Chapter 16 : Duduk Sebentar, Biar Paham.

939 129 406
                                    

Waw ternyata kita berjumpa lebih cepat dari yang aku duga.

Tau gak sii, aku bahagia banget liat kolom komentar rame bgt, terharu banget sumpaa. Terimakasih, aku syg bgt sama kalian. Tapi jujur, sebenarnya aku kasi tantangan 300 komen karna aku pikir bakal lama, jadi aku bisa lebih lama menikmati waktuku dengan dunia ku sendiri, tapi ternyata semangat banget kalian. Kali ini 400 komen yaa, gausah cepet" dehh, santai ajaa. Biarkan aku juga bisa santai, karena kalo komen sudah sesuai target, rasanya kalo gak up tuh ngerasa punya utang sama kaliannn. Sedangkan tugas kuliahku semakin menumpuk huhuuu. So, kali ini santai ajaa, gausa buru-buru. Aku mau bikin kalian tuh penasarann wkwkwk. Aduh, banyak mau ya aku, maafkann. Tapi semoga kalian mengertiii yaaaa. Fiyuuu guyss. Tarik napas dulu, tenangin diri sebelum baca part ini. Seperti biasa, aku tunggu komen kalian di setiap kalimatnyaa.

Happy Reading...

-

Ternyata maaf tak bisa memperbaiki segalanya, ada beberapa orang ketika sudah meminta maaf, mereka benar-benar berubah, tapi, ada juga yang justru mereka hanya meminta maaf untuk mengulanginya. Hubungan antara dua orang atau lebih, ketika dalam hubungan itu pernah terjadi sebuah permasalahan, bukan tak mungkin hubungan mereka akan tetap baik-baik saja seperti sebelum ada nya perselisihan.

Kalian tau tidak, kalau sebenarnya sebuah pertemanan baru terasa dekat ketika ada masalah antara satu sama lain. Mengapa demikian? Karena dari masalah, sebuah pertemanan akan di uji, di uji seberapa kuat tali pertemanan mereka.

Toxic dalam sebuah pertemanan mungkin sudah banyak terjadi. Ada yang memaksa untuk tetap dalam lingkungan toxic tersebut, ada pula yang akhirnya terpaksa harus keluar dari lingkungan toxic itu. Karena bagaimanapun, tidak ada lingkungan toxic yang menguntungkan.

Sebenarnya, apa sih yang kalian tau tentang toxic itu? Bagaimana cara nya menyikapi hal tersebut? Mungkin, menjauh adalah cara paling tepat. Menjauh untuk menyelamatkan diri kita dari lingkungan yang tidak sehat.

-

"Lo kenapa gak ada kapoknya sih, Kei? Gue gak ngerti kenapa lo jadi kaya gini, sumpah. Gak paham gue" Ziva mulai emosi, emosi nya meledak setelah mengetahui bahwa Keisya mendesak Tiara supaya menjauh dari Sam. Karena beberapa hari yang lalu, hubungan Tiara dan Sam sedikit renggang karena mereka perbedaan pendapat.

"Gue ini tau Sam kaya gimana, gue tau Sam itu cuma akan bikin Tiara sakit hati" baik Keisya maupun Ziva sama sama tidak mau mengalah, keduanya pun mulai berdebat.

"Anjing, gak gini caranya! Lo disini siapa, Kei? Hak lo apa ngatur hubungan mereka? Lo ini bukan Tuhan yang bisa seenaknya ngatur jalan hidup manusia"

"Ziv udah cukup!" Tiara sedikit meninggikan suaranya. Sebenarnya, Tiara juga kecewa dengan Keisya, tapi dia juga tidak mau pertemanannya hancur begitu saja.

"Diem lo, Ti. Ini udah kelewat batas. Udah bagus lo kita maafin. Gue pikir lo bisa belajar dari kejadian waktu itu, ternyata sama aja. Sampah!" Ziva mendorong pelan tubuh Keisya.

"Biasa aja anjir, tujuan gue ini baik-"

"Gue tau tujuan lo baik, Kei. Tapi bukan gini caranya. Sorry, Kei, lo disini emang temen gue, tapi lo sama sekali gak ada hak buat ngatur hubungan gue sama Sam. Dalam hubungan gue dan Sam, lo bukan siapa siapa" Tiara membuka suara, mempertegas setiap kata yang dia ucapkan.

"Gue pikir lo akan berterimakasih sama gue karena gue udah peduli sama lo, Ti" Keisya tersenyum miring.

"Gak gini caranya, Kei" Tiara masih mencoba menahan emosi.

"Udah lah, biarin aja manusia toxic ini hidup sendiri" Ziva menarik tangan Tiara meninggalkan Keisya sendiri.

"Kenapa sih manusia susah banget di atur" gumam Keisya sendiri.

A Crazy Little Thing Called Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang