Pahit manisnya kehidupan kembali dirasakan saat ini oleh seorang remaja laki-laki berusia 11 tahun. Ia kebingungan apakah harus memenuhi wasiat terakhir sang nenek atau mengikuti kata hatinya.
Di ruangan yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil ini, terdapat sekumpulan keluarga besar. Suasana yang sangat hening menyebabkan hawa di sana menjadi dingin padahal saat ini matahari sedang sangat terik-teriknya.
Keheningan yang mendominasi akhirnya dipecahkan oleh suara laki-laki paruh baya yang sedari tadi terus mentap tajam sang remaja yang tidak lain adalah anaknya sendiri.
"Jadi kamu akan memutuskan untuk tinggal dimana?"tanya laki-laki paruh baya tadi dengan nada datar dan terus menatap sang anak dengan tatapan tajamnya.
"Atha tidak tahu ayah,"jawab remaja yang terus ditatap tajam oleh seseorang yang ia sebut ayah.
"Kamu harus menentukan pilihan. Dan saya harap kamu tidak memilih untuk kembali,"timpal seorang wanita paruh baya yang sama-sama menatap remaja tadi dengan tatapan tajam miliknya.
"Kalian itu bagaimana sih, Atha itu anak kalian dan benar kata ibu, Atha harus kembali bersama kalian. Dan saat ini Atha memang sangat membutuhkan perhatian kalian,"ucap seorang wanita yang umurnya hanya terpaut satu tahun dengan seorang wanita tadi.
"Tante benar bunda. Seharusnya Atha tinggal bersama kita. Atha mau kan tinggal lagi bersama abang?"timpal seorang remaja berumur 12 tahun yang sedang duduk di samping seseorang yang ia sebut bunda.
"Tapi kan Dina, kamu tahu sendiri kan anak ini seperti apa?"kata wanita paruh baya tadi
"Dan kalian akan lebih mementingkan martabat kalian dibandingkan anak kalian sendiri?"tanya wanita yang bernama Dina itu.
Sedangkan anak remaja yang sedari tadi diomongkan itu nampak berpikir. Entah ia akan mengikuti saran siapa. Namun, jauh di lubuk hatinya ia sangat meginginkan untuk tinggal kembali bersama keluargamu.
"Atha ingin tinggal bersama siapa?"tanya sanga tante yang bernama Dina tadi
Nampak remaja itu menghela napas panjang dan akhirnya ia mengeluarkan suaranya,"Atha akan tinggal bersama ayah dan bunda."
Mendengar penuturan remaja yang bernama Atha tadi, sang ayah langsung mendengus dan menatap tajam ke arah remaja itu.
"Tidak apa-apa kan bunda ayah?"tanya Atha
Bukannya sang ayah atau sang bunda yang menjawab tapi seorang remaja yang berumur 12 tahun tadi yang menjawab,"tidak apa-apa dong. Abang seneng banget kita bisa tinggal bersama lagi."
"Yang dikatakan Rio benar Atha,"ujar Dina
Nampak sanga ayah menghela napas dan kemudian bangkit dari duduknya,"oke siapkan barang-barang kamu dan kami akan menunggu di sini."
Dan Atha segera berlari menuju kamar yang ia tempatkan selama kurang lebih 3 tahun bersama sang nenek dan sekarang neneknya sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Ia sungguh merindukan sang nenek. Nenek yang selalu memberikannya kasih sayang disaat kedua orang tuanya tidak dapat memberikannya itu.
*****
Setelah kurang dari 10 menit Atha menyiapkan seluruh barang-barangnya, ia kembali membawa sebuah koper yang tidak terlalu besar yang berisikan semua pakaiannya menuju ruang keluarga yang di sana hanya tersisa ayah bunda dan abanya saja mungkin saja sang tante sudah pulang lebih dahulu."Atha sudah siap ayah,"ucap Atha saat sampai disana.
"Yasudah,"jawab sang ayah manusia ia bangkit dari duduknya dan diikuti oleh bunda dan seorang remaja yang bernama Rio tadi.
Rio menggandeng tubuh Atha dan menuntunya menuju mobil yang ia bersama keluargamu kendari tadi. Saat mereka sampai di luar dan tidak lupa sang bunda mengubah pintu tersebut dan mereka melangkah menuju mobil dan mobil itu terus melaju sangat jauh meninggalkan sebuah rumah sangat berarti bagus seorang remaja bernama Atha tersebut.
Di dalam mobil, suasana canggung menyelimuti Atha. Kurang lebih selama 3 tahun dirinya terpisah dengan keluarga kandungnya membuat ia merasa asing.
Rio yang merupakan seorang kakak dari Atha itu memecahkan suasana yang sangat sunyi tercipta di dalam mobil,"nanti Atha bakal tidur bareng lagi sama abang kan?"tanya Rio
"Nanti Atha bakal tidur di kamarnya,"sahut sang bunda yang mend3ntar pembicaraan kedua remaja itu
"Iya bang, nanti Atha bakal tidur di kamar Atha,"kata Atha menjawab pertanyaan Rio yang sempat tertunda tadi akibat sahutan dari sang bunda.
"Owh yaudah,"ucap Rio
Sekitar 1 jam perjalan akhirnya mereka sampai di sebuah perkarangan rumah yang luas. Semuanya turun dari mobil itu dan mereka semua memasuki rumah itu.
"Kamu akan tinggal di sini kembali. Dan saya harap kejadian beberapa tahun yang lalu tidak terjadi,"ucap sang ayah kepada Atha
"Iya ayah, aku tidak akan mengulanginya lagi,"jawab Atha
"Kamu masih ingat rumah ini kan? Dan kalau kamu masih ingat, tentu saja kamar kamu masih kamu ketahui kan?"tanya sang bunda
"Iya, aku masih mengingatnya,"
Kemudian Atha melangkah menuju lantai dua dimana kamarnya terletak di sana, tepat di samping kamar sang kakak. Melihat itu, Rio kemudian mengejar sang adik agar ia bisa membantu untuk membereskan semua barang-barang yang ia bawa.
"Atha, abang bantu ya,"ucap Rio
Bukannya Atha yang menjawab, namun sang bunda yang lebih dulu menimpali pertanyaan yang dilontarkan sang anak,"Rio langsung ke kamar. Dia sudah besar biarkan dia mandiri."
Rio menghela napas,"baik bunda,"jawab Rio dan kemudian melangkah menuju kamarnya dan meninggalkan Atha yang masih terdiam di sana.
*****
Atha sudah beda di kamar yang sudah lama ia tinggalkan. Ia menatap kamar ini tidak ada yang berubah. Kamarnya sungguh tidak di rawat. Terbukti dari banyaknya sarang laba-laba yang berada di langit-langit kamarnya.Ia berjalan menuju ranjangnya seprai yang sama saat terakhir kali ia meninggalkan kamar ini. Ia menghela napas dan berjalan menyusuri kamarnya dan membersihkan kamarnya yang terlihat lumayan kotor.
Sekitar 10 menit lamamya ia membersihkan kamarnya ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang ada di kamarnya itu. Ia menerawang bagaimana kehidupannya yang akan datang. Apakah masih sama atau akan berubah beberapa alur.
Atau mungkin ia akan menemukan kehidupan baru, yang mungkin benar-benar ia inginkan. Atau kehidupannya akan lurus saja. Akan tetap seperti ini. Ia tidak tahu. Yang pasti, ia kan mencoba memperbaikinya.
Memperbaiki kesalahan yang ciptakan dahulu. Memperbaiki takdir yang sesungguhnya ia tidak inginkan.
Lama menerawang masa depan, matanya terpejam. Ia lelah sehabis membersihkan kamarnya yang benar-benar tidak di rawat setelah ia pergi selama beberapa tahun.
Kembali ke dunia mimpi yang semoga saja akan terwujud di dunia nyata.
~~~~~
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ATHALLA
Teen Fiction[SELESAI] "manusia itu bisa menilai keburukan orang lain. Namun, apakah manusia itu bisa menilai keburukannya sendiri?" . . Kisah klasik seorang remaja laki-laki yang hanya bisa mengikuti alur kehidupan yang sudah ditentukan. Mencoba untuk memperbai...