19

320 69 8
                                    

Perlahan tautan bibir diantara keduanya terlepas. Leia menatap lekat sepasang surai pria dihadapannya yang menatap penuh kerinduan. Dengan kedua lengan yang masih setia mengalung di leher Ares, Leia kembali mempersempit jarak diantara mereka. Mendorong perlahan tubuh pria itu hingga merebahkan diri diatas rerumputan.

"Hari ini. Untuk hari ini aku akan kembali padamu. Lakukan apa pun yang kau inginkan. Hari ini aku milikmu."

Ucapnya tepat di telinga pria itu.

"Bagaimana dengan esok?"

"Tergantung bagaimana situasi ke depannya."

Sahut Leia membuat Ares tersenyum tipis. Dengan pergerakan sedikit kasar, ia menarik paksa tubuh Leia hingga kini posisinya berada diatas wanita itu. Menatap teduh sembari menyampirkan rambut yang menutupi wajah cantik Leia.

"Bagaimana jika kita berpindah tempat?"

"Mengapa? Aku suka disini."

"Dan menjadi tontonan rakyatku?"

Ares menggantung kalimatnya sembari mengedarkan pandangannya sebelum akhirnya kembali menatap Leia.

"Penjagaku ada dimana-mana Leia Joyniel. Kau tak akan punya muka jika mengetahuinya."

"Dan kau membiarkan aku terlihat agresif sedari tadi."

Sahut wanita itu membelai lembut wajah Ares dan memberinya kecupan singkat di bibir.

"Karena itu, sebelum kau menjadi lebih agresif dari ini, sebaiknya kita mencari tempat yang lebih aman."

Ajaknya dan merubah posisinya menjadi duduk. Menarik kedua tangan Leia hingga kini wanita itu pun terduduk. Membenarkan tatanan rambutnya dan berdehem pelan.

Keduanya bangkit dan sedikit berlari memasuki kastil dengan bergandeng tangan.

"Apakah ini boleh dilakukan?"

Tanya Tan yang muncul dari balik pohon besar diikuti John dibelakangnya.

"Tentu tidak. Vampire dan dewi tak akan pernah bisa disatukan."

"Lalu mengapa kisah mereka tak juga berakhir?"

"Apa kau bisa mengatur bagaimana cinta akan berlabuh?"

"Mana kutau? Seumur hidupku aku tak pernah bersama seorang wanita."

"Benar. 350 tahun kita habiskan untuk mendampingi tuan Ares."

"Ah aku merasa kecewa. Seakan posisi kita dihati tuan tergantikan oleh bocah ingusan itu."

"Wanita yang kau sebut bocah ingusan itu bisa menjadikanmu debu hanya dengan satu kali hempasan."

Suara seorang wanita dibelakang mereka membuat keduanya sontak berbalik. Rasa gugup melanda keduanya begitu melihat tampang dingin Eirene yang menatap mereka datar.

"A..apa yang kau lakukan disini?"

"Dimana Yang Mulia?"

"Mengapa kau selalu mencarinya? Kau tak sibuk?"

Tanya John mengambil langkah mendekat.

"Sibuk. Aku sangat sibuk memburu kaum kalian. Jadi sebelum kesabaranku hilang, sebaiknya beritahu aku dimana Yang Muliaku."

"Mengapa aku harus memberitahu-"

"Beliau bersama tuan kami saat ini."

Sahut John memotong ucapan Tan membuat pria itu mendelik menatapnya.

"Dimana mereka? Aku harus menemuinya."

"Kau tak bisa melakukannya."

Sahut Tan dan disaat bersamaan angin kencang berhembus dan mengitari sosok Eirene yang kini menatap seduktif pada keduanya. Tatapan wanita itu begitu tajam, menandakan bahwa ia tak sedang main-main saat ini.

"Berhenti membuang tenagamu dan ikut aku."

Ujar John berbalik dan melangkah terlebih dahulu. Angin yang sedari tadi berhembus kencang pun perlahan menghilang. Wanita itu melangkah melewati Tan yang bergidik ngeri karenanya.

-

Sejak memasuki kamar luas milik Ares, tautan bibir diantara keduanya seakan enggan terlepas. Mereka hanya terhenti sejenak untuk mengambil nafas sebelum kembali menautkan bibir mereka.

Ares merebahkan diri diatas ranjang. Membiarkan Leia memimpin dalam permainan mereka kali ini, mengikuti permainan wanita itu. Saat keduanya begitu sibuk menyalurkan hasrat yang selama ini terpendam, sebuah ketukan pelan pintu kamar Ares membuat kegiatan keduanya terhenti.

Leia cukup paham siapa yang berada dibalik pintu. Wanita itu pun bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Sedangkan Ares masih berada diatas ranjang dengan bertelanjang dada. Menatap punggung Leia yang kini membuka pintu kamar pria itu.

"Mengapa kau menggangguku selarut ini?"

Ketus Leia begitu pintu terbuka dan menampakkan sosok wanita yang kini memandangnya dengan raut wajah gelisah. Eirene mengalihkan pandangannya kearah dalam kamar dan mendapati sosok Ares yang kini terduduk di tepi ranjang sembari kembali mengenakan pakaiannya.

"Maafkan aku mengganggumu. Tapi.. Kau harus segera kembali ke Aionios."

Seakan mengerti dengan ucapan Eirene, raut wajah Leia perlahan berubah.

"Ada apa?"

"Kekacauan telah terjadi. Di desa darah."

~~~

The Eternity [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang