04

408 85 19
                                    

Ares duduk terdiam di koridor kastil miliknya. Matanya menyala dalam kegelapan, menatap kosong pada sebuah lukisan besar dihadapannya. Lukisan keluarga besar Tiway. Helaan nafas kembali terdengar keluar dari bibir tipisnya yang berwarna merah darah. Banyak hal yang pria itu pikirkan saat ini.

Suara derap kaki yang kian mendekat mengalihkan atensinya. Ia menyadari siapa yang datang mengganggu waktu bersantainya. Ares masih duduk terdiam, menunggu sosok itu hingga tepat berada beberapa langkah di belakangnya saat ini.

"Ho? Rupanya kedatanganku sudah kau tunggu."

"Setelah bertahun-tahun, akhirnya kau memiliki nyali juga untuk mengungkap identitasmu sebagai pemimpin kaum hybrid, Jay.."

Ujar Ares membuat Jay terkekeh geli mendengar perkataan pria dihadapannya.

"Kaum? Kau bertindak seolah mereka bukan kaummu."

Ucap pria dengan mata keemasan yang nampak jelas di ruangan yang minim pencahayaan itu. Jay membenarkan letak dasinya dan menatap intens pada Ares yang kini bangkit dari duduknya.

 Jay membenarkan letak dasinya dan menatap intens pada Ares yang kini bangkit dari duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi apa yang kau inginkan?"

Tanya Ares seraya berbalik menatap Jay dengan angkuhnya. Membuat Jay menyunggingkan senyum melihat tingkah pria dihadapannya.

"Kau sudah tau apa yang aku inginkan. Bergabunglah dengan kami. Sudah cukup kau duduk diam di singgahsanamu selama ini."

"Bergabung.. Dengan kalian? Apa kau sedang melucu?"

"Jika kau anggap ini sebagai lelucon, ya anggaplah begitu. Jadi maukah kau melucu denganku?"

"Kau tau dengan jelas apa jawabanku Jay."

"Dan aku tau dengan jelas apa alasan dibalik jawabanmu itu. Leia Joyniel.. Kau takut dengannya?"

Ares terdiam beberapa saat, menatap Jay dengan ekspresi dinginnya.

"Ah! Atau kau menyukainya?"

Terdengar kekehan pelan milik Jay lalu ia mengangguk-anggukan kepalanya dan tersenyum geli.

"Kau tak mungkin mencintainya. Seorang Ares yang terbiasa hidup terpisah dengan kaumnya? Tak mungkin menyukai wanita dari kaum tempramental sepertinya."

"Apa kau sedang memancing amarahku saat ini Jay?"

Ares berjalan mendekat dengan memandang tajam kearah Jay. Surai mata kehitaman miliknya perlahan berubah menjadi biru menyala.

"Memancingmu? Apa kau sedang tersinggung saat ini? Tapi untuk alasan apa? Karena aku menyebut namanya dalam percakapan kita?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memancingmu? Apa kau sedang tersinggung saat ini? Tapi untuk alasan apa? Karena aku menyebut namanya dalam percakapan kita?"

"Pergi sebelum aku mengubahmu menjadi abu."

"Kau tidak segan membinasakan kaummu, itu yang kau maksud? Lucu sekali. Baiklah. Aku akan pergi kali ini. Aku memberimu tiga hari untuk mengubah keputusanmu. Kami tak punya banyak waktu sebelum bulan biru muncul."

Ucap Jay yang perlahan menghilang dari pandangan.

-

"Bagaimana? Apakah kalian menemukan sesuatu yang ganjil?"

Tanya Leia begitu melihat kedua pendampingnya yang baru saja tiba. Wanda dan Eriana bangkit dari posisi setelah sebelumnya memberi hormat pada sang dewi.

"Sejauh ini belum ada pergerakan yang mencurigakan."

"Begitu.."

Leia bangkit dari duduknya, berjalan mengitari kursi yang sedari tadi ia duduki kemudian menatap lurus ke depan. Tampak jelas kegelisahan di raut wajahnya. Mata hijaunya menelisik jauh, terlihat berpikir.

 Mata hijaunya menelisik jauh, terlihat berpikir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tenang. Ini terlalu tenang, sedangkan bulan biru tak lama lagi akan muncul. Tidakkah ini mencurigakan?"

Tanya Leia yang disetujui oleh Wanda dan juga Eriana.

"Apakah ada kabar dari ayahku?"

"Tidak. Terakhir kali Yang Mulia memberi pesan untuk jangan lengah dan beliau akan segera kembali. Tetapi kami tidak mengetahui dengan pasti kapan beliau akan kembali."

"Baiklah. Kalian boleh pergi."

Wanda dan Eriana pun memberi hormat sebelum akhirnya menghilang menjadi kilatan cahaya.

"Apa yang sebenarnya mereka rencanakan.."

Gumam Leia nyaris tak terdengar. Ia pun bergegas pergi, menuju kastil yang letaknya tak jauh berada di batas antara hutan Aionios dan dunia luar. Wanita itu telah berdiri di sebuah jempatan kayu tak jauh dari kastil tersebut. Memandang lurus pada salah satu menara kastil.

"Kemarilah. Aku tau kau sudah menyadari keberadaanku."

Ucap Leia pelan dan tak lama setelahnya Ares muncul tepat dihadapannya. Hanya berjarak beberapa sentimeter. Pria itu menatap datar pada Leia.

"Ada apa kau kemari?"

"Bisakah aku mempercayaimu?"

"Untuk apa gadis cilik sepertimu mempercayai pria paruh baya sepertiku?"

Mendengar ucapan ketus pria dihadapannya membuat Leia memutar bola mata malas.

"Kau masih tersinggung dengan ucapanku tuan? Oh ayolah, kau bukan anak kecil lagi."

"Ya. Tapi aku juga bukan kakek-kakek."

"Umurmu sudah ratusan tahun Ares. Memangnya bisa dipanggil apalagi jika bukan kakek?"

"Tapi wajahku tidak tampak tua!"

"Itu karena kau vampire. Jika kau manusia biasa, kulitmu pasti kusut."

"Apa kau kemari hanya untuk membuatku kesal Leia?"

Ares menatap tajam pada Leia, membuat wanita itu tersenyum geli karenanya. Wanita itu pun menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kekiri menepis pemikiran Ares.

"Ini soal para hybrid."

Ucap Leia dengan wajah serius. Ares terdiam dan memandang Leia dengan tatapan yang tak dapat di artikan.

"Apa yang ini kau ketahui?"

Leia tersenyum tipis, ia semakin mendekatkan dirinya pada Ares. Membelai lembut rahang tegas pria itu dan mendekatkan wajahnya pada telinga Ares.

"Semuanya.."

~~~

The Eternity [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang