BAGIAN DELAPAN

8.3K 610 56
                                    

"Mencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi, yang harus ku pendam dalam mengaggumi dirimu"

HAPPY READING.

Suasana dikediaman Naya seperti biasanya, tapi malam ini kedua orang tua dan abang pertamanya datang. Dimeja makan suasana-nya hening saat Naya bergabung untuk makan.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Bima tajam menatap Naya yang duduk di depannya.

"Naya mau makan yah" Cicit Naya menunduk.

"Kata siapa kamu boleh makan disini?!" Sentak Bima membuat tubuh Naya bergetar.

"Kalo ada dia, saya ga akan makan!" Ketus Rama membuat Naya tersenyum pedih.

"Pergi kamu dari sini! Liat Putra saya gak mau makan kalo ada kamu disini!" Bentak Ayu Bunda-nya Naya.

"Ta...tapi Naya laper" Cicit Naya.

Rama menatap tajam Naya, sangat tajam tangannya sudah mengepal.

"Pergi dari sini sialan! Saya gak mau liat wajahmu itu!" Teriak Rama murka bahkan dia menendang Kursi.

"Ma..maaf" Cicit Naya kemudian berlari memasuki kamarnya di lantai Atas. Sesampainya dikamar dia menangis, menangisi takdir yang tak pernah berpihak kepadanya.

"Hiks hiks gue salah apa, hiks kenapa semua pada jahat...hiks hiksss.." Isak Naya sambil menutup Wajahnya.

Naya menangis sampai ketiduran bahkan dia sudah melewatkan makan malamnya.

🐝🐝🐝

Keesokan Harinya....

Naya bangun jam 5 pagi, selesai Sholat Naya sudah tidur lagi melainkan membaca Al-quran, suaranya yang sangat merdu membuat siapa saja akan terhipnotis. Kedua orang tua-nya saja tidak tau kalo Naya tau mengaji.

Jam menunjukan pukul setegah 6 pagi, naya melipat mukena hitamnya dan menaruhnya di lemari. Kemudian Naya mengganti baju biasanya dengan seragam sekolah Putih Abu-Abu.

Naya tersenyum melihat penampilannya di depan cermin yang sangat besar itu. Perfect satu kata untuk Naya.

Dengan sangat pelan Naya menuruni anak tangga satiu persatu.

"Selamat Pagi" Sapa Naya ceria tapi hanya dibalas tatapan Tajam oleh mereka bertiga, siapa lagi kalo bukan kedua orang tua dan Abangnya.

"Mmm Naya boleh ga, berangkat bareng Ayah" Tanya Naya pelan.

"Siapa kamu mau berangkat bareng saya? Ketus Bima sambil menatap Naya

Naya terdiam sesaat kemudian mengulas senyum manisnya. "Naya anak ayah"

"Saya ga punya anak sepertimu! Pembunuh sampai membuat istri saya kehilangan Calon Anak kami"

"Itu bukan salah Naya! Sudah berapa kali Naya jelasin itu bukan salah Naya! Naya di fitnah Yah, nda" Teriak Naya sambil menangis.

"BERANINYA KAMU TERIAK DIDEPAN SAYA!" Bentak Bima sambil menjambak Rambut Naya yang terurai indah.

"Awhh sakit Yah" Cicit Naya.

PLAK

PLAK

"INI GAK SEBERAPA DENGAN KAMU YANG MEMBUNUH CALON ANAK SAYA! ADIK RAMA DAN NISA! ANAK SIALAN KAMU! KALO BUKAN KARENA KAKEK KAMU SUDAH SAYA TENDANG DARI RUMAH INI SIALAN! DASAR ANAK GAK TAU DIRI!" Bentak Bima murka. Bahkan Bima membuka ikat pinggangnya dan mencambuk Naya.

KANAYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang