CHAPTER 17 (IGD)

3.7K 182 25
                                    

Hai readers tercinta..

Ceritaku up lagi neh ;-)

Siapa yang sudah kangen dengan kisah Lisa, Dokter Ryan dan mas Aldy??

Hayo ngacuung!!

Tapi, sebelumnya tolong vote, follow dan comment yah ;-)

Makasih


****


Pukul 02.00 malam

Tiba-tiba aku dibangunkan oleh kesunyian malam. Dia datang seolah-olah untuk menyapaku di sepertiga malam agar aku bersimpuh kepadaNya. Setelah menyelesaikan tahajjudku, entah kenapa masih ada rasa kesedihan di hatiku saat ini. Padahal bulan menyapa dengan sangat indahnya. Dan bintangpun mengedip genit untuk mengajakku ikut bercanda.

Tapi, aku merasa tak mampu lagi untuk balas menyapa mereka. Karena masih ada rasa yang begitu nyeri menyeruak di dalam dada. Rasa yang begitu lelah dan tak pernah kunjung usai. Sehingga, membuatku hanya bisa menangis menatap mereka yang asyik bercanda.

"Oh, Tuhan. Peluklah aku di dalam kelammu. Dan biarkan aku terlelap barang sejenak."

Akhirnya, aku kembali tertidur pulas di atassajadahku. Sajadah tempat aku berkeluh kesah. Dan sajadah juga menjadi tempatkumenangis dikala sedih. Akhirnya, adzan subuhlah yang membangunkan tidurku. Danpada saat itupun aku masih belum tau bahwa telah terjadi suatu halbesar yang bahkan mungkin akan mengubah hidupku.


****

Pagi itu, aku lagi duduk sambil sarapan dengan Dimas dan Gadis di meja makan. Kemudian sambil makan nasi goreng, Gadis mulai berbicara kepadaku.

"Ma, Mama sudah baca berita pagi ini belum?" tanya Gadis kepadaku sambil membaca sesuatu dari hp-nya.

"Apa itu sayang?" tanyaku kepada Gadis sambil mengambil sepiring nasi goreng untuk Dimas.

"Kemaren malam telah terjadi sebuah kebakaran di sebuah kawasan perumahan. Kebakaran ini dipicu oleh korsleting kabel televisi," ucap Gadis kepadaku.

"Astaghfirullah. Semoga keluarga kita selalu di dalam lindunganNya," ucapku langsung mendengar berita tersebut.

"Dari berita yang Gadis baca, kebakaran ini memakan korban sepasang suami istri. Anak dan pengasuhnya selamat, tapi suami istri ini mengalami luka yang cukup parah," ucap Gadis menambahkan.

"Innalillah," ucapku turut berduka mendengar berita tersebut.

"Makanya, Ma. Bilang tuh sama Bik Suti harus hati-hati! Bik Suti mah orangnya ceroboh! Dulu pernah dia lupa mematikan kompor. Untung Dimas lihat. Kalau nggak, udah terjadi kebakaran rumah kita," tambah Dimas lagi sambil melahap nasi gorengnya.

"Iya, Mama sudah dengar kok nak mengenai kelalaian Bik Suti itu. Kita memang harus hati-hati! Saling mengingatkan", ujarku sambil memberi pesan kepada mereka.

"Setuju", jawab Dimas menimpali.

"Kebakaran itu memang bahaya, Ma. Apalagi, Dimas pernah melihat Bik Suti pernah melakukan kesalahan ini beberapa kali. Bagaimana kalau Bik Suti diberhentiin aja kerja, Ma?" tanya Dimas ngasal.

"Hush. Kamu ngomong sembarangan aja! Nanti siapa yang ngerjain tugas rumah tangga?" tanyaku pada Dimas.

"Nah, bagaimana kalau Mama berhenti saja bekerja di rumah sakit?", saran Dimas sambil membujukku.

Aku langsung tertawa mendengar permintaan Dimas tersebut.

"Kalau Mama berhenti kerja, nanti sekolah kamu gimana sayang?", jawabku lagi kepada Dimas.

Di Rumah Aja, Pa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang