26

269 67 5
                                    

Senyum manis terukir di bibir Leia begitu ia melepas kepergian seekor kelelawar penyampai pesan.

"Ada apa Yang Mulia?"

Tanya Eirene yang heran dengan raut bahagia Leia. Gadis itu pun berbalik dan kembali tersenyum.

"Ares... Menemukan keberadaan kakekku."

"Kakek?"

"Ayah dari ibuku."

Sahut Leia menjelaskan karena sahabatnya itu terlihat kebingungan.

"Ada satu hal yang belum kau ketahui Leia."

Ujar Ares sembari meneguk habis minuman beralkohol di tangannya.

"Hm? Apa?"

Tanya Leia mempererat pelukan dan mendongak menatap lekat wajah pria dihadapannya.

"Soal ayah Madelyne."

"Ayah? Maksudmu kakekku?"

"Ya, bisa dibilang begitu."

Leia perlahan melepas pelukannya dan merubah posisi menjadi duduk tegap. Menatap serius pada Ares. Menunggu pria itu untuk melanjutkan ucapannya. Ares meletakkan gelas di atas meja dan membenarkan posisi duduknya.

"Max, aku pikir aku bisa meminta bantuannya."

"Untuk?"

"Mengalahkan Jay."

Mendengar ide dari Ares, Leia mengerutkan keningnya bingung.

"Bukankah ia adalah seorang Alberto? Kau yakin meminta bantuan pada kakekku untuk membunuh anggota keluarganya?"

"Aku menemukan sesuatu yang bisa membuat Max melupakan soal garis keluarga."

"Apa yang kau rencanakan?"

Bukannya menjawab, Ares hanya tersenyum menyisakan sepasang matanya yang hanya segaris. Pria itu kembali mendekat dan mengecup lembut bibir ceri Leia.

"Kau mempercayaiku kan?"

Leia menatap dalam pada sepasang surai hitam Ares. Gadis itu pun mengangguk pelan.

"Maka jangan bertanya apapun. Aku hanya ingin mewujudkan impianmu. Tidak lebih."

Lanjutnya dan kembali mendekap hangat sang kekasih. Gadis itu pun tersenyum tipis sembari membalas pelukan Ares.

"Ayo."

Ajak Leia mendahului Eirene. Merasa jika sahabatnya masih diam di tempat, Leia kembali berbalik.

"Eirene?"

"Hm?"

"Bukankah kita harus menyambut tamu yang datang tanpa undangan?"

Mengerti dengan ucapan Leia, wanita itu pun tersenyum licik dan mengangguk mengerti. Dengan secepat kilat keduanya pun menghilang menjadi biasan cahaya.

Dilain tempat, Jay berjalan mendekat pada tembok pembatas. Menerawang jauh, mengawasi para hybrid yang mulai melangkahi perbatasan Aionios.

"Tuan, bukankah ini terlalu beresiko?"

Tanya Juno menatap khawatir. Menanggapi pertanyaan kaki tangannya itu, Jay hanya tersenyum miring.

"Karena itulah aku mengirim mereka."

"Ya?"

"Untuk melihat seberapa kuat keponakanku itu."

The Eternity [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang