Bagaimana Perasaanmu?

504 66 2
                                    

Senin/07.30 am

Aku menggiring sepedaku keluar dari garasi. Setelah mencapai pagar, aku melihat Sasuke yang telah berdiri di depan rumahku dengan mobilnya. Dia langsung menghampiriku saat dia melihatku.

Melihatnya membuatku kembali mengingat kejadian kemarin. Bahkan kissmark-nya saja mati-matian aku sembunyikan dengan foundation dan menutupnya dengan plester. Aku benar-benar kesal.

Setelah aku mengeluarkan sepedaku dari pagar rumah, aku berencana akan langsung mengendarainya dan mengabaikan Sasuke begitu saja. Tapi Sasuke dengan segera menahan sepedaku.

Aku menatap tajam ke arahnya. Namun sepertinya dia tidak terpengaruh. Dia masih menahan sepedaku dengan tangannya. Ekspresinya tidak bisa aku baca.

"Lihat! Kau mengabaikanku lagi," ujarnya.

"..."

"Bukankah aku pacarmu?" lanjutnya lagi setelah tidak mendapat respon dariku.

Aku menghela nafas. Lalu kuarahkan pandanganku ke arah lain, menghindari kontak mata dengannya tanpa bicara apapun. Tapi dalam waktu sedetik tangan Sasuke sudah meraih pinggangku. Jarinya ia tempatkan didaguku, lalu mengarahkan wajahku agar menatapnya.

"Kau kabur dariku kemarin, lalu kau tidak menjawab telponku sejak semalam, kau tidak membalas pesanku, sekarang kau bahkan tidak menjawab perkataanku," ujarnya lagi setelah berhasil membuatku menatapnya kembali.

"Sasuke aku-"

Lagi-lagi, Sasuke menahan perkataan dengan menempatkan bibirnya di bibirku. Tanganku yang memegang stang sepeda langsung melepasnya sehingga terdengar suara yang keras saat sepeda itu menghantam jalanan. Aku mencoba melepaskan diri dari Sasuke dengan mendorong dadanya sekuat tenaga. Tapi dia tidak melepaskanku dengan mudah.

"Sakura ada apa?" Aku mendengar suara Nii-chan yang keluar dari rumah, mendengar itu, akhirnya Sasuke melepaskanku.

Aku menoleh ke arah Nii-chan yang sekarang wajahnya sudah hampir sama merahnya dengan rambutnya. Dengan cepat dia berjalan ke arah Sasuke.

Buakk

Sebuah bogeman mendarat di pipi Sasuke. Aku hanya mematung karena tidak menyangka Nii-chan akan semarah itu sampai memukul Sasuke.

"Kau apakan adikku? Aku mendengat suara Sakura berteriak begitu keras!" ujarnya lagi.

Sasuke nampak menatap Nii-chan dengan datar. Bibirnya membentuk senyuman.

"Maaf Sasori-san, adikmu ini adalah pacarku. Jadi apakah salah kalau aku menciumnya?" Tatapan Sasuke seperti menantang Nii-chan.

Aku menatap Sasuke tajam. Dia berani sekali berkata begitu kepada Nii-chan yang bahkan seumuran dengan kakaknya

Nii-chan tampak sangat marah mendengar itu, tapi ia dapat menahannya. Nii-chan menoleh ke arahku.

"Sakura, kau yakin berpacaran dengan anak ini? Dibandingkan Itachi, dia sangat buruk," ujar Nii-chan sambil sesekali melirik Sasuke.

Aku melirik Sasuke. Tidak ada lagi senyuman di wajahnya. Dia sepertinya marah saat Nii-chan membandingkan dirinya dengan Itachi.

"Sakura, ayo berangkat." Sasuke meraih tanganku dan segera menarikku masuk ke dalam mobilnya.

"Sasuke!!" Teriakan Nii-chan ku tidak dihiraukan oleh Sasuke. Dengan cepat dia menghidupkan mobilnya dan menginjak pedal gas, dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sangat cepat.

"Sasuke! Kau ini kenapa? Kau akhir-akhir ini terlihat aneh, kau tau?" Protesku.

Lalu tiba-tiba Sasuke menghentikan mobilnya secara mendadak. Membuatku terdorong ke depan, untung aku memakai sabuk pengaman.

"Sasuke!" Teriakku.

"Kenapa?" aku mendengar bisikan lirih Sasuke.

Perlahan ia menoleh ke arahku. Aku tidak bisa membaca raut wajah apa yang dia tunjukkan kepadaku sekarang. Perlahan tangan Sasuke bergerak meraih tanganku, dan mengenggamnya dengan erat.

"Aku sudah berusaha sejauh ini, aku sudah mengejarmu selama setahun ini, tapi kenapa kau tidak bisa menatapku seperti dulu lagi?" Mata onyx Sasuke kini mengunci pandanganku.

"Apa maksudmu?"

"Tatapanmu berbeda, Sakura. Seperti hatimu tidak bersamaku walau kita sedang bersama, apa kau sebegitu tidak sukanya padaku?"

"..."

"Sebenarnya, bagaimana perasaanmu?"

"Kau benar. Semuanya tidak sama. Perasaanku padamu tidak sama lagi. Aku tidak tau kenapa" jawabku sambil tertunduk.

"..."

Sasuke tidak berkata apapun lagi. Dia melepaskan tanganku dan kembali menyetir mobilnya. Apa yang dia pikirkan sekarang?

--#

Aku hanya bisa melamun selama jam pelajaran. Memikirkan Itachi. Memikirkan perilaku Sasuke. Kenapa aku bisa terlibat dengan kakak beradik itu? Apalagi urusan cinta.

Aku menoleh ke arah jendela koridor saat aku seperti melihat ada yang memperhatikan ke dalam kelas.

Degg

Mataku bertemu dengannya. Itachi-sensei. Dia berhenti sejenak di depan jendela itu dan menatapku. Aku pikir aku berhalusinasi. Aku mengucek mataku. Dia benar-benar ada?

Bukankah yang aku dengar dia sudah berhenti? Kenapa dia masih disini? Dan lagi, dia memakai baju olahraga seperti saat dia mengajar dulu.

Seketika jantungku berdetak tidak karuan. Itachi tidak lagi ada disitu. Tapi aku terus menatap ke tempat dia berdiri tadi.

--#

Kantin/ 12.04

"Sakura!"

"..."

"Sakura!!" Tepukan dipundakku menyadarkanku dari lamunan.

"Kenapa?" tanyaku kepada teman-temanku yang kini tampak memperhatikanku.

"Kau kenapa? Aku perhatikan sejak di kelas tadi kau melamun terus. Kau ada masalah? Cerita dong!" Ujar Tenten.

Aku cuma melirik-lirik mereka dengan gusar. Tidak tau darimana aku harus memulai cerita.

"Jadi begini-"

"Sakura!" Saat aku akan bercerita, seseorang memanggilku.

Aku menoleh dan mendapati seseorang yang paling tidak kusangka sudah berdiri di samping mejaku. Aku melirik temanku. Mereka juga tampaknya kaget saat Itachi yang ternyata berdiri disana.

"Temui aku pulang sekolah ya, ada yang mau aku sampaikan," ujarnya pelan. Setelah mengatakan itu dia pergi begitu saja.

"Ada apa ini?? Sampai-sampai dia menyusulmu kesini minta ketemuan!" suara Ino menggema di seluruh kantin membuat kami jadi pusat perhatian.

"Plis deh Ino. Kau mau aku menjahit mulutmu?" geramku. Ino langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Aku cerita ke kalian lain kali. Aku jadi badmood," ujarku sambil melanjutkan makanku yang sempat tertunda karena melamun.

"Yaaaah" ujar ketiga temanku serempak saat aku memutuskan tidak jadi bercerita.




.
Tbc





Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang