21

300 63 4
                                    

"Egy..Michelle"

"Bagaimana kabarmu tuanku? Hamba datang untuk memberi salam."

Ujar wanita itu sembari berjongkok dengan bertumpu pada salah satu lututnya.

"Aku sudah mencarimu sejak lama. Mengapa kau baru muncul sekarang? Aku yakin jika kau mengetahuinya."

"Ya. Aku tau semua yang terjadi beberapa waktu terakhir. Karena itulah aku datang."

"Kau tau semuanya?"

"Semuanya. Apa ambisi para hybrid, siapa yang menggerakkan mereka, apa tujuan Jay sebenarnya. Dan bahkan aku mengetahui apa yang kau lakukan dengan makhluk tiga spesies itu di kamarmu semalam."

"Makhluk tiga spesies? Maksudmu Leia?"

"Mengapa kau pura-pura bodoh? Memangnya dengan siapa lagi kau menjalin hubungan?"

Goda wanita itu membuat Ares berdehem pelan.

"Kau selalu menakutkan Egy."

"Dan kau selalu ceroboh dalam melakukan hal tidak senonoh."

"Sudah, jangan membahas hal lainnya. Jadi, apa tujuan hybrid sebenarnya?"

"Kau yakin lebih tertarik dengan tujuan mereka? Dibanding tujuan Jay?"

"Dari gaya bicaramu, sepertinya tujuan Jay lebih menarik untuk dibahas. Jadi apa tujuan pria itu?"

Mendengar ucapan Ares, Egy menyunggingkan senyumnya seraya berdiri dan berjalan mendekat. Ia menepuk pelan bahu Ares dan mendekatkan wajahnya kemudian berbisik.

"Tahta. Ia menginginkan tahtamu. Bukan hanya tahta sebagai pemimpin para vampire. Tapi juga darah kebangsawanaan yang kau miliki."

"Apa?"

"Ia ingin berubah menjadi vampire darah murni dengan bantuan tekhnologi rekayasa genetika. Ia ingin hidup abadi tanpa perlu khawatir akan kematian."

"Bagaimana bisa-"

"Tujuan utamanya saat ini adalah menghabisimu."

"Tapi ia bahkan tak bisa menyentuh ujung rambutku."

"Tetaplah waspada Ares. Mereka lebih kuat, jauh dari yang bisa kau bayangkan."

"Bagaimana kau yakin akan hal itu?"

"Karena mereka telah menambah kekuatannya berkali lipat. Dengan memangsa habis para peri di desa darah."

Ucap Egy membuat Ares membelalakkan matanya. Ia tak berpikir jika desa darah telah ditaklukkan. Yang ia tau hanyalah para hybrid yang telah berbuat onar. Pria itu menghela nafas pelan sembari memijit pelipisnya yang terasa nyeri.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan?"

"Apa kau membutuhkan bantuanku?"

"Kau adalah panglima perang terbaik yang aku miliki saat ini."

Mendengar pujian tak langsung dari Ares membuat Egy tersenyum puas. Wanita itu membelai rahang tegas Ares dan kembali mendekatkan wajahnya.

"Dengan senang hati, tuanku."

-

Leia berjalan menyusuri pantai. Gadis itu memandang penuh kekhawatiran begitu melihat kemunculan sebuah gerbang raksasa yang perlahan turun dari langit yang berwarna hitam pekat. Lautan yang perlahan pasang karena kemunculan gerbang tersebut disertai angin yang berhembus kencang.

 Lautan yang perlahan pasang karena kemunculan gerbang tersebut disertai angin yang berhembus kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cr : Pinterest)

"Yang mulia..itu.."

"Itu dia.. gerbang transparan yang melindungi Aionios dari dunia manusia."

"Apa yang akan terjadi selanjutnya?"

Tanya Yeriana yang berada tepat dibelakang gadis itu.

"Jika terus seperti ini, keberadaan Aionios perlahan akan terlihat. Dan kaum manusia akan menyusuri dalamnya hutan ini. Jika itu terjadi, kerusakan tak dapat dihindari."

"Ya? Bagaimana.."

"Manusia adalah kaum perusak. Akan banyak yang dikorbankan jika mereka memasuki wilayah kita."

"Lalu bagaimana?"

Timpal Wanda yang berada tepat disebelah Yeriana. Leia terdiam sejenak, tampak berpikir hingga akhirnya tangan gadis itu melakukan pergerakan kecil dan memunculkan sebuah belati keemasan dari telapak tangannya.

"Apa yang akan anda lakukan Yang Mulia?"

"Melakukan apapun yang aku bisa."

Sahutnya sembari membuat sayatan memanjang pada telapak tangan gadis itu. Menuangkan darah yang mengalir dari telapak tangannya pada sebuah botol yang ia genggam.

Leia berbalik dan berjalan mendekati kedua pendampingnya. Menyodorkan sebotol penuh darah yang ia aliri dari tangannya. Sementara Yeriana dan Wanda saling bertukar pandang sebelum kembali menatap Leia.

"Tuangkan ini pada tiap sudut pembatas. Darahku dapat menjadi penghalang sementara. Setidaknya ini dapat berlangsung selama seminggu."

"Lalu, apa yang akan terjadi setelahnya?"

"Aku akan mencari solusi untuk itu."

Sahut Leia dan diangguki mengerti oleh kedua pendampingnya.

~~~

The Eternity [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang