"Kembalilah padaku."
Ares kembali mengulang ucapannya. Pria itu bangkit dan berjalan mendekat. Menyampirkan anak rambut Leia ke belakang telinga dan menatapnya penuh arti. Sementara Leia hanya terdiam, menatap lekat wajah pria dihadapannya.
"Kau ingin aku kembali padamu sebagai apa?"
Setelah terdiam cukup lama, kalimat itulah yang terucap dari bibir Leia. Membuat Ares menjauhkan tangannya dari wajah Leia dan mengambil satu langkah ke belakang. Ia pun membuang muka dan berbalik membelakangi gadis itu.
"Pergilah."
"Ares"
"Urusanmu sudah selesai bukan? Maka pergilah."
Ucap pria itu melangkahkan kakinya menaiki tangga dan disaat yang bersamaan Leia berada tepat dihadapan Ares. Mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu sementara Ares hanya terdiam di tempat.
Seulas senyum tipis terlukis di bibir Leia sembari mempersempit jaraknya dengan pria itu.
"Kau ingin aku kembali sebagai seorang teman? Atau sebagai partner tidur?"
Tanya Leia membelai lembut bibir Ares dan memberinya kecupan singkat. Kemudian mendekatkan wajahnya pada telinga pria itu.
"Atau kau ingin aku kembali sebagai seorang rival yang siap membunuhmu?"
"Kau tak akan bisa membunuhku Leia."
"Karena kau abadi?"
"Tidak."
"Lalu?"
Leia menjauhkan wajahnya dari telinga Ares dan menatap pria itu dengan kening yang berkerut. Sementara kini Ares tersenyum dan menarik paksa tubuh Leia hingga kini menghimpit tubuhnya.
"Karena kau mencintaiku."
Bisik pria itu tepat ditelinga Leia. Tak mempedulikan semburat merah muda yang menghiasi wajah cantik wanita itu kini.
Leia mendorong pelan tubuh Ares dan menatapnya tak suka. Yang pria itu lakukan? Ia tampak biasa saja dan melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
"Kau tak bisa melakukan ini semua padaku Ares Tiway!"
Teriak Leia dari bawah sedangkan Ares hanya melambaikan tangan menanggapi ledakan amarah dan caci maki yang wanita itu lontarkan.
"Hey pak tua! Kemari kau. Akan aku beri pelajaran. Siapa yang bilang aku mencintaimu hah? Mana mungkin aku menyukai kakek-kakek sepertimu!"
Langkah Ares terhenti begitu mendengar panggilan yang sangat tidak ia sukai dari wanita itu. Dua panggilan yang ia benci terucap dari bibir Leia hanya dengan satu tarikan nafas.
Ares berbalik dan menatap tajam pada Leia. Sementara wanita itu tersenyum puas kini.
"Kenapa? Mendengar kata pak tua dan kakek-kakek melukai harga dirimu?"
"Diam kau bocah."
"Bocah? Setidaknya itu lebih baik dari pada menjadi tua."
"Kau.."
"Tuan."
Disaat yang bersamaan, John muncul di belakang Ares membuat pria itu terpaksa menunda amarahnya. Ia berbalik dan menatap tak peduli pada bawahannya itu.
"Ada apa?"
"Egy.."
Sepasang surai kecoklatan itu terbelalak mendengar nama yang selama ini ia cari keberadaannya.
"Kau menemukannya?"
"Beberapa hari yang lalu ada yang melihatnya keluar dari kediaman Alberto."
"Sedang apa ia disana?"
"Ada apa?"
Kini Leia menginterupsi. Wanita itu entah sejak kapan berada tepat disamping Ares. Pria itu memijit sejenak pelipisnya dan beralih menatap Leia.
"Bukan urusanmu."
"Cih. Seperti aku akan peduli saja dengan urusanmu."
Sahut Leia acuh dan berjalan menuruni tangga.
"Kau mau kemana? Urusan kita belum selesai."
"Lain kali saja. Aku sudah tidak berminat untuk bermain denganmu."
Sahut Leia melambaikan tangan dan saat itu juga wanita itu menghilang menjadi biasan cahaya.
Ares kembali mengalihkan pandangannya pada John. Tatapan pria itu tampak serius kini.
"Jadi, apa kau tau dimana Egy sekarang?"
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternity [END]
Fanfiction{FANFICTION} Leia Joyneil adalah seorang dewi penjaga kedamaian di hutan tak terlihat bernama Aionios. Hutan yang tak bisa didatangi oleh bangsa manusia, yang begitu hijau dan damai. Kehidupan disana berjalan begitu tenang karena keberadaan Leia seb...