Chapter 22 : Garis Waktu

537 93 43
                                    

Ini yang ku maksud spesial. 2 chapter spesial di hari spesialku. Spesial juga akan bikin kalian emosi hihi.


"Gue sayang sama lo, tapi sorry, rasa kecewa gue sudah menutup rapat hati gue buat lo"

-

Sam kebingungan mencari keberadaan Tiara, pasalnya sudah satu jam sejak kepergiaannya gadis itu, Tiara tidak kembali.

"Apa dia liat gue sama Luna tadi? Terus dia marah?" Sam tampak panik sejak tadi, pasalnya dia sudah mencari Tiara dan bertanya kepada orang disekitar tapi tidak membuahkan hasil. Sam semakin khawatir karena hari sudah benar-benar larut, dan langit sebentar lagi sepertinya akan turun hujan. Sejak tadi gemuruh petir sudah terdengar saling bersahutan.

"Ti, kamu dimana sih. Hp gak aktif juga" Sam menatap layar ponselnya dengan pasrah, pasalnya ponsel gadis itu mati. Sudah banyak pesan yang Sam kirim tapi tidak mendapat balasan juga. Ditelpon pun ponsel gadis itu tidak aktif.

Sam memutuskan kembali ke parkiran, dia mencoba mencari Tiara sepanjang perjalanan pulang.

"Shit, pake hujan segala" umpatnya saat langit mulai menurunkan air hujan.

Tidak jauh dari tempat mereka berkencan, Sam melihat seorang perempuan berjalan di sebuah trotoar. Dan Sam sangat mengenali gadis itu, siapa lagi kalau bukan Tiara.

"Ti, kamu ngapain" Sam memberhentikan mobilnya membuat Tiara tersentak, lantas melenggang pergi begitu saja.

"Ti, kemana sih?" Sam terpaksa turun menahan Tiara untuk tidak pergi.

"Apa lagi?" Kata Tiara dengan suara bergetar. Beruntung hujan, sehingga Tiara tidak perlu lagi menyembunyikan airmatanya.

Itulah kenapa manusia menyukai hujan, karena hujan, mampu dengan tulus menemani dan menutupi setiap luka lara dan air mata kesedihan.

Tubuh Tiara bergetar, bergetar karena cuaca yang dingin juga karena tangisnya.

"Kamu kenapa pergi? Aku daritadi nyariin kamu, Ti. Aku khawatir" ucap Sam. Gadis itu tertawa samar.

"Kenapa nggak anterin aja Luna pulang?" Sam tersentak mendengar perkataan Tiara, dan mungkin ini alasan Tiara tiba-tiba pergi tanpa pamitan.

"Kamu, lihat ta-"

"Udah lah gausah di bahas. Permisi" Tiara melenggang pergi begitu saja. Sam mengacak rambut nya kasar. Lagi-lagi hanya karena kesalahpahaman hubungannya dengan Tiara renggang kembali.

Tak banyak bicara, Sam kembali ke mobil mengikuti Tiara dari belakang. Tempat mereka kencan tadi memang tak begitu jauh dari rumah Tiara. Meskipun sebenarnya Sam tidak tega melihat gadisnya menggigil kedinginan,namun Sam yang tau pasti keras kepala pacarnya itu sepertinya apalagi dalam keadaan seperti ini, Sam tidak mau makin rumit. Dia tau, gadis itu butuh waktu sendiri, dan Sam memberi waktu gadis itu. Karena dalam suatu hubungan, masalah tidak akan selesai jika keduanya sedang dalam emosi.

"Ti, aku mohon, percaya sama aku" sejak tadi, bibir Sam tidak berhenti bergumam sendiri.

Dia tidak ingin kehadiran Luna yang menjadikan Tiara salah paham membuat hubungannya semakin rumit. Apalagi, mereka sudah jarang jalan bersama, di sekolah mereka sama-sama fokus dengan pelajaran, dan malam hari, sudah jarang mereka saling mengirim kabar karena Sam tau Tiara sedang fokus untuk menggapai mimpinya. Dimana hal tersebut membuat komunikasi diantara mereka berkurang. Padahal, dalam suatu hubungan, komunikasi adalah syarat yang penting supaya tidak terjadi kesalahpahaman.

"Ti" Sam menarik tangan gadis itu ketika sudah sampai di depan rumah Tiara.

"Apalagi sih Sam? Aku butuh waktu sendiri!" Katanya sedikit membentak.

A Crazy Little Thing Called Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang