"ARES!"
Pekik Leia tat kala melihat tangan Jay yang menembus dada serta mencengkram kuat jantung sang kekasih. Sebuah seringaian terlukis di bibir Jay.
"Hah ternyata rumor yang kudengar selama ini benar adanya. Cinta hanya membuat vampire darah murni sepertimu menjadi lemah Ares."
Bisiknya tepat di telinga Ares sebelum menghempaskan tubuh tak berdaya itu ke tanah. Jay meregangkan sejenak lehernya sebelum kembali menatap Leia yang kini terpaku pada Ares yang berada tak jauh darinya.
"Jadi bagaimana nona? Haruskah kubuat kau menyusul kekasihmu segera? Atau mau bermain sebentar dengan pamanmu ini?"
Leia menatap geram pada pria dihadapannya. Seketika, angin kencang berhembus. Lebih kencang dari sebelumnya. Disertai awan hitam dan petir yang menyambar menghiasi langit desa Neraida.
"Ho? Kau masih memiliki kekuatan yang tersisa rupanya. Pasti kekuatan itu kau dapatkan dari sisa-sisa kehidupan Madelyne? Ah sepupuku yang malang. Ia harus mati karna keputusan-"
Belum selesai Jay dengan kalimatnya, Leia kini telah berada tepat dihadapannya. Mencengkram kuat kerah pria itu dan menghempaskan kasar tubuhnya diatas tanah. Menghasilkan retakan-retakan besar di permukaannya. Sorot mata gadis itu begitu sarat akan amarah.
"Kekuatan yang menakjubkan bukan?"
Ujar Jay tertawa pelan.
Disatu sisi, Max berhasil menumbangkan Juno. Ia lantas menyusul ke tempat Leia namun langkahnya terhenti begitu mendapati Ares yang tergeletak tak berdaya dan Egy yang entah sejak kapan telah berada di sisinya.
"Tuan Max.."
Lirik wanita itu dengan raut wajah yang menahan kesedihan. Max menghela nafas kasar sembari mengedarkan pandangan hingga netranya mendapati keberadaan Leia dan Jay yang berada tepat dibawah gadis itu.
"Tolong lakukan sesuatu untuknya Egy."
Ujarnya sebelum kembali memperhatikan dua orang itu. Matanya memicing begitu menyadari pergerakan tangan Jay yang sedikit mencurigakan. Ketika ia menyadari apa yang pria itu hendak lakukan, Max berlari berusaha menyelamatkan cucu semata wayangnya itu. Namun terlambat. Jay berhasil memberi pukulan keras hingga membuat gadis itu terhempas cukup jauh.
Saat ia hendak mendekat, Max menghalangi langkahnya.
"Lama tak bertemu paman."
Ucapnya sembari melepas jas yang ia kenakan.
"Pergi sebelum kubuat kau menyesal."
"Kau yang harus pergi paman. Untuk apa pengkhianat sepertimu tiba-tiba muncul seperti ini dan berlagak seperti seorang pahlawan? Kau harusnya tetap bersembunyi. Seperti yang biasa kau lakukan."
Ujar Jay namun Max tak mengindahkannya. Pria itu pun mulai menyerang Jay. Pertarungan antar keluarga Alberto pun tak dapat terelakkan. Namun ia salah jika meremehkan kekuatan Jay. Keponakannya yang satu ini telah tumbuh semakin kuat berkat meminum darah para peri di desa darah.
Sebuah kerugian bagi Max karena pria itu telah lama tak turun dalam pertempuran. Tentu hal ini melemahkannya. Hanya dalam waktu sekejab, Jay berhasil mencederainya.
"Kau terlalu sombong paman. Aku bukan lagi lawan yang bisa kau gapai."
Ucap pria yang kini kembali melangkah mendekati Leia. Gadis itu bangkit dari duduknya. Dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Leia akan mengakhirinya saat ini juga. Ia tak ingin Jay memenangkan pertarungan ini dan membuat dunia kehilangan keseimbangan.
Saat Leia hendak melakukan penyerangan, langkahnya terhenti begitu mendengar Jay memekik. Pandangan gadis itu tertuju pada sebuah tangan yang menembus dada sang hybrid.
Jay perlahan menoleh untuk mendapati sosok Ares yang kini memandangnya dengan angkuh.
"Ba..bagaimana bisa.."
"Kau melupakan satu hal Jay. Makhluk sepertiku tak akan mati hanya karena kau mencabut jantungku. Kau harus menghancurkan seluruh organ penting jika ingin memusnahkanku."
Ucapnya yang seketika Jay tumbang dengan posisi bersujud tepat di kaki Leia. Tatapan gadis itu beralih pada Ares yang kembali jatuh terduduk sembari memegangi dadanya. Dengan sigap ia menghampiri sang kekasih. Menyamakan posisinya dengan Ares.
"Ares.."
Panggilnya dengan suara bergetar. Menyentuh kedua sisi rahang tegas pria itu membuatnya kembali mendongak hanya untuk mendapati sepasang mata Leia yang berair.
"Semuanya sudah berakhir."
Ucap Ares yang dijawab dengan anggukan cepat gadis itu. Ia memeluk erat sang kekasih dan menangis tersedu-sedu. Sementara Ares tersenyum tipis dan membalas pelukan Leia. Memberi tepukan-tepukan ringan di punggung sang gadis.
Disaat yang bersamaan, ratusan cahaya tampak menguar dari tubuh tak bernyawa itu. Membuat pelukan keduanya terlepas.
"Apa yang terjadi?"
Tanya Ares bingung. Beda halnya dengan Leia yang kini kembali tersenyum.
"Jiwa para peri telah kembali ke tempat yang seharusnya."
"Apa?"
"Mereka kembali untuk menjadi tabir pelindung Aionios. Dengan begitu, tempat itu akan selamanya terlindung dari jangkauan manusia."
Ujar Leia dengan senyuman yang masih menghiasi wajah lelahnya. Memandang takjub pada langit yang kembali cerah. Sama halnya dengan Max dan Egy yang tersenyum memandang banyaknya cahaya yang melintas diatas mereka.
"Ares.."
"Hm?"
"Dengan begini, kaum kita akan hidup berdampingan tanpa ada lagi pertikaian."
Kini pria itu yang tersenyum. Membelai lembut rambut sang kekasih dan melayangkan sebuah kecupan di kening gadis itu. Leia menatap Ares cukup lama sebelum ia mendekat dan melumat bibir tipis pria itu. Kini, tak ada lagi yang perlu mereka khawatirkan.
~~~
TAMAT
Yeayy akhirnya ff ini tamat juga setelah melewati drama kegalauan harus hapus ini cerita atau nggak.
Makasih yg uda setia baca ff gak jelas ini 😆
Maafkan aku kalo endingnya begini wkwkwk
Kapok gak mau bikin ff fantasy
lagi ಥ_ಥDan seperti biasa, kalo ada ff yg tamat, aku akan segera kembali dengan project baru.
Harap ditunggu ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternity [END]
Fanfiction{FANFICTION} Leia Joyneil adalah seorang dewi penjaga kedamaian di hutan tak terlihat bernama Aionios. Hutan yang tak bisa didatangi oleh bangsa manusia, yang begitu hijau dan damai. Kehidupan disana berjalan begitu tenang karena keberadaan Leia seb...