44

64 4 0
                                    

Vote!

***

"Maaf terlambat om tante mi, pi" ucap seorang cowok dengan suara yang tidak asing membuat Shakeera mendongak.

Deg!

"Jangan bilang mama baba jodohin gue sama dia" batin nya mencoba berpikir positif.

"Eh, sha? " ucap cowok itu.

"Eh iya, kak. Lama kita gak ketemu yaa haha" ucap Shakeera dengan tawa canggung. Membuat cowok itu juga tertawa.

"Baru juga tadi pulang gue yang anter lo"

Semua orang yang ada di meja melihat ke arah mereka berdua dengan tatapan aneh, "kalian saling kenal?" Tanya Heni, ibu cowok itu.

"Iya, mi. Arya yang nganterin dia pulang juga tadi heheh" ucap arya lalu duduk di sebelah ibunya.

"Bagus deh! Rencana kita bakal gampang nih say!" Ucap Heni kepada Alima.

"Rencana apa, mi?" Tanya Arya bingung.

Alima langsung menoleh ke arah suaminya. Ahmed pun mempersilahkan Alima untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Jadi tujuan mama dan mami disini mau menjodohkan kalian." Shakeera mendengarkan dengan tidak minat. Bahkan ia sibuk dengan kukunya sendiri. Tetapi matanya berkaca-kaca

"Alasannya apa tante?"

"Pertama, karena pergaulan sekarang sudah kacau. Kedua karena perjodohan di kalangan orang berdarah arab adalah hal lumrah." Ucap Alima.

"Iya sayang. Dan mami juga sudah melihat betapa tanggung jawab nya kamu, dan mama Alima juga sudah meminta laporan kerja kamu sebagai ketua osis di sekolah nya. bunda harap kamu menerima perjodohan ini dengan sukarela dan bisa menjadi suami yang baik."

"Jadi gimana Arya? Kamu bersedia?" Ucap Alima. Arya sudah siap melontarkan jawabannya tetapi Shakeera memotong.

"Mama gak nanya eera dulu? Apa pendapat eera ga penting buat ini semua?" Tanya Shakeera dengan air mata yang siap tumpah.

"Shakeera. Ini semua kita lakuin demi kebaikan kamu juga." Ucap Alima mencoba untuk tidak adu mulut dengan anaknya.

"Ma, ba, om, tante, yang kalian korbankan ini masa depan aku. Apa aku gak bisa berpendapat dalam memilih masa depan aku?" Ucap Shakeera yang kini air mata nya sudah turun.

"Nak, bukan begitu." Ucap bunda Arya dengan lembut nya.

"Maaf, permisi." Ucap Shakeera kepada semuanya dan berlalu begitu saja. Ahmed hendak bangun mengejar anak gadisnya tetapi Arya mencegatnya. "Biar Arya aja om"

Shakeera terus berjalan ke lantai 2 restoran dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Lantai dua restoran memang tampak sepi.

Setelah sampai di balkon ia berhenti dan terjongkok sambil bersandar pada tembok.
Menangis sejadi-jadinya.

Arya melangkah pelan setelah di lihat nya Shakeera. Ia ikut terduduk di sebelah Shakeera, mengusap lembut kepalanya.

"Shakeera." Panggil nya membuat Shakeera berhenti menangis. Walau masih sesenggukan.

"Gue tau hati lo masih gak bisa nerima gue. Karena di hati lo masih 'dia' isinya" ucap Arya lemah lembut.

"Soal hati gak masalah bagi gue. Karena perlahan-lahan gue juga pasti akan ada di hati lo. Gue gak bisa nolak perjodohan ini, karena gue gak punya alasan untuk nolak. Gue sayang sama lo, sha."

Shakeera mengangkat kepalanya dan menghapus air matanya. "Enggak, kak. Lo gak akan ngerti rasanya jadi gue!"

"Gimana gue bisa ngerti! Kalo lo aja gak ngasih gue celah untuk bisa ngertiin lo!" Ucap arya tegas.

Shakeeran kembali menangis. "Gue... cuma gak mau nambahin orang terdekat gue. Karena dengan perjodohan ini kemungkinan rasa lo bertambah ke gue besar!"

"Gue gak mau nambah orang-orang yang akan sedih kalo sewaktu-waktu gue pergi!" Ucap Shakeera tersedu-sedu sambil menatap arya.

"Shakeera, kenapa lo selalu mikir kalo lo akan pergi dalam waktu dekat ini? Apa lo gak bisa mikirin hal selain itu? Lo harus kuat! Karena apa yang lagi lo alamin ini akan semakin parah kalo lo doktrin di otak lo kalo ajal lo udah dekat!"

"Gue sayang sama lo,"

"Gak! Lo bukan sayang sama gue! Lo itu cuma kasian! Jujur sekarang kalo lo emang cuma kasian sama gue!" Ucap Shakeera dengan nada tinggi.

"Kenapa lo berpikir kayak gitu, Shakeera?! Apa dengan gue yang selalu ada buat lo saat lo senang atau sedih gak membuktikan kalo gue beneran sayang sama lo?!" Ucap Arya tampak frustasi. Shakeera menangis sambil menatap langit.

"Kak.. gue cuma takut keluarga lo gak menerima gue dengan kondisi dalam penyakit kronis kayak gini. Gue... takut" ucap Shakeera lirih.

Arya langsung menangkup kedua wajah Shakeera dan menatap nya dalam. Mata indah cowok itu tampak ikut berkaca-kaca. "Kalo itu masalah lo, gue bisa batalin rencana ini. Tapi gue mohon sama lo, jauhin pikiran lo dari kata 'pergi'. Karena gue gak mau lo pergi." Ucap Arya kemudian memeluk Shakeera. Shakeera menangis dengan bahu bergetar. Ia juga merasakan bahu pria itu sedikit bergetar.

***

Vote guys!

-salam penulis yang pusing kebanyakan tugas.

ShakeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang