I Feel Hurt

734 83 6
                                    

Sasuke membawaku masuk sebuah kamar. Kamar itu di dominasi dengan warna hitam putih.

"Ini kamar siapa?" tanyaku.

"Kamarku," jawabnya.

Aku mengernyit.

"Jangan bilang aku akan tidur disini bersamamu!"

Sasuke hanya mengusap tengkuknya sambil terkikik. Apa maksudnya itu? Dia benar-benar aku ingin tidur bersamanya?

"Aku akan tidur di luar saja."

"Eits" Sasuke langsung mengurungku diantara lengannya saat aku akan keluar dari kamarnya.

"Kau adalah tamuku, mana mungkin aku membiarkanmu tidur di luar" ujarnya.

Wajahnya hanya berjarak 5 senti dari wajahku sehingga aku bisa melihat dengan jelas bayanganku di mata onyx nya. Untuk beberapa saat aku terpaku. Tapi aku kembali tersadar, aku langsung mendorong dada Sasuke untuk menjauh dariku.

"Lalu apa? Kau mempunyai niat lain saat memaksaku untuk menginap disini? Kau benar-benar mengecewakanku Sasuke," ujarku sambil menatapnya tajam.

"Bu-bukan begitu," jawabnya sambil tergagap.

Aku menatap tajam ke arah Sasuke, karena aku semakin curiga dengan niatan Uchiha yang satu ini.

"Hhh baiklah, aku akan mengantarmu ke kamar tamu," ujarnya kemudian. Aku sedikit lega mendengengarnya.

"Setuju," jawabku.

-#

Kediaman Uchiha 02.15 am

Aku tiba-tiba terbangun karena aku merasa haus sekali. Saat keluar dari kamar aku baru sadar bahwa aku sedang di rumah Sasuke. Gelap sekali. Dengan bantuan senter hp ku akhirnya aku menemukan dapur setelah beberapa saat. Aku menghidupkan lampu ruangan itu ketika aku seperti melihat seseorang tengah duduk di ruangan itu.

"Sensei?" Refleksku ketika melihat Itachi yang tertidur di meja makan. Aku mencium bau alkohol. Dan benar saja, sensei ini habis minum-minum. Bukannya dia nanti akan bertunangan? Kenapa malah minum-minum?

Aku menepuk-nepuk pundaknya untuk membangunkannya. Beberapa saat kemudian matanya terbuka.

"Sakura?" ujarnya setelah mendapatkan kesadaran.

"Sensei baik-baik saja? Kenapa tidur di dapur?" tanyaku.

"Ah itu..jam berapa ini? Apa sudah pagi?"

"Masih dini hari," jawabku.

Itachi hanya terdiam sambil menatap datar ke arah meja makan. Apa nyawanya sudah terkumpul sepenuhnya? Aku melambai-lambaikan tanganku di depan wajahnya, dan dia segera menoleh ke arahku. Entah kenapa aku merasakan sendu di matanya.

"Sensei tidak apa-apa kan?" tanyaku lagi untuk memastikan.

Dia tersenyum singkat dan mengangguk kepadaku, lalu dia mengalihkan pandangannya lagi. Aku jadi merasa dia sedang tidak baik-baik saja.

"Kau sendiri? Apa yang kau lakukan dini hari begini?" tanyanya tanpa menoleh ke arahku.

"Aku terbangun karena haus. Jadi aku mencari dapur untuk minum,"

Itachi segera  berdiri mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih lalu memberikannya padaku tanpa berkata-kata.

"Arigatou," ujarku sambil menerima minum itu.

Itachi meletakkan telapak tangannya di puncak kepalaku dan mengusapnya pelan. Setelah itu dia langsung pergi. Dan lagi, tanpa kata-kata. Dia tidak melihat ke arahku lagi. Apa dia benar-benar tidak akan melihat ke arahku lagi? Aku terus menatap punggungnya yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang. Dia benar-benar tidak melihat ke arahku lagi. Entah kenapa melihatnya seperti itu membuat hatiku terasa sakit.

Aku langsung menghabiskan segelas air putih itu dan bergegas kembali ke kamar. Entah sejak kapan air mataku mengalir. Aku tak bisa menahannya, dadaku terasa sesak. Aku menangis tanpa suara sampai aku merasa lelah dan akhirnya tertidur.

-#

07.30 am

Aku seperti merasa ada beban yang hangat menimpa tubuhku. Aku membuka mataku dan menyadari ada tangan kekar yang tengah memelukku. Seketika aku menoleh dan mendapati sesosok pemuda berambut hitam yang terlelap sambil mendekapku.

Aku langsung mendorong sosok itu sampai terjatuh, yang tak lain dan tak bukan adalah Sasuke, karena aku merasa terkejut saat dia tiba-tiba sudah satu ranjang denganku. Aku bisa mendengar suara erangan Sasuke yang kesakitan. Aku langsung memeriksa seluruh tubuhku yang syukur ternyata masih berpakaian lengkap. Aku hanya waspada siapa tau Sasuke nekat melakukan hal aneh kepadaku.

"Kenapa kau mendorongku, Sakura?" Protes Sasuke yang kini sudah berdiri.

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau tidur disini?"

"Aku tidak berniat aneh-aneh, percayalah. Aku hanya ingin tidur sambil memelukmu, kalau aku minta izin dulu kau pasti tidak akan mau," jelasnya.

Aku hanya melemparkan tatapan tajam kepadanya. Hingga aku menyadari tatapan Sasuke yang tiba-tiba berubah. Dia naik ke atas ranjang sambil mendekat ke arahku. Aku refleks menyilangkan kedua tanganku di depan dada.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku saat tiba-tiba tangannya menyentuh wajahku.

"Matamu kenapa bengkak? Apa kau habis menangis?" tanyanya sambil memperhatikan wajahku.

Ini pasti karena aku menangis semalam. Alasan apa yang harus aku berikan kepadanya? Sasuke terlihat khawatir. Sementara aku tidak menemukan jawaban yang tepat.

"Sakura, jawab aku! Kau menangis?"

"Ah itu.."

"Apa aku melakukan kesalahan? Atau ada sesuatu hal yang lain?"

Aku menggigit bibir bawahku. Tiba-tiba wajah muram Itachi langsung terhampar di benakku.

"Aku semalam bermimpi buruk, jadi aku menangis. Pasti karena itu mataku jadi bengkak, " jawabku asal. Semoga dia percaya.

"Benarkah? Kau tidak bohong kan?" tanyanya. Mata onyx nya yang menatapku dengan serius membuatku sedikit gugup.

"Hm.."

Sasuke langsung memelukku dengan erat. Perlahan sambil mengusap-usap punggungku.

"Seharusnya kau tidur denganku saja, saat kau bermimpi buruk, kau tidak perlu menangis sendirian seperti itu," ujarnya tanpa melepas pelukannya.

Aku tidak menjawab perkataannya. Aku hanya membiarkannya memelukku untuk waktu yang lama.

-

Tbc

Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang