Kandas

510 70 5
                                    

Aku berangkat ke sekolah dengan sepeda kesayanganku seperti biasa. Kejadian kemarin masih terputar di otakku. Sampai-sampai aku hampir tertabrak mobil karena aku oleng saat melamun membawa sepeda.

"Shh kenapa aku kepikiran terus, sih?" geramku kepada diri sendiri.

Hingga akhirnya aku sampai ke sekolah. Saat memarkir sepeda, aku melihat Sasuke yang juga baru sampai. Dia membawa motornya. Dia sempat melihat ke arahku, lalu segera mengalihkan pandangannya dariku.

Aku menghela nafas. Meski rasanya berat, aku melangkah ke arah gedung sekolah. Ketika sampai di koridor lantai 1, aku berpapasan dengan Itachi-sensei yang membawa box keluar dari ruangan guru.

"Se-sensei..ohayo," sapaku.

"Ohayo, Sakura." balasnya singkat tanpa menghentikan langkahnya.

Tanpa sadar pandanganku terus mengikuti langkah Itachi yang kian menjauh. Dia mau kemana?

"Sensei!" panggilku dan segera menyusulnya. Itachi menghentikan langkahnya sambil menoleh kearahku dengan raut terkejut.

"Kenapa, Sakura?" tanyanya dengan pandangannya yang mengikuti langkahku yang mendekat ke arahnya.

Aku melihat ke arah box yang dibawa Itachi. Isinya beberapa buku, map, dan lainnya. Apa mungkin?

"Ada apa?" tanyanya sekali lagi.

"Sensei.. mau membawa itu kemana?" tanyaku.

Pandangannya mengikuti arah pandanganku yang menatap box yang dibawanya. Kemudian dia tersenyum singkat.

"Aku sudah berhenti. Aku hanya mengambil beberapa barangku yang tertinggal disini," jawabnya.

"Berhenti? Apa karena-"

"Jangan berpikiran bahwa aku berhenti karenamu. Aku sudah memutuskan ini sebelum hari pertunanganku," jelasnya.

"..."

"Sampai jumpa, Sakura" ujarnya lalu pergi meninggalkanku.

Aku menatap kepergiannya. Bukan karena aku? Meski dia berkata begitu, kenapa aku tetap merasa bahwa itu adalah karena aku? Aku menjadi kesal dengan diriku sendiri.

Aku memutuskan segera masuk ke kelas. Sebagian besar teman sekelasku sudah datang. Tapi aku tidak melihat Sasuke di dalam kelas. Padahal aku yakin sekali yang aku lihat di parkiran adalah Sasuke.

Aku mendekati Naruto yang tengah sibuk dengan game online di hp-nya. Karena aku juga tidak melihat tas Sasuke di kelas. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.

"Naruto, Sasuke kemana?" tanyaku.

Naruto tidak menjawabku. Sepertinya dia terlalu asik dengan game di hp-nya. Aku yang tidak sabar akhirnya menarik telinga Naruto.

"Ittai!!" ringisnya.

"Kenapa kau menjewerku Sakura-chan?" tanyanya sambil memegangi telinganya.

"Kenapa kau menaruh telingamu di sana bahkan kau tidak mendengarkanku?" jawabku.

"Oh kau bicara padaku?"

"Sasuke kemana?"

Naruto mengernyit. Aku tidak tau kenapa dia begitu.

"Apa Sasuke tidak memberitahumu?" pertanyaan Naruto membuatku semakin penasaran.

Aku menggeleng. Naruto tampaknya terkejut dengan reaksiku. Kemudian dia bergumam sendiri dan aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Sasuke pindah ke kelas ekslusif," ujar Naruto kemudian.

"Kelas ekslusif?"

Setahuku kelas ekslusif adalah kelas yang dikhususkan bagi anak-anak tertentu di sekolah ini. Kelas mereka memiliki gedung tersendiri dengan fasilitas yang sangat lengkap dan mata pelajaran tambahan khusus. Kelas itu diperuntukkan untuk anak-anak konglomerat. Kalau itu Sasuke, aku rasa itu tidak heran.

"Bukannya kalian sudah balikan? Kenapa Sasuke tidak memberitahumu?" tanyanya.

"Kami putus lagi," jawabku.

"KENAPA?!" teriak Naruto.

Aku tidak menjawab pertanyaan Naruto. Aku kembali ke mejaku dan meninggalkan Naruto yang bertanya-tanya.

Saat kembali ke mejaku, ketiga temanku menatap curiga ke arahku.

"Kau balikan dengan Sasuke?" tanya Temari.

"Dan sekarang putus lagi?" lanjut Ino.

"Kau berhutang cerita kepada kami, Sakura," Tenten ikut berkomentar.

Aku menghela nafas. Aku lupa aku belum menceritakan ini kepada teman-temanku. Mereka semua pasti penasaran.

"Aku akan menceritakan semuanya saat jam istirahat nanti," balasku sambil duduk di kursiku.

---

Kantin/Jam 12.15

Aku sudah menceritakan semuanya kepada teman-temanku. Mereka mendengarkan dengan seksama tanpa memotongku. Dadaku sedikit lebih lega karenanya.

"Pada akhirnya kau tidak mendapatkan salah satu diantaranya, Sakura" celetuk Ino setelah aku menceritakan semuanya.

Bletak

Suara pukulan tangan temari mendarat di ubun-ubun Ino.

"Apa begitu caramu menghibur teman yang sedang bersedih?" emosi Temari.

"Sakit tau!" Ino segera membalas Temari dengan menjambak rambutnya.

Aku tersenyum melihat mereka. Jika dikatakan sedih, aku sedih. Tapi ada sedikit rasa lega juga. Dibandingkan dengan keluarga Uchiha itu, aku benar-benar tidak cocok dengan semua itu. Aku akan menjadikan ini sebagai pengalaman yang berharga buatku. Pengalaman agar aku tidak mudah jatuh kepada pria manapun.

"Aku tidak tau harus berkata apa Sakura. Pasti menyakitkan buatmu," ujar Tenten kemudian.

"Aku baik-baik saja. Aku merasa lebih baik setelah menceritakan semuanya. Aku akan kembali fokus belajar, dan aku tidak akan merokok lagi," tegasku.

"Wow jadi ini dampak bagi Sakura yang patah hati. Impressive," komen Ino.

"Tentu saja. Tidak ada gunanya berlarut-larut dalam patah hati. Kita masih muda. Bagaimana kalau sepulang sekolah kita karaoke?" Teriakku kepada teman-temanku.

"Ide bagus! Ayo rayakan hari jomblo Sakura yang kedua kalinya!" ujar Ino ikut berteriak.

Kami semua tertawa. Aku bersyukur memiliki mereka dalam hidupku. Aku jadi tidak harus menanggung semuanya sendirian.

---

3 bulan kemudian

Kehidupanku terasa benar-benar normal. Pergi ke sekolah, lalu sesekali hang out bersama teman-temanku. Mengerjakan tugas sekolah, belajar, rebahan di rumah. Rasanya tenang sekali.

Sekarang adalah hari terakhir ujian kenaikan kelas. Aku pulang ke rumah setelah menyelesaikan ujianku. Aku belajar keras sekali. Semoga saja aku menjadi yang terbaik. Semenjak Sasuke pindah ke kelas ekslusif, sainganku berkurang. Tinggal si jenius Shikamaru yang menjadi lawan terberatku sekarang.

"Tadaimaa~" teriakku.

"Okaeri..bagaimana ujianmu?" tanya Kaa-chan yang sedang menyusun bunga di vas di ruang tengah.

"Semuanya lancar, Kaa-chan" jawabku sambil duduk di sebelahnya.

"Baguslah. Kaa-chan melihatmu giat sekali belajar. Kau harus dapat nilai yang terbaik," ujar Kaa-chan tersenyum.

"Semoga saja," balasku.

Aku menghidupkan televisi. Aku langsung duduk tegap saat melihat seseorang yang sudah lama tidak aku lihat muncul disana. Itachi..

Kandasnya Pertunangan Putra Sulung Uchiha

Headline berita itu membuatku terkejut. Kenapa bisa kandas? Itachi yang ditemui wartawan juga tidak menjawab pertanyaan sama sekali.

"Wah sayang sekali," komentar Kaa-chan yang ikut menonton berita.

"Kenapa bisa?"

---

Tbc :')

Apa yang akan terjadi ya?

Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang