A Day With Lee

785 88 0
                                    

Aku sedang menggiring sepedaku menuju gerbang. Sementara aku asik mengobrol dengan ketiga temanku, Temari, Tenten dan Ino.

Aku dan Ino berpisah dengan Tenten dan Temari di gerbang. Karena jalan menuju rumah kami berlawanan arah. Aku membonceng Ino sampai ke halte. Pas sekali, saat sampai di halte, bus datang dan Ino langsung saja naik.

"Sampai jumpa di pesta dansa jidat!" ujarnya sambil melambaikan tangan kepadaku.

"Sampai jumpa, pig!" balasku sambil membalas lambaian tangannya.

Setelah bus itu pergi, aku segera menjalankan sepedaku kembali, tapi aku merasakan sepedaku yang ditahan dari belakang. Aku menoleh.

Aku mendapati seseorang yang menggunakan masker dan topi hitam. Apa dia seorang begal? Yang benar saja dia beraksi di tengah keramaian seperti ini.

"KAU SIAPA?? KAU MAU MEMBEGALKU YA??..TOLO-" teriakanku tercekat oleh bekapan orang asing itu. Tangannya sangat besar bahkan menutupi setengah wajahku.

"Ssst diamlah ini aku," ujarnya.

Aku seperti familar dengan suaranya. Aku menatap mata orang itu. Mata itu juga terlihat familiar. Akhirnya dia membuka maskernya. Menampakkan wajah seseorang yang aku kenal.

"Itachi-sensei?? Kenapa kau berpakaian seperti itu? Kau terlihat seperti begal tau.." ujarku setelah ia melepaskan tangannya dari mulutku.

Dia kembali memasang maskernya.

"Iya aku tahu, maaf untuk itu, tapi aku tidak mungkin berpenampilan seperti guru untuk mengajakmu berkencan di sekitar sekolah kan? Aku hanya tak mau ada siswa atau guru lain yang curiga," jelasnya.

"K-kencan? Sensei mengajakku kencan?" aku bertanya lagi untuk memastikan kalau aku tidak salah dengar.

"Iya. Ayo! Aku akan memboncengmu," Itachi sensei hendak merebut pegangan sepedaku dari tanganku. Namun aku menepis tangannya.

"Aku tidak bisa, aku ada kencan dengan orang lain hari ini," ujarku.

Aku bisa melihat satu alis Itachi terangkat. Apa dia tidak percaya dengan perkataanku?

"Dengan Sasuke?" tanyanya.

"Bukan!" Bantahku.

"Lalu?" tanyanya lagi.

"Err itu.." aku hampir habis kata-kata sampai aku melihat Lee yang berjalan ke arah kami. Aku benar-benar selamat.

"Dengan Lee. Lee!!" Panggilku.

Lee menghampiri kami. Lee baru saja akan membuka mulutnya sebelum aku menyelanya.

"Lee, kita ada janji kan hari ini? Bukannya kita akan mencari baju untuk pesta dansa, ayo pergi sekarang." Aku memaksa Lee memboncengku dengan sepedaku. Aku tau Lee kebingungan, tapi dia menurutiku. Lee langsung membawa sepedaku.

Aku menatap ke arah Itachi yang masih terdiam di tempatnya. Sampai akhirnya aku dan Lee menjauh darinya.

Lee menghentikan sepedanya. Aku turun dari bangku boncenganku.

"Maafkan aku Lee," aku tidak tahu alasan apa yang akan aku berikan kepadanya.

"Yang tadi itu siapa, Sakura-san?" tanyanya.

"Dia Ita-" Aku hampir saja mengatakannya. Tentu saja Lee tidak boleh tahu.

"Ita??"

"Eh..bukan. Pokoknya dia bukan orang penting." Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada Lee. Tapi syukurlah berkat dia aku bisa mempunyai alasan untuk menjauh dari sensei itu.

Lee menatapku dengan bingung.

"Ee..apa kita jadi pergi membeli baju untukmu?" tanyaku untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Bukannya hari ini kau ada janji, Sakura-san?"

Astaga. Aku mengatakan alasan itu tadi? Sebenarnya itu hanya alasan untuk menolak pergi dengannya. Aku tak benar-benar sedang berjanji dengan seseorang.

"Tiba-tiba orang yang berjanji denganku tidak bisa, hehe," jawabku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.

"Begitukah? Tapi setelah aku pikir, aku memutuskan untuk meminjam baju pamanku saja," jawabnya seraya tersenyum lebar.

"Ooh begitu ya..uhm, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tawarku. Setidaknya aku ingin membayar rasa terima kasihku.

Tiba-tiba aku melihat semburat merah di pipinya.

"K-kau mengajakku k-kencan S-sakura san??" Tiba-tiba dia menjadi tergagap.

"Ee... bukan kencan. Cuma jalan-jalan," koreksiku.

"Baiklah, ayo naik Sakura-san." Lee sudah bersiap dengan sepedaku.

"Kita kemana?" tanyaku.

"Naik saja!" perintahnya.

Aku naik ke boncengan sepedaku. Dengan cepat sekali Lee melajukan sepedaku, mengharuskanku memeluk pinggangnya dengan erat.

Wow, rasanya nyawaku hampir melayang. Lee bisa melajukan sepeda secepat itu di jalan raya, aku tadi sangat khawatir kami akan menabrak mobil atau motor. Tapi untunglah kami sampai dengan selamat.

Taman bermain?

"Bagaimana Sakura-san? Ini tempat yang bagus untuk berkencan kan?" tanyanya dengan semangat.

"Jalan-jalan, bukan kencan," koreksiku lagi.

Dengan semangat Lee memarkir sepedaku dan langsung menarikku masuk ke taman bermain itu. Kami mencoba berbagai wahana dan berakhir dengan makan eskrim.

"Seru sekali ya Sakura-san?" tanyanya dengan semangat yang masih menggebu-gebu.

Di lain sisi aku sudah setengah mati karena mengikuti Lee yang super semangat itu berlari kesana kemari.

"Haha iya seru. Apa kita bisa pulang sekarang?" tanyaku yang sebenarnya sudah tidak tahan.

"Sebenarnya masih ada wahana yang ingin aku coba, apa kau lelah Sakura-san?"

"Aku sedikit pusing," jawabku.

"Kau sakit? Baiklah, ayo kita pulang sekarang,"

Dengan sigap Lee langsung menggendong tubuhku.

"Lee apa yang kau lakukan??" tanyaku kaget.

"Kau sakit kan? Aku akan menggendongmu sampai parkiran," jawabnya.

Aku seperti merasakan bahwa kami sedang menjadi pusat perhatian. Aku menjadi sangat malu dengan posisiku yang sedang di gendong Lee seperti ini.

"Aku bisa jalan sendiri Lee," ujarku.

"Tidak apa-apa, Sakura-san. Aku akan mengantarmu pulang dengan selamat,"

Lagi-lagi dia berlari, dan aku sedang berada di gendongannya. Aku tidak bisa menghentikannya. Apa dia sama sekali tidak lelah? Dia dikasih makan apa sih?

Aku berjanji ini adalah terakhir kalinya aku jalan-jalan dengan Lee.

.
Tbc

Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang