Menghilang

695 90 2
                                    

Hari senin sudah datang kembali. Artinya aku harus kembali ke sekolah. Entah kenapa mengingat pertemuanku dengan Itachi kemarin membuatku kurang semangat hari ini.

Dengan nyawa yang hanya setengah dari badanku, aku menggiring sepedaku keluar dari garasi. Dan lagi-lagi yang ada di kepalaku adalah Itachi. Apa dia bisa menghilangkan perasaannya kepadaku? Aku terus memikirkan hal itu hingga aku tersadar apa yang aku lakukan.

"Sakura bodoh!! Kenapa kau mengkhawatirkan itu? Dia bukan siapa-siapa dan tidak akan jadi siapa-siapa untukku. Lupakan diaa!!" ujarku frustasi sambil memukul-mukul kepalaku sendiri.

"Dia siapa? Apa itu aku yang kau maksud?" Tiba-tiba seseorang menahan tanganku yang tengah memukul-mukul kepalaku sendiri.

"Sasuke? Sejak kapan kau disini?" tanyaku yang sebelumnya tidak menyadari kehadirannya sama sekali.

"Sejak sebelum negara api menyerang. Apa kau mengabaikanku? Aku sudah memanggilmu sejak tadi dan kau bahkan tidak menoleh kepadaku sama sekali. Apa malam kemarin aku melakukan hal yang buruk? Apa aku mengecewakanmu lagi? Apa kau malah semakin membenciku? Apa yang-"

"Diam kau baka!! Kenapa kau ribut sekali? Kau ingin aku menjahit mulutmu?" geramku. Aku bingung kemana perginya Sasuke yang begitu cool dan tidak banyak bicara itu. Dia menjadi out of character begini.
*Salahkan author!*

"Hhh maafkan aku. Aku hanya tidak ingat kejadian malam kemarin. Aku tiba-tiba sudah terbangun dari tidurku, semuanya menjadi seperti mimpi" ujarnya sambil mengusap-usap tengkuknya.

"Tidak ada yang terjadi kok. Aku mau berangkat ke sekolah. Dah Sasuke!" jawabku dan aku segera melajukan sepedaku menuju sekolah.

"Tunggu Sakura. Tadi..dia yang kau maksud itu siapa?" tanya Sasuke yang menghentikan laju sepedaku.

"Bukan siapa-siapa. Dia tidak ada urusannya denganmu," jawabku.

Aku bisa melihat raut kecewa Sasuke. Bukan siapa-siapa? Aku hanya asal bicara. Mana mungkin aku mengatakan kepadanya kalau aku menyukai kakak-nya? Atau lebih tepatnya aku pernah menyukai kakaknya. Aku juga tidak akan menyukainya lagi. Aku harus melupakan sensei itu. Agar hidupku bisa lebih tenang.

#-

"Sakura..kau tidak apa-apa?" tanya Tenten kepadaku.

"Iya. Kenapa?" tanyaku.

"Kau sudah menghabiskan 3 batang rokok tau. Kau tidak seperti biasanya. Ada masalah?" tanyanya.

Aku dan Tenten sedang merokok di tempat biasa. Tenten yang mengajakku duluan. Dia bilang ingin menenangkan diri setelah putus dengan Neji. Aku awalnya juga terkejut mendengar cerita itu, karena aku melihat hubungan mereka baik-baik saja sebelumnya. Namun pada akhirnya aku yang lebih banyak menghabiskan rokok.

"Tidak, aku tidak ada masalah," jawabku sambil menghembuskan asap rokokku.

"Lalu kenapa kau menghabiskan rokok sebanyak itu?" tanyanya.

"Bukan apa-apa. Kau..kenapa bisa putus dengan Neji?" tanyaku mengalihkan pembicaraan agar Tenten tidak terus menyinggung tentang masalahku.

"Dia pernah bilang padaku kalau dia memiliki masalah yang serius dalam keluarganya. Akhir-akhir ini dia jarang menemuiku, menelponku, bahkan saat di sekolah pun dia sangat jarang memperhatikanku. Aku marah padanya karena aku merasa diabaikan. Padahal dia bisa cerita padaku. Tapi dia terlalu menutup diri. Lama kelamaan aku seperti menjadi orang asing untuknya. Lebih baik putus saja," jelas Tenten.

"Hmm begitu? Aku tidak tau bagaimana cara menghiburmu. Tapi aku akan selalu ada disini mendengar semua ceritamu," ujarku sambil menepuk-nepuk pundaknya.

"Terima kasih Sakura. Menceritakan ini padamu sudah cukup melegakan untukku," balasnya sambil tersenyum.

Aku balas tersenyum. Dengan hembusan asap rokok yang terakhir, aku membuang puntung rokok tersebut dan segera menginjaknya. Aku ingin satu batang rokok lagi, tapi rokokku sudah habis.

"Kau pasti ada masalah juga kan Sakura?"

"Tidak ada,"

"Terus saja berbohong kepadaku," ujarnya sedikit kesal.

"Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang, Ten. Aku akan menceritakannya lain kali, aku janji" ujarku seraya tersenyum.

"Kau ini! Baiklah..aku tidak akan memaksamu. Tapi kau sudah berjanji akan cerita,"

"Iyaa aku berjanji. Aku juga akan menceritakannya pada Ino dan Temari nanti. Nah sekarang ayo kembali ke kelas.."

-#

Seminggu berlalu. Hari-hariku berlalu seperti biasa. Tapi ada hal yang tidak biasa. Aku tidak pernah melihat Uchiha Itachi lagi di sekolah. Dia seperti menghilang ditelan bumi. Aku juga tidak mungkin bertanya kepada Sasuke.

Hingga suatu saat ketika aku lewat di koridor kelas satu, aku mendengar sepintas dari anak-anak itu kalau Itachi-sensei sudah berhenti mengajar. Apa itu benar? Apa dia berhenti mengajar karena aku?

Hal itu membuatku jadi kepikiran. Apa yang dilakukannya jika dia sudah tidak mengajar lagi? Dia terlihat seperti bisa melakukan apa saja. Dia seorang Uchiha, mungkin saja dia kerja ke luar negri atau sebagainya. Hal itu mudah bagi keluarganya kan? Apa aku harus peduli? Seharusnya aku senang. Aku tidak perlu pindah sekolah karena sekarang dia sudah tidak disini lagi.

Semakin aku bertanya kepada diriku 'kenapa aku harus peduli kepada Itachi?' membuatku malah semakin memikirkannya. Ternyata tidak semudah itu melupakan seseorang. Rasanya berbeda saat aku mencoba melupakan Sasuke setelah putus dengannya.

Aku melamun di kelas sendirian setelah kelas usai. Semua murid sudah pulang. Hanya tinggal aku sendirian di kelas. Dan lagi, yang aku pikirkan adalah Itachi.

"Sakura, ternyata kau masih di sini. Aku menunggumu." Seseorang menghampiriku dan dia duduk dihadapanku.

"Sasuke? Ada apa?"

"Bukan apa-apa. Hanya rindu padamu,"

Aku memutar bola mataku. Ketika itu aku teringat akan senior yang memberi Sasuke alkohol saat pesta dansa. Dan apa yang Sasuke katakan saat dia mabuk.

"Kau benar-benar masih menyukaiku, Sasuke?" tanyaku.

"Tidak," jawabnya yang membuatku sedikit terkejut.

"Kenapa terkejut begitu Sakura? Apa yang kau harapkan dari jawabanku?" ujarnya sambil tersenyum.

"Bukan apa-apa," jawabku kemudian.

"Aku tidak menyukaimu lagi Sakura," ulangnya lagi yang sedikit membuatku kesal.

"Baiklah" jawabku ketus sambil membuang pandanganku darinya.

"Tapi aku mencintaimu," lanjutnya lagi.

Aku kembali menoleh kepadanya dan mendapati dia tersenyum kepadaku. Apa maksudnya itu? Dia mempermainkanku?

"Kau tidak perlu menjawab. Seiring berjalannya waktu, aku akan membuatmu kembali percaya kepadaku, bahwa hanya kau satu-satunya gadis yang aku sukai. Oleh karena itu kau harus datang bersamaku besok." ujarnya.

"Kemana?"

"Pertunangan kakak-ku" jawabnya.

Seketika itu juga aku membatu. Pertunangan? Apakah kakak yang dimaksud Sasuke itu Itachi. Apa Sasuke mempunyai kakak yang lain?

"Kakak-mu yang mana?" tanyaku memastikan.

"Hn? Aku hanya punya satu kakak. Kau tau Itachi kan? Kau bahkan pernah bicara dengannya. Kau tidak mungkin lupa, karena dia juga guru disini"

Jadi dia sudah akan bertunangan? Dia membuatku menyukainya dan ternyata dia sudah akan bertunangan? Aku seperti dihantam tepat di dadaku. Aku sudah mengatakan aku tidak menyukainya. Lalu kenapa aku menjadi sakit hati? Dia mau bertunangan atau menikah pun, bukan urusanku lagi. Tapi kenapa rasanya masih menyakitkan?

-tbc



















Ai No SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang