20

306 69 9
                                    

Hai ~
Aku balik lagi dengan kelanjutan ff ini. Semoga masih ada yang nungguin. Harap bersabar karna ff ini gak up sesering aku up ff yang lain. Karna ff fantasy gak semudah ff genre lainnya ಥ⌣ಥ
So, happy reading ^^

***

Langkah demi langkah kaki Leia memijak tanah desa darah yang diselimuti salju. Tubuh gadis itu bergetar hebat namun ia berusaha meredam kekhawatirannya. Ramalan masa lalu yang diramalkan ketika ia baru saja terlahir seketika mengusik pemikirannya.

'Akan terjadi kehancuran yang amat dahsyat mengguncang Aionios. Apabila salju turun di malam purnama.'

Perlahan Leia mendongakkan wajahnya yang tertutup tudung merah yang menyelimuti tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan Leia mendongakkan wajahnya yang tertutup tudung merah yang menyelimuti tubuhnya. Menatap langit malam yang begitu gelap disertai bulan purnama yang menghiasi.

"Apa..yang sebenarnya aku nanti.."

Gumam gadis itu menatap khawatir pada sang bulan yang mulai tertutup oleh awan hitam.

"Yang mulia.."

"Apa yang sebenarnya terjadi Wanda?"

"Para hybrid menyerang menara pengawas di malam hari dan membuat kekacauan di pusat desa."

"Apa..mereka membantai semua kaum peri?"

"Maafkan saya karena harus mengatakannya. Tetapi..tak ada yang tersisa."

Perlahan Leia berpegang pada pohon besar di sebelahnya. Mencoba menahan tubuhnya yang seketika terasa lemas.

"Apakah anda baik-baik saja?"

"Dimana ayahku?"

"Beliau sedang pergi ke desa Neraida untuk mencari keberadaan Krys."

"Krys? Apa yang terjadi dengannya?"

"Hari dimana serangan itu, dewa Andrew memerintahkan Krys untuk pergi ke desa darah. Tapi hingga saat ini beliau tak bisa berkomunikasi dengan Krys."

"Tidak mungkin. Dimana sebenarnya Krys?"

"Kami juga sedang mencari keberadaannya."

Sahut Wanda dengan raut kekhawatiran yang nampak jelas di wajahnya. Seakan belum selesai keterkejutan yang Leia alami, gadis itu kembali terdiam.

"Yang mulia.. ada apa?"

"Aionios..dalam bahaya."

"Ya?"

"Dengan lumpuhnya desa darah, pembatas yang melindungi Aionios dari dunia manusia akan menghilang. Tak akan ada lagi kedamaian Aionios. Ya, itulah makna dari ramalan itu."

"Yang mulia.."

"Kita harus kembali ke Aionios."

Putus gadis itu dan bergegas pergi diikuti oleh Wanda.

Sementara itu Ares berjalan menuruni tangga. Mendatangi beberapa anak buah yang menunggunya di lantai bawah. Raut wajah pria itu begitu dingin dengan rahang tegas yang menambah pesonanya.

"Jadi, apakah kalian bisa melacak keberadaan Jay?"

"Kastil yang ia huni telah kosong sejak seminggu yang lalu."

"Begitu.. Rupanya ia mempersiapkan semuanya dengan begitu matang."

"Apa yang harus kami lakukan tuanku?"

Dengan memasang kancing lengan kemejanya serta membenarkan posisi dasinya, pria itu kembali melangkah dan terduduk di singgahsananya. Menatap anak buah yang begitu setia melayaninya satu per satu.

"Tidak akan ada ampun bagi para penghianat. Walau ia dari kaum bangsawan sekalipun. Cari keberadaan mereka dimanapun. Jangan takut kalah karna kekuatan mereka tidak seberapa. Dan juga.."

Ares menggantung sejenak kalimatnya. Sepasang bola mata pria itu kini telah berubah menjadi biru dengan urat yang muncul di sekitar matanya. Menandakan jika sang vampire abadi itu tak lagi dapat mengontrol amarahnya.

"Bawakan aku kepala mereka. Semuanya.."

Ucap pria itu pada akhirnya. Membuat puluhan vampir di hadapannya berlutut dan memberi hormat sebelum bergegas pergi guna menjalankan misi.

Setelah suasana menjadi hening, kedatangan Tan dan John membuat Ares kembali mengalihkan pandangannya. Pria itu pun bangkit dan berjalan mendekat.

"Anda kedatangan seorang tamu."

"Siapa?"

"Aku.."

Sahut sebuah suara dari balik tubuh Tan dan John yang membuat keduanya menyingkir. Memberi jalan bagi wanita itu untuk melangkahkan kakinya. Berjalan mendekat dengan senyum khas miliknya. Sementara itu seketika raut wajah Ares berubah begitu mendapati kehadiran wanita yang selama ini ia cari.

"Bagaimana kabarmu Ares?"

Ujarnya seraya membelai lembut rahang tegas pria itu.

"Egy.. Michelle."

~~~

The Eternity [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang