Part empatpuluh tujuh (revisi)

27.2K 1.8K 331
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

***

Lorong salah satu rumah sakit terlihat ramai dengan orang yang berlalu lalang, entah itu dokter, perawat, pengunjung atau penghuni salah satu kamar di rumah sakit itu. Termasuk Ayres dan kawan-kawan yang menjadi penyebab keramaian lorong tersebut.

Ayres terduduk lesu di lantai tepat samping pintu ruangan tempat istrinya di tangani sekarang. Dia bahkan tak peduli lagi dengan pakaiannya yang dipenuhi darah istrinya. Memandang kosong kedepan, segala pikiran negatif bersarang d otaknya.

Bagaimana jika calon anaknya tidak selamat? Bagaimana jika istrinya tidak selamat? Bagaimana jika mereka berdua tidak selamat? Mengingat darah yang tak henti-hentinya keluar dari bawah Alice membuat ketakutannya semakin bertambah. Apalagi saat sampai dirumah sakit dia dapat melihat bibir yang biasanya merah itu berubah menjadi biru.

Mengacak rambut frustasi, Ayres berusaha mengenyahkan semua pikiran buruknya. Istri dan calonnya anaknya pasti selamat. Yah, Pasti.

Mengalihkan pandangannya ke depan dilihatnya Oliv yang masih menangis dalam dekapan Rian. Sepupunya itu sangat histeris saat melihat keadaan Alice. Sedang di sebelahnya ada Clara yang duduk dengan gelisah sambil menautkan jarinya.

Ayres masih ingat saat masuk ke toilet tadi dia dapat melihat wajah syok sahabatnya itu. Gadis yang sekarang nampak pucat itu bukan penyebab kecelakaan istrinya kan? Tolong yakin kan dia jika sahabat baiknya itu tidak bersalah, dan apa yang terjadi pada istrinya real kecelakaan. Tolong yakinkan dia.

Kembali menatap lantai Ayres terus-terusan merapalkan doa agar gadisnya, wanitanya, istrinya dapat selamat.

“Ayres”

Mendengar namanya di sebut Ayres mendongak dan menatap Dika yang memberi kode dari matanya. Mengerti kode tersebut Ayres menoleh kesamping dan melihat orang tuanya yang datang dengan berlari kecil dengan raut khawatir terpantri di wajah keduanya.

Lekas berdiri dan langsung menarik Mommy nya untuk masuk kedalam pelukannya. Dia sangat membutuhkan pelukan hangat ibunya sekarang. Dan saat itu juga isakkan kecil terdengar dari bibirnya.

“Mom..” gumamnya semakin mengeratkan pelukkannya pada sang Mommy. Mengerti kesakitan anaknya, Amira mengelus lembut rambut anaknya juga ikut menangis.

“Alice akan baik-baik aja sayang. Dia akan selamat. Kita berdoa yah” ucap Amira pelan. Arka juga ikut mengelus pelan punggung tegap putra semata wayangnya itu.

“Jangan sedih Son. Alice akan menertawakan mu kalau tau suaminya menangis begini”

Tak peduli dengan perkataan daddy nya, Ayres hanya diam dengan wajahnya yang disembunyikan d ceruk leher Amira.

“Kita duduk yah sayang, Mom pegel berdiri terus” sadar posisinya yang sangat tidak mungkin untuk lama-lama dalam posisi itu, Ayres menegakkan badannya dan menuntun Amira dan Arka duduk d kursi kosong yang tersisa, atau lebih tepatnya Hidar dan Bilal mengalah agar kedua orang tua Ayres dapat duduk.

“Mom, Dad” panggil Olive dengan suara paraunya.

“Olive sayang. Sini nak sama Mommy” panggil Amira merasa iba dengan keponakannya itu, apalagi saat melihat wajah sembab Olive.

AL & AY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang