Bagian 40

1.2K 84 3
                                    


Ceklek

Suara pintu terbuka tak membuat Jimin tersadar dari lamunannya dengan mengepalkan tangannya erat serta kepala yang menunduk juga nafasnya memburu masih tampak begitu geram dengan Yoongi yang sudah sejak beberapa menit yang lalu pergi dari ruangan itu.

Sebuah tangan terulur mengusap kepala Jimin dengan lembut.

"Jimin, tenangkan dirimu aku akan membantumu untuk terlepas darinya. Dengan cara apapun. Aku akan selalu bersamamu." Ucap Jongdae yang tampak khawatir melihat keadaan Jimin saat ini. Jongdae hanya bisa memberikan kata penenang untuk saat ini karena keadaan Jimin yang tampak tertekan setelah pertemuannya dengan Yoongi.

Akhirnya setelah beberapa menit berlalu Jimin tampak mulai tenang dan Jongdae kini beralih duduk di samping Jimin dan kembali merengkuh bahu sempit itu.

"Maaf.. Maafkan aku CEO Kim."

"Sssttt.. Tidak apa-apa. Aku mengerti. Jika di hadapkan dengan pilihan seperti itu aku juga akan lebih memilih yang paling penting untuk hidupku. Kau tak salah memilih Jimin." Ucap Jongdae dengan senyum teduhnya.

"Sekarang pulanglah, istirahatlah. Kau pasti lelah. Siapkan dirimu untuk esok. Kau tenang saja, ikuti permainannya saat ada kesempatan coba untuk membuatnya melepaskan mu. Aku juga mencari cara agar kau terlepas darinya." Tambah Jongdae.

"Terima kasih CEO Kim, sekali lagi maafkan aku." Jimin pun berdiri dari duduknya dan membungkukkan badan pada Jongdae.

"Aku pergi sekarang. Terima kasih untuk semuanya." Ucap Jimin.

"Ne, Hati-hati Jimin." Jimin pun mengangguk dan segera pergi dari sana sedang Jongdae tampak menghela nafasnya lelah.

Jimin menghempaskan tubuhnya ke ranjang King size nya. Setelah sampai di rumah Jimin semakin memikirkan masalah di kantor agensinya. Masalahnya kenapa pria pucat itu muncul lagi dan sekarang memintanya kembali bekerja sama dengannya. Mengingat dulu Yoongi pernah mencoba melecehkannya, kini Jimin sangat yakin ada sesuatu di balik kerja sama itu.

"Hah..." Jimin menghela nafasnya lelah.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku juga tak mungkin menolak, bukan? Jungkook.. Aku merindukanmu. Aku ingin memelukmu. Hah.." Gumamnya sambil matanya menatap langit-langit kamarnya dengan mata yang berkaca-kaca. Jimin merasa ingin merasakan pelukan kekasih bongsor nya yang menenangkan. Ia sungguh membutuhkannya saat ini.

Tok.. Tok.. Tok..

Ceklek

"Jim?"

Sebuah suara yang hampir mirip dengan miliknya namun dengan nada yang terdengar dingin kini mengalihkan perhatiannya dari langit-langit kamarnya. Jimin pun segera menolehkan kepalanya ke arah pintu kamarnya. Dimana di sana seseorang menyembuhkan setengah tubuhnya.

"Jiheon Hyung? museun il-iya hyung?" Tanya Jimin pada Jiheon yang kini masuk lebih dalam ke kamarnya.

"Nothing, hanya ingin melihatmu saja." Jimin pun mengangguk kemudian mendudukkan diri pada tepi ranjangnya.

"What's up my little brother? Can you tell me?" Ucap Jiheon seraya berjalan ke arah Jimin yang kini menunduk.

"N-nothing." Ucap Jimin gugup.

Cup

"Katakan Jimin, aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja." Ucap Jiheon setelah memberikan kecupan di bibir tebal Jimin.

Jimin menghela nafasnya, "Hyung, d-dia kembali."

"Dia?" Jimin pun mengangguk.

"Maksudmu si brengsek Yoongi?!" Ucap Jiheon dengan meninggikan suaranya.

The Sweet Triplets ✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang