09

333 77 17
                                    

"Suatu kehormatan bagiku di undang makan malam olehmu. Bahkan disambut seperti ini."

Ujar Jay sarkastik begitu memasuki kastil dan langsung mendapati sosok Ares disana.

"Jay Alberto.."

"Bagaimana kabarmu? Lama tak bertemu."

Sapa Jay yang tentu saja hanyalah basa basi semata. Ares menegakkan wajahnya dan tersenyum simpul.

"Aku baik. Masuklah."

Sahut Ares dan berjalan lebih dulu meninggalkan Jay yang masih diam di tempatnya. Bibir pria itu tersungging menjadi seringaian dan sebelah alisnya yang terangkat.

-

"Aku dengar kawananmu pergi ke desa darah. Apa yang kalian lakukan?"

Tanya Ares sembari menyeruput secangkir teh miliknya. Jay yang hendak meminum minumannya menatap Ares sekilas dan kembali tersenyum. Ia mengurungkan niatnya untuk minum dan meletakkan cangkir yang ia genggam di atas meja.

"Sudah aku duga ini tak hanya sekedar makan malam biasa. Jadi aku sudah bersiap untuk itu."

"Jay.."

"Kau tau alasan kami melakukannya. Mengapa kau masih bertanya lagi?"

Ares memejamkan mata sejenak sembari menarik nafas panjang dan kembali menghembuskannya. Ia membuka mata dan menatap penuh selidik pada pria dihadapannya.

"Apa tujuanmu sebenarnya?"

"Membuat kaum kita menjadi lebih baik?"

"Dengan membantai peri di desa darah?"

"Oh ayolah. Itu tak banyak membantu."

"Lalu apa yang kau inginkan?"

Senyum di wajah pria itu menghilang kini. Berganti dengan raut wajah serius.

"Jika aku mengatakannya, apakah kau akan mewujudkannya?"

"Tergantung bagaimana aku menilai ucapanmu."

"Ho? Kau ingin bernegosiasi denganku? Sayangnya aku tak sedang ingin berdiskusi denganmu."

"Jay, kau tau jika melenyapkanmu bukan hal yang sulit bagiku. Tapi aku tak akan melakukannya. Karena aku tak akan mendapatkan apa-apa dari membunuh kaumku sendiri. Jadi kuperingatkan untuk tidak memancing amarahku."

"Apa kau sedang terpancing saat ini tuan? Maka maafkan aku yang dengan lancangnya mengusik ketenanganmu."

Sahut Jay yang kini bangkit dari duduknya dengan tersenyum ramah.

"Aku harus pergi sekarang. Juno pasti mencariku."

"Apa kau masih memanfaatkannya? Seperti yang selalu kau lakukan pada Egy dulu?"

Langkah Jay terhenti begitu mendengar nama yang mampu membuat perasaannya bergejolak. Senyum di wajahnya hilang begitu saja dan kembali berbalik menatap tajam pada Ares. Merasa menang, pria itu pun tersenyum puas dan turut bangkit dari duduknya.

"Jangan memanfaatkan Juno lagi Jay. Jangan melibatkannya ke dalam masalah kita. Cukup Egy yang kau hancurkan. Jangan melakukannya pada Juno. Ia sangat polos hingga selalu salah dalam memilih teman."

Ucap Ares dan tak lama setelahnya Jay kembali tersenyum. Ia menepuk pelan bahu Ares dan mendekatkan wajahnya.

"Kau tenang saja. Aku memperlakukannya dengan sangat baik."

Bisik pria itu dan menjauhkan wajahnya. Berjalan mundur beberapa langkah sebelum akhirnya menghilang begitu saja meninggalkan Ares yang tengah menatapnya dengan tatapan curiga.

Tak lama setelahnya, Ares mengalihkan pandangannya kearah tangga di dekat pintu keluar.

"Keluarlah. Mengapa kau harus bersembunyi disaat siapapun yang ada disini dapat mengetahui keberadaanmu?"

Ujar pria itu yang tak lama terdengar decakan sebal milik Leia yang kini keluar dari balik tangga. Ia berjalan mendekat hingga kini menatap Ares yang hanya berjarak beberapa langkah dengannya.

 Ia berjalan mendekat hingga kini menatap Ares yang hanya berjarak beberapa langkah dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa hybrid itu juga bisa merasakan keberadaanku?"

"Tentu saja. Auramu sangat kuat, bahkan vampire biasa juga dapat mengetahui keberadaanmu."

Ujar Ares yang tak lama setelahnya muncul Tan dan John tepat dibelakang Leia. Wanita itu melirik sekilas pada mereka yang tampak waspada.

"Beginikah caramu memperlakukan seorang tamu? Terlebih aku adalah wanita."

"Siapapun tau jika kau bukan wanita biasa nyonya."

"Cih."

Leia berkacak pinggang dan menatap sebal pada Ares.

"Bisakah dua pria paruh baya ini pergi sebentar? Aku merasa tidak nyaman dengan keberadaan mereka."

"Apa?"

"P..Pria paruh baya? Maksud anda itu kami?"

John dan Tan saling bertukar pandang dengan raut wajah terkejut mereka. Leia memutar bola matanya malas dan berbalik menatap keduanya.

"Tentu saja kalian. Memangnya ada makhluk lain disini?"

"Tapi kami tidak tua!"

Sahut Tan tampak tidak terima.

"Kalian pergilah.."

"Tuan.."

"Jangan mempedulikannya. Dia memang begitu."

Sahut Ares membuat John dan Tan hanya dapat mengangguk pasrah dan pergi begitu saja.

"Jadi apa tujuanmu kesini?"

Leia berjalan mendekat dan membenarkan rambut Ares kemudian tersenyum.

"Ayo kita bermain sebentar."

Ucap wanita itu dengan nada yang terdengar lembut. Membuat siapa saja yang mendengar ajakan Leia tak akan mampu untuk berkata tidak.

~~~

Another Cast :

Seulgi as Egy

Seulgi as Egy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Eternity [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang