Tria membuka matanya dan bangun dari tidurnya. Tria melihatmu sekeliling nya. Tidak ada Dean.
'Kemana Dean?' pikir Tria.Tria memegang kepala nya yang masih terasa sakit. Tria merasakan jika di kepalanya ada perban. Tria berjalan ke arah pintu dan membuka pintu. Tepat di depan pintu Dean sedang membawa makanan dan juga obat.
"Mas."
"Masuk ke dalam."
"Ta..tapi."
Dean menarik pelan tangan Tria kembali menuju tempat tidur. Dean mendudukkan Tria di tempat tidur. Dean duduk disamping Tria. Dean menyiapkan makanan untuk Tria.
"Makan!"
Tria menurut. Ia makan makanan yang diberikan Dean. Dean menyuapi Tria dalam diam. Tria diam memandang Dean. Raut wajah Dean terlihat dingin.
"Mas." Ucap Tria sambil memegang tangan Tria.
Dean melepaskan tangan Tria kasar. Tria melihat tangannya yang di lepas oleh Dean.
"Mas dengerin aku dulu." Dean membuang muka ke arah lain. Mata Tria sudah berkaca kaca. Dan satu tetes air mata Tria terjatuh.
"Maaf Mas ak-"
"Cukup! Nggak perlu di jelaskan."
"Tapi.."
Dean berdiri dan meninggal kan Tria sendiri. Tangis Tria bertambah kuat melihat Dean pergi meninggalkan nya sendiri.
"Maaf Mas."
***
Dean berjalan keluar apartemen nya. Dean turun dan berjalan menuju parkiran. Dean menjalankan mobilnya dengan terburu-buru. Dean menjalankan mobilnya menuju rumah farel.
Sesampainya di rumah Farel, Dean langsung saja memasuki rumah Farel. Dean masuk dan berjalan menaiki tangga. Dean pun langsung saja masuk ke kamar Farel. Dean sudah sering sekali datang ke rumah Farel. Dan di rumah Farel pun tak ada orang tua Farel di karena orang tua Farel bekerja dan hanya pulang sekali sebulan.
Farel yang sedang enak enak nya menonton sambil mengupil pun terkejut.
"ASTAJIM! Ish bangke lu! Kaget gua lagi enak enak ini. Mana mau dapet yang gede jadi ilang kan." Omel Farel.
Dean pun hanya diam langsung merebahkan diri nya disamping Farel. Dean langsung menutup muka nya dengan lengannya. Muka Dean terlihat lelah dan kesal.
"Muka lu kenapa? Kek baju yang belom di setrika. Kusut amat!" Ucap Farel dan melanjutkan kegiatan nya yang tertunda tadi.
"Hah! Gua lagi marah sama Tria."
"What?! Marah? Kenapa emangnya?" Pekik Farel.
"Brisik lu!"
"Hehehe.... Emang kenapa lu sama Miss Tria?" Tanya Farel.
Dean menceritakan semua dari awal sampai akhir. Farel pun yang mendengar hanya diam dan sesekali mengangguk.
"Ooooo... Begitu..." Ucap Farel.
"Cuma oh doank?"
"Lah trus?"
"Ck! Nyesel gua cerita sama lu. Kaga ada solusinya." Ucap Dean kesal.
"Oke. Oke. Kalau menurut gua seharusnya lu maafin Tria. Lu dengerin dulu alasan Tria. Lu jangan emosi dulu. Lagi pula dia juga lagi sakit. Trus sekarang lu tinggal. Dia sendiri di apartemen kasihan lah dia. Kalo terjadi apa apa sama dia gimana?" Ucap Farel.
Dean berfikir. Tak lama Dean bagun dari kasur dan langsung berjalan ke luar kamar Farel. Benar kata Farel ia harus mendengarkan alasan Tria.
Sedangkan Farel hanya bengong melihat tingkah laku Dean yang tak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different [END]
Teen FictionAku berbeda Aku tidak cantik Aku tidak sempurna Aku gendut. ***** "Beri aku sedikit kebahagiaan agar aku merasakan apa yang disebut dengan bahagia." Pria itu mengangguk dan tersenyum. "Akan aku berikan rasanya bahagia untuk mu." ****** don't forget...