Part tigapuluh sembilan (revisi)

35.6K 1.8K 300
                                    

Huuwwaaaaaa..
ELL comeback setelah hampir 2 minggu gak update.
Kangen gak, Kangen gak?
Ell juga kangen kalian.

Kalau klian nanya kenapa Ell gak update selama ini. Itu karena Ell lagi nyusun jalan cerita menuju Ending, bahahahaa.

Endingnya udah ketemu, dan Yaaahh.. aku tidak ingin spoiler, tungguin aja kelanjutannya bagaimana.

Yaudah, kalian baca deh.

Happy reading,
VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK
Spam komen juga gak papa.

Love yaa🖤🖤

***

Seminggu sudah berlalu pasca Alice keluar dari rumah sakit. Hari ini juga Alice kembali masuk ke sekolah. Sebenarnya sehari setelah keluar dari rumah sakit Alice ingin langsung kembali ke sekolah, namun dia mendapat larangan keras dari suami dan mertuanya. Bahkan teman-temannya pun melarang Alice untuk bersekolah, tapi dengan keras kepala Alice menolak. Lagi pula sisa waktu Alice sekolah sisa 3 bulan lagi, setelah 3 bulan itu dia akan keluar dan melakukan home schooling. Karna perutnya pasti sudah terlihat di saat itu. Jadi Alice ingin menikmati sisa waktunya disekolah bersama teman-teman dan suaminya tentu saja.

Pagi ini Alice telah siap dengan seragamnya. Sembari menunggu Ayres mandi dia berjalan menuju dapur untuk membantu Bi Aya menyiapkan sarapan untuk seluruh penghuni rumah.

"Pagi Bi" sapanya pada wanita yang tengah mengaduk sesuatu di wajan.

"Pagi Neng"

"Bibi masak apa?"

"Nasi goreng sama telur ceplok neng. Neng Alice pengen makan yang lain?"

"Gak bi, aku makan yang bibi siapin aja" ucap Alice kemudian mulai menyiapkan susu untuknya dan juga Ayres. Setelah selesai Alice duduk dimeja makan menunggu Bi Aya menyiapkan sarapan.

Tak lama Ayres datang dengan seragam lengkap dan tas tersampir di bahunya.

"Hai" sapanya sembari memberi kecupan pada puncak kepala istrinya.

"Ay" Alice merentangkan tangan meminta dipeluk dan tentu saja disambut baik oleh lelaki itu.

"Kenapa, hm?" tanya Ayres dengan tangan mengelus rambut pirang istrinya.

Sudah biasa melihat tingkah istrinya yang selalu ingin dipeluk olehnya. Dia bahkan punya firasat jika anaknya kelak akan lebih manja padanya ketimbang pada Alice. Membayangkannya saja membuat Ayres tersenyum.

"Gak papa, gini dulu aja bentar" ucap Alice pelan, suaranya tidak terlalu jelas karna wajahnya yang di sembunyikannya di perut rata Ayres.

Alice terkadang bingung dengan dirinya sendiri yang seperti enggan berjauhan dengan Ayres. Mungkin ini keinginan anaknya, pikirnya. Hal yang patut Alice syukuri juga slama hamil dia belum pernah mengalami yang namanya mual dipagi hari. Yah, usianya memang bru 2 minggu jadi mungkin memang belum waktunya saja. Dia biasanya akan mual jika mencium aroma yang tidak sedap.

"Udah yuk peluknya, sarapan dulu biar kuat menjalani hari" ucap Ayres dengan diselingi kekehan kecil.

"Apaan banget" Alice melepaskan pelukannya kemudian mengambilkan nasi dan telur untuk Ayres.

"Iyain aja napa Al"

"Hm, iyaa.. Bi Aya ayo sarapan sekalian. Panggil pak Asep sama pak Udin juga. Kita sarapan bareng" ujar Alice pada Bi Aya saat melihat wanita itu berjalan menuju dapur.

AL & AY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang