DEAR ATHALLA (5)

904 55 0
                                    

Kebahagian itu tidak diukur dari sebarapa banyak harta yang yang dimiliki. Namun,kebagian itu bisa datang sendiri atau kita sendiri yang menciptakan. Dengan kita melakukan hal-hal yang membuat hati merasa tenang, merasa bahagia. Hanya hal sederhana namun sangat berarti.

Dalam sebuah kamar yang tidak terlalu besar ataupun kecil yang hanya bisa dihuni oleh satu atau dua orang ini, seorang remaja membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang terdapat di sana. Walaupun tidak selengkap kamar tidur di rumahnya dulu, namun ini sangat nyaman.

Kedamaian yang terusik akibat sebuah ketukan pintu dari arah luar kamar mengakibatkan dirinya harus bangun dan membuat pintu itu. Seorang wanita paruh baya yang tadi sore ia tolong dan wanita itu menolongnya kembali dengan mengijinkan dirinya untuk tinggal entah untuk berapa lamanya.

"Athalla turun yuk makan malam, yang lain juga udah nunggu sekalian ibu mau ngenalin kamu ke yang lain,"ucap wanita yang bernama Irma itu.

Hanya anggukan sebagai balasan kemudian Athalla mengikuti wanita itu menuju ruang makan yang terdapat dua meja makan dan ada sepuluh anak-anak kecil dan sepuluh juga remaja yang seusianya. Lebih didominasi anak laki-laki dan anak perempuan mungkin bisa dihitung dengan jari.

Irma mempersilahkan Athalla untuk duduk di kursi kosong yang terdapat di meja makan kedua. Semua orang menatapnya bingung dan keheranan. Namun ada juga yang langsung memperkenalkan dirinya dan di balas sahutan ada anggukan oleh Athalla.

"Pasti kalian bingung kan liat kakak yang lagi duduk sama kalian, jadi sebelum kita mulai makan malamnya ibu mau kenalin ke kalian,"ucap Irma dengan nada lembutnya

"Tapi bu, boleh gak kita makan dulu. Alika lapar,"ucap seorang anak perempuan sekitar umur 6 tahun.

"Alika lapar, emang Alika gak penasaran sama kakaknya?"tanya Irma

"Penasaran sih, tapi lapar Bu, gimana dong?"

Hanya kekehan sebagai balasan. Dan Irma mempersilahkan anak-anaknya untuk menikmati makan malam yang sudah ia siapkan bersama remaja perempuan di sini. Tidak ada yang memulai percakapan saat acara makan itu berlangsung, karena sedaridulu mereka dibiasakan oleh Irma untuk tidak ada yang berbicara saat mereka makan.

Setelah semuanya selesai, yang biasanya mereka langsung merapikan peralatan makan mereka, kali ini ditunda dulu karena mereka ingin mendengarkan ucapan Irma yang sempat tertunda tadi.

"Jadi ibu boleh lanjut gak nih ngomongnya?"tanya Irma kepada semua yang ada di meja makan

"Boleh bu,"jawab mereka serentak

"Jadi kakak yang ada di samping kalian ini namanya Athalla, biar lebih jelas aja Athalla sendiri yang memperkenalkan dirinya,"ucap Irma mempersilahkan Athalla untuk memperkenalkan dirinya

"Assalamualaikum, namaku Athalla Reonald Gibran tapi kalian panggil Athalla aja, salam kenal,"ucap Athalla

"Kalau aku panggil kak Gibran boleh gak?"tanya anak kecil laki-laki berpakaian coklat berusia sekitar 5 tahun itu

"Boleh sih, tapi panggil Athalla aja biar lebih akrab, gimana?"tanya Athalla

"Oke,"jawab mereka serempak

"Baik, kalian boleh memperkenalkan nama kalian masing masing dimulai dari Wiko,"ucap Irma menunjuk seorang remaja yang berada satu tahun di bawah Athalla

"Namaku Wiko Satria,"

"Aku Dimas Saputra, panggil abang aja, aku paling tua di sini. Sebenarnya ibu sih yang tua tapi dari anak-anak yang lain aku yang tua,"

"Aku Dias Rahendra,umur kita kayaknya sama,"

"Romi Asegaf,"

"Putra,"

"Gina,"

"Aul,"

Dana masih banyak lagi. Sekitar dua puluh penghuni di rumah ini termasuk Irma dan Athalla. Dan seseorang yang bernama Dimas yang paling tua sekitar berumur 15 tahun dan Puput adalah yang paling kecil sekitar berumur 3 tahun. Di sini semua anak Irma sekolahan dan tidak ada yang tidak dan mungkin Athalla juga akan disekolahkan oleh Irma.

*****
Keadaan Athalla saat ini mungkin bisa dibilang nyaman, tidak ada lagi tatapan tajam dan tidak ada lagi kata-kata yang menusuk hati.

Berbeda dengan keadaan rumah yang sekarang tengah ramai. Ramai yang bukan berarti banyak orang, namun ramai dengan adanya kegaduhan yang tercipta. Semua orang di sana terkejut, bagaimana tidak seseorang mungkin baru kemarin ada di rumah ini dan malam ini ia bertambah usia sudah tidak ada di tempatnya, hanya ada terdapat secarik kertas yang terletak di atas meja belar yang ditulis rapi oleh pemilik kamar ini.

Atha pergi ya, tapi mungkin nanti Atha kembali.
Bunda, ayah sama bang Rio jangan dulu cari Atha. Biar Atha nanti yang cari kalian.
See you and goodbye.

Athalla Reonald Gibran

Seperti itulah isi tulisan tangan yang rapi yang ditemukan di atas meja belajar oleh kakak dari seseorang yang menulis rangkaian kata-kata itu. Dan saat seseorang yang menemukan secarik kertas itu ia langsung memberitahukannya kepada sang bunda yang tengah berbicara santai dengan ayah, tante dan om-nya yang sengaja berkunjung ke sini.

"Atha kemana sih? Abang gak nemu lagi apa-apa gitu di kamar Atha?"tanya sang tante

"Gak tante, tapi pas abang ke kamarnya Atha, dia gak ada trus cuma ini aja yang ada,"ucap Rio sambil menunjukkan secarik kertas itu

"Padahal tadi pagi bunda baru kasi dia selamat ulang tahun,"ucap sang bunda dengan nada lirih

"Buat apa sih kalian khawatir sama dia,"ucap sang ayah

"Dia itu anak aku Rama, darah daging kamu,"ucap sang bunda

"Iya, anak yang bisanya cuma bikin malu keluarga,"ucap Rama

"Gak. Apa salahnya sih Athalla membela dirinya dan aku udah menanyakan itu kepada ibu dari anak itu dan ternyata anak itu yang memulai dan Atha hanya membela dirinya, apa itu salah hah?!"ucap Aisha selaku sang bunda dengan berusaha memahami emosinya untuk menghadapi perkataan sang suami.

"Udah! Mba mas! Kalian adu mulut gak bakal buat Atha balik lagi ke sini!"ucap Dina dengan nada emosi

Semua di sana terdiam, mereka sangat takut. Takut akan kehilangan seseorang yang mereka sempat mereka abaikan.

"Kita cari Atha sama-sama dan kalau belum ketemu juga kita bakal lapor polisi,"ucap Dodi selaku paman

"Hmm, baiklah aku minta maaf mungkin perlakuanku selama ini sangat tidak baik,"ucap Rama

"Kalau dulu kita berfikir dengn kepala dingin, ini semua gak akan terjadi,"ucap Aisha lirih

"Bunda jangan nangis, kita cari adek sama-sama oke, abang juga bakal minta tolong sama teman-teman abang,"ucap Rio memeluk Aisha

Hanya anggukan yang dibalas Aisha. Ibu mana yang menginginkan anaknya untuk meninggalkan dirinya walaupun itu hanya untuk pergi sementara apalagi untuk selama-lamanya.

Kehilangan adalah sesuatu yang sangat tidak di inginkan oleh semua orang. Itu semua hanya mengundang air mata.

~~~~~

Bersambung.....

DEAR ATHALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang