"Ada apa denganmu?"
"Semuanya telah berubah Ares. Aku tak bisa bersikap biasa saja denganmu."
"Apa maksud dari perkataanmu?"
Ares bangkit dan berjalan mendekati Leia yang tengah membelakanginya. Terdengar helaan nafas pelan sebelum gadis itu berbalik menatap sendu pada pria dihadapannya.
"Kaummu.."
Leia menggantung kalimatnya sejenak, menatap lekat pada sepasang mata Ares yang menatapnya bingung.
"Apa yang telah kaummu lakukan?"
"Kaumku?"
Kening Ares berkerut, tak mengerti dengan maksud dari kalimat yang Leia ucapkan.
"Penyebab hilangnya peri di desa darah. Apakah kau dalang dari semua kekacauan ini?"
"Leia, apa maksudmu?"
"Apalagi yang kau butuhkan Ares? Mengapa kau berbuat kerusakan sedemikian rupa?"
"Leia aku tak mengerti dengan maksud ucapanmu. Kerusakan apa? Dalang apa?"
"Kau memanfaatkan kepercayaanku hanya untuk menghancurkan kaumku. Itu yang kau lakukan saat ini!"
Bentak Leia bersamaan dengan angin yang berhembus begitu kencang. Menjadi beberapa pusaran angin yang mengelilingi keduanya. Sepasang mata gadis itu menatap penuh kemurkaan pada Ares yang masih berusaha mencerna apa maksud dari ucapan Leia.
Tanpa ragu-ragu, pria itu melangkah mendekat. Menatap teduh pada Leia yang tampak begitu kacau.
"Leia.. Aku mohon tenanglah dan mari bicarakan semuanya secara baik-baik."
"Jangan mendekatiku!"
Bentak Leia mengibaskan satu tangannya menghasilkan hembusan angin yang begitu kencang, membuat tubuh Ares nyaris terpelanting jika saja pria itu tak memiliki refleks tubuh yang cukup baik.
Apa yang baru saja Leia lakukan, telah berhasil menyulut emosi Ares. Sepasang mata pria itu telah berubah menjadi kebiruan dan urat-urat yang muncul di dekat matanya.
"Leia Joyniel!"
Teriak Ares dan dalam waktu sekejab, ia berada tepat dihadapan Leia dan mendorong cepat tubuh gadis itu hingga menghimpitnya pada sebuah pohon yang cukup besar.
Leia meringis kesakitan, namun ia masih tetap sama dengan sebelumnya. Menatap tajam dan penuh kebencian pada pria dihadapannya.
"Demi apapun aku tak pernah melakukan apa yang telah kau tuduhkan. Dan jika kau mengatakan aku memanfaatkanmu, kau sungguh dangkal. Kau sendiri yang mendekatiku dan mengikutiku kemanapun aku pergi. Jangan melupakan kenyataan itu!"
Tegas Ares yang perlahan melepaskan cengkramannya dari kedua bahu Leia. Ia melangkah mundur, menatap intens pada Leia yang masih menatap sengit padanya.
"Nyatanya kau sama saja. Memandangku dengan sebelah mata dan memperlakukanku seperti sampah."
Ujar pria itu yang seketika menghilang. Sementara Leia yang hendak menimpali ucapan pria itu mengurungkan niatnya begitu Ares menghilang begitu saja.
Leia menggigit bibir bawah dengan kedua tangannya yang mencengkram hebat. Gadis itu tertunduk bersamaan dengan isakan tangis yang mulai terdengar di hutan Aionios yang saat itu begitu sepi.
~~~
Ares membuka matanya perlahan, ia kembali teringat akan pertengkaran hebatnya dengan Leia, gadis yang dahulunya begitu ia agung-agungkan.
(Cr: Pinterest)
Pria itu menghela nafas kasar sembari merubah posisinya menjadi duduk tegak. Ia memijit pelan pelipisnya yang terasa sedikit nyeri. Bersamaan dengan itu, John dan Tan muncul membuat atensi Ares teralihkan.
"Ada apa?"
"Kami sudah mendapatkan datanya."
"Mengenai Madelyne."
Balas Tan menimpali ucapan John membuat raut wajah Ares berubah menjadi serius. Pria itu pun bangkit dan berjalan mendekat.
"Jadi bagaimana? Siapa Madelyne sebenarnya?"
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternity [END]
Fanfiction{FANFICTION} Leia Joyneil adalah seorang dewi penjaga kedamaian di hutan tak terlihat bernama Aionios. Hutan yang tak bisa didatangi oleh bangsa manusia, yang begitu hijau dan damai. Kehidupan disana berjalan begitu tenang karena keberadaan Leia seb...