Part 2

5.8K 417 5
                                    

Tepat hari ini Michael akan pulang dari rumah sakit sudah tiga hari ia dirawat dirumah sakit, dan selama tiga hari ini pula Michael dan Nathan saling mengenal satu sama lain.

"Kamu beneran mau pulang? Tapi, kondisi kamu masih belum fit loh," ucap Nathan khawatir karna tadi pagi Michael sempat mimisan tapi tak separah waktu di kamar mandi.

"Iya Bang, aku udah baik kok Bang. Gak usah lebay deh," ucap Michael malas.

"Heh orang khawatir sama kamu malah di bilang lebay!" ucap Nathan kesal.

"Iya-iya deh," ucap Michael

Selesai mengemas barang milik Michael, Nathan menghampiri Michael lalu memeluknya erat seakan tidak ingin kehilangan Michael. Karna merasa dipeluk Michael pun membalas pelukan Nathan dengan erat.

"Ternyata di dunia ini masih ada orang baik, terimakasih Tuhan karna sudah mengirimkan Bang Nathan buat Michael walau dia bukan saudara kandung Michael tapi dia sangat baik sama Michael dia menjaga Michael layaknya seorang kakak yang mengurus adiknya." Batin Michael lalu ia semakin mengeratkan pelukannya ke Nathan

"Abang janji akan jaga kamu dengan baik Michael."  Batin Nathan

🍃🍃🍃

Sekarang Michael dan Nathan sudah berada di depan rumah milik Michael tapi mereka masih berada di dalam mobil milik Nathan, entahlah rasanya Michael enggan dan takut untuk masuk kedalam rumah tersebut.

"Kamu gak masuk?" tanya Nathan setelah beberapa saat hanya diam yang menyelimuti mereka.

"Aku takut," ucap Michael pelan namun masih dapat didengar oleh Nathan.

Tangan Nathan yang awalnya memegang stir kini berada di punggung tangan milik Michael. "Kamu harus masuk ya? Kalo gak nanti orang tuamu makin marah sama kamu." Ucap Nathan pelan.

Michael menggeleng pelan tanda bahwa ia tak berani masuk. "Kamu harus berani dan kamu jelaskan ke orang tuamu bahwa selama tiga hari ini kamu berada dirumah sakit," ucap Nathan kepada Michael.

"Tapi per-" Belum sempat Michael melanjutkan kata-katanya sudah dipotong oleh Nathan.

"Sstts udah, gak ada yang percuma. Sekarang kamu masuk dan jelaskan baik-baik ke orang tuamu ya?" ucap Nathan lembut pada Michael.

"Iya Bang, aku masuk dulu ya. Makasih karna udah rawat aku selama tiga hari aku di rumah sakit." Ucap Michael tulus dan jangan lupakan senyum manis miliknya.

Nathan yang melihat senyum manis milik Michael tak tahan untuk tidak tersenyum juga. "Iya sama-sama, udah sana masuk." Ucap Nathan.

"Maaf Abang gak bisa nemenin kamu masuk ... Soalnya Abang ada urusan mendesak," tambah Nathan pelan seraya menatap manik sayu milik  Michael.

"Iya, gak papa kok, Bang!"

"Oke kalo gitu aku masuk dulu ya," ucap Michael, Nathan mengganguk sembari tersenyum hangat.

Michael pun keluar dari mobil milik Nathan dan mengucapkan salam. "Hati-hati dijalan, Bang. Jangan ngebut," ucap Michael.

"Siap!" Sahut Nathan.

Nathan pun mulai melajukan mobilnya dan meninggalkan Michael sendiri di depan rumahnya.

"Semoga kamu baik-baik aja Michael." Batin Nathan ketika melihat Michael dikaca spion mobilnya.

Setelah kepergian Nathan, Michael menghembuskan napas pelan apakah ia akan masuk atau tidak? Tapi ia harus masuk jika tidak ia akan mendapatkan amukan dari Papanya. Dan dengan berat hati Michael melangkahkan kakinya memasuki rumah yang selama ini menjadi saksi bisu baginya.

Baru satu langkah Michael menginjak lantai rumah kebesarannya ada suara pria paruh baya yang terdengar tegas dan ia sepertinya sedang menahan amarah. Seketika badan Michael menjadi tegang dan entah kenapa sulit digerakkan ia berkeringat dingin.

"Masih ingat pulang juga kamu ya?" gertak pria paruh baya itu diatas tangga.

"Anu ... Pahh ..." ucap Michael gugup sampai-sampai ia tak bisa mengucapkan kata-kata yang ingin ia keluarkan.

"Kemana aja kamu selama tiga hari ini?Hahh!" bentak sang Papa di depan Michael.

Rumah yang awalnya sepi tiba-tiba menjadi berisik akibat bentakan sang Papa.

"A-ku kem-a-ren sa-ki-t!" sahut Michael dengan gagap, entahlah rasanya ia tak kuat membalas perkataan sang Papa.

"Oh jadi kemaren kamu sakit?" ucap sang Papa dengan nada suara yang meremehkan.

"I-ya, Pa." Ucap Michael sambil menundukan kepalanya ia tak berani menatap Papanya jika sedang marah.

"Kamu ini yaa ..."

Drrtt... Drtt

Belum sempat sang Papa melanjutkan kata-katanya, handphone yang disaku celana sang Papa berbunyi mau tak mau sang papah mengangkatnya.

"Halo?"

"...."

"Baiklah saya akan segera kesana," putus Papanya dan langsung mematikan via teleponnya lalu menatap tajam Michael.

"Kamu ... ingat urusan saya sama kamu belum selesai!" ucap Papanya Michael dan langsung berlalu meninggalkan Michael seorang diri yang dari tadi mati-matian menahan buliran kristal bening yang ingin jatuh dari pelupuk matanya.

Sepeninggalan sang Papa, Michael langsung berlari ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan kasar.

"Kenapa? Kenapa semua ini terjadi sama gue?!" teriak Michael di dalam kamarnya yang terdengar menyedihkan.

"Gue gak kuat kalo kayak gini terus!" tambahnya dengan air mata yang semakin deras.

Dan malam yang panjang ini, Michael habiskan untuk menangis sama seperti malam-malam biasanya. Dan ini pun masih untung Papanya tadi tidak main tangan seperti biasanya.

🍃🍃🍃

Pagi telah tiba yang di temani dengan sinar matahari pagi yang sangat indah dan dengan suara kicauan burung yang merdu. Tapi di sebuah kamar terdapat pemuda yang masih bergelut dengan alam mimpinya, karna terusik ia pun terbangun dari tidurnya dan ia mulai meregangkan seluruh tubuhnya,lalu ia menatap jam di dinding milik kamarnya pukul 05:36 WIB.

Karna sudah merasa cukup baik dengan keadaannya ia pun memutuskan untuk pergi kesekolah. Lalu ia bergegas ke kamar dan melalukan ritual paginya.

Sekitar 15 menit ia keluar dengan wajah yang cukup segar dan rapi di bandingkan dengan tadi malam. Ia pun turun ke lantai bawah untuk mengisi perut yang sedari tadi meminta ingin cepat di isi. Namun saat ia sudah turun menuju dapur ia tidak ada melihat satu pun makanan yang tersedia di atas meja. Hanya ada buah-buahan itu pun ia tidak selera untuk memakannya.

Kruukk ... krukk

Suara perut Michael berbunyi lalu ia memegang perutnya dan menekannya dengan keras supaya tidak sakit lagi.

"Gila rumah segini masa gak ada makanannya?" gerutu Michael kesal.

"Astaga gue lupa! Kan Bi Minah pulang kampung," tambahnya lagi sambil menepuk jidatnya sendiri yang baru sadar kalau Bi Minah selaku asisten rumah tangga mereka pulang kampung.

"Aah udahlah biarin aja kelaparan, gue kan udah biasa kalo kek gini." Ucap Michael pelan.

"Ayo semangat Michael, lo pasti bisa menghadapi ini semua!" ucap Michael yang meyemangati dirinya sendiri.

Karna tak mau berlama-lama Michael pun langsung menyambar kunci motor sport miliknya. Kalian harus tahu bahwa motor Michael ini ia beli dengan jerih payahnya sendiri, di saat ia masih duduk di bangku SMP ia mulai menabung sedikit demi sedikit dari hasil kerjanya sendiri. Dan ia tak pernah meminta apapun kepada orang tuanya semenjak kejadian itu. Dan ia tak pernah bisa lagi meminta apapun dengan bebas ke orang tuanya.

^^^

Guys maaf ini cerita gak jelas banget ya. Tapi semoga kalian suka:)

Salam sayang dari Michael💜.

MICHAEL [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang