25

295 75 8
                                    

"Sudah kuduga itu kau."

Sebuah suara di kegelapan membuat sosok yang kini terduduk itu pun menoleh.

"Ares.."

"Bagaimana kabarmu, Max?"

"Dari mana kau tau keberadaanku?"

"Dari kekasihku. Ah, atau haruskah aku mengatakan bahwa aku mengetahuinya dari cucumu?"

"Apa?

Max, pria yang menyembunyikan dirinya di kegelapan itu pun perlahan bangkit. Berjalan menghampiri Ares yang berada di ambang goa.

"Cucu? Apa maksudmu?"

"Leia Joyniel.. Aku yakin kau sudah mengetahuinya."

Terdengar helaan nafas milik Max sebelum pria itu berbalik membelakangi Ares.

"Aku tak memiliki cucu sepertinya."

"Terserah kau saja. Aku tak datang untuk membuatmu mengakui keberadaannya. Aku datang untuk hal lain."

"Pergilah. Aku tak ingin berurusan lagi dengan kaummu."

"Kau tak ingin membalaskan dendam atas kematian anakmu?"

Langkah pria tinggi itu terhenti begitu mendengar ucapan Ares. Yang membuat sang vampire menyunggingkan senyumnya. Ia berjalan mendekat dan menepuk pelan bahu Max.

"Katakanlah kau tak memiliki rasa cinta sedikitpun pada cucumu. Tapi bukankah Madelyne adalah anakmu? Apapun keputusan mengecewakan yang telah ia ambil, kau tak bisa membencinya."

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"

"Madelyne, dibunuh. Oleh salah seorang dari anggota keluargamu."

Tubuh Max menegang. Dengan secepat kilat ia berbalik dan menatap Ares tajam. Rahangnya mengeras dan mata biru menyala serta urat-urat yang menonjol di dekat matanya. Menyiratkan kemarahan teramat dalam.

"Siapa? Siapa yang membunuh Madelyne?"

"Kau akan bergabung denganku? Jika kau mau membantuku-"

"KATAKAN SIAPA!!!"

Gertak Max yang dengan cepat menarik kerah kemeja Ares dan mendorong kasar pria itu hingga menghantam dinding goa. Sementara Ares dengan senyuman dan wajah dinginnya, perlahan melepas cengkraman kuat Max dan membenarkan letak dasinya.

"Keponakanmu. Jay Alberto."

Mendengar satu nama yang terucap membuat Max kalut dalam amarahnya. Dengan segera ia berbalik dan hendak pergi namun Ares dengan secepat kilat telah berada tepat dihadapan pria itu.

"Minggir."

"Em tidak tidak."

Sahut Ares menggeleng pelan dan menggerakkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

"Ares!"

"Kau tak bisa bertindak gegabah Max. Itu hanya akan merugikanku."

"Ini bukan saatnya memikirkan hal itu!"

"Bersikap ceroboh hanya akan membuatmu berakhir seperti kaumku."

"Apa maksudmu?"

"Jay bukan vampire biasa Max. Ia adalah pimpinan hybrid."

"Apa?"

"Walau kau hanya bersembunyi disini, aku yakin kau mengetahui banyak hal tentang para hybrid."

"Jay adalah pimpinannya?"

"Ia kuat. Sangat kuat. Kita tak bisa metemehkannya."

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Akhirnya kau paham juga apa yang aku inginkan."

Ucapnya tersenyum dan mengambil posisi duduk.

"Bergabunglah denganku Max. Kita hadapi Jay bersama-sama. Kau adalah vampire darah murni yang tersisa selain aku."

"Mengapa aku harus menerima tawaranmu?"

"Ini bukan tawaran. Ini adalah perintah."

"Apa?"

"Kau tak lupa kan? Aku adalah sang pemimpin."

Mendengar ucapan Ares yang meyombongkan dirinya membuat Max berdecak kesal.

"Sama sepertimu yang ingin membalaskan kematian anakmu, aku pun memiliki tujuanku sendiri."

"Apa itu?"

"Mewujudkan harapan Leia. Sebuah kehidupan yang damai dimana kawanan peri dan vampire dapat hidup berdampingan tanpa adanya pertikaian."

Terdengar tawa Max meremehkan.

"Sungguh harapan yang konyol."

"Aku tau. Kekasihku itu memang sangat unik.

"Kekasih? Kau benar-benar mengencaninya?"

"Mengapa? Apa sekarang kau akan bertindak seperti seorang kakek yang melindungi cucunya?"

"Jangan bercanda."

"Kau tak perlu mengkhawatirkannya Max. Leia bukan gadis lemah. Dua per tiga dari gen yang ia miliki adalah gen terkuat di dunia ini. Siapa yang bisa menghabisi makhluk keturunan dewa dan vampire sepertinya? Jay tak akan bisa menyentuhnya."

Ucap Ares dengan bangganya yang tanpa Max sadari perkataan pria itu telah membuatnya merasa sedikit tenang.

~~~

The Eternity [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang