

"Kenapa? Kau menyukai laki-laki lain? Apa orang yang kau ceritakan waktu itu adalah dia?" tanya Sasuke sambil menunjuk Itachi yang berjarak tidak jauh dari kami.

"Ukh.." Aku tercekat. Aku tidak tau harus mengatakan apalagi. Hal yang aku kira bisa aku cegah, ternyata tak mampu aku lakukan.

"Ooh ternyata memang benar ya. Kau menyukai kakakku," Sasuke tersenyum singkat. Sorot matanya seakan menelan kekecewaan.

"Hahaha" Tiba-tiba suara tertawa pelan terdengar dari mulut Sasuke.

"Aku ternyata sebodoh itu. Ya kan Aniki?Kau menipuku dengan alasan membantuku. Kau bahkan mau mengambil gadis yang aku cintai juga setelah semua yang kau dapatkan. Apa kau bahkan memikirkan perasaan Izumi?" ujar Sasuke sambil menatap tajam ke arah Itachi.

Aku menunduk. Aku bisa merasakan betapa terlukanya hati Sasuke dari kata-katanya. Sementara Itachi tidak berkata sepatah kata pun. Hanya berdiri membatu di tempatnya.

Dari kejauhan aku mendengar derap langkah orang yang berlari. Aku menoleh dan melihat Nii-chan yang berlari ke arah kami dengan kantong belanjaan di tangannya. Sepertinya dia baru pulang dari supermarket.

"Ada apa ini?" tanya Nii-chan sambil menatap kami satu persatu saat sudah sampai di hadapan kami.

Sasuke berbalik ke arah mobilnya dan pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Nii-chan tampak bingung karena Sasuke tiba-tiba pergi begitu saja dan kami hanya terdiam.

Tanganku mengepal erat. Aku benar-benar merasa buruk sekarang. Aku menjadi penyebab rusaknya hubungan kakak beradik ini. Seharusnya aku tidak hadir dalam kehidupan mereka.

"Sakura..." Suara Itachi membuatku menatapnya.

"Gomen. Seharusnya aku mendengarkan kata-katamu. Aku menyesal. Seharusnya aku tidak menemuimu lagi. Kalau begitu, aku pergi," Itachi ikut berbalik ke mobilnya dan pergi dari rumahku.

Sekarang tinggal aku bersama Nii-chan yang masih berdiri dihadapanku. Dia tidak bertanya padaku.Dia mendekat dan merangkul pundakku dan menepuknya pelan.

"Ayo masuk, Sakura" ajak Nii-chan dan aku menurutinya.

--#

21.30

Aku duduk meringkuk di atas ranjangku sambil memandang foto Itachi dan diriku. Padahal aku sudah senenang itu saat mengetahui dia masih menyimpan perasaan untukku. Tapi semuanya terasa tidak benar. Aku melukai perasaan Sasuke.

Lamunanku buyar ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Aku tau itu pasti Nii-chan. Karena Tou-san dan Kaa-san belum pulang hari ini.

"Sakura, apa Nii-chan boleh masuk?" tanya Nii-chan dari balik pintu.

"Iya..tidak dikunci," jawabku sambil menyembunyikan foto yang aku pegang di bawah bantal.

Cklek. Pintu terbuka dan menampakkan sosok berambut merah itu. Nii-chan melangkah masuk dan duduk di tepi ranjangku. Mata coklatnya menatap mataku, tapi dia tidak berbicara apapun.

"Kenapa Nii-chan? Apa ada yang ingin kau katakan?" Tanyaku.

"Bukankah seharusnya kau yang menceritakan sesuatu padaku?" jawab Nii-chan.

"Cerita apa?"

"Apalagi? Hubunganmu dengan dua Uchiha itu. Kau ternyata semenarik itu ya sampai bisa diperebutkan mereka begitu," ujar Nii-chan sambil mencubit pipiku.

"Sakiit Nii-chan," responku sambil menepis tangannya.

"Kalau begitu ceritakan sekarang juga, dari awal kau bertemu mereka,"

Aku menghela nafas. Sepertinya aku memang harus menceritakan semuanya kepada Nii-chan.

....

Nii-chan terdengar menghela nafas setelah mendengar cerita panjang dariku. Hatiku juga sedikit lebih lega dari sebelumnya.

"Jadi kau menyukai Itachi?"

Aku mengangguk.

"Kau yakin dengan perasaanmu?" tanya Nii-chan sekali lagi.

"Aku yakin dengan perasaanku. Tapi aku merasa bersalah dengan perasaanku ini, dan dengan semua yang terjadi diantara mereka," jawabku.

"Tidak ada yang salah dengan perasaanmu. Kita tidak bisa mengontrol perasaan yang seperti itu." Setelah berkata seperti itu Sasori Nii-chan segera memelukku dan mengelus rambutku dengan lembut.

"Untuk sekarang, kau fokus saja pada belajarmu. Jangan terus-terusan bersedih. Tidak ada alasan nilaimu jelek karena urusan cinta. Mengerti?" ujar Nii-chan setelah melepas pelukannya.

Aku mengangguk. Nii-chan benar. Aku harus fokus belajar. Aku sudah putus dengan Sasuke. Dan Itachi sudah bertunangan. Tidak ada harapan buatku. Dari dulu bukankah ini yang aku inginkan? Hidup tenang tanpa ada gangguan dari mereka lagi.

Aku harus menjalani kehidupanku seperti dulu lagi. Aku masih mempunyai teman-teman yang selalu bersamaku. Benar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Sebaiknya kau tidur,"

Sekali lagi aku mengangguk.

"Selamat malam, Sakura" ujar Nii-chan seraya mengecup keningku, lalu ia segera meninggalkan kamarku.

Dengan susah payah aku berusaha untuk tidur, karena pikiranku masih dikuasai dengan kedua orang itu walau aku berusaha melupakannya.

-#

Tbc

Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang