CHAPTER 23 (Jawaban Lisa)

3.7K 127 33
                                    

hai readers tercintahh..

saya update lagi..

Maaf yah agak telat updatenya..

lagi nungguin saya yah??

Hayo ngaku ;-)

tapi, sebelum membacanya, jangan lupa vote, follow, dan commnet yang banyak yah..

Makasih :-)


****


Hari ini Mas Aldy masuk rumah sakit lagi. Bukan karena keadaannya yang gawat, tapi karena besoknya Mas Aldy harus menjalani tindakan operasi rekonstruksi di wajahnya. Tindakan operasi yang dilakukannya kali ini adalah tindakan lanjutan rekontruksi wajahnya yang rusak karena ditimpa reruntuhan bangunan. Operasi ini langsung ditangani oleh Dokter Ryan selaku ketua tim dokter bedah. Memang Dokter Ryan adalah salah satu dokter bedah rekontruksi terbaik di kota ini. Makanya, aku percaya dengan tindakan operasi yang akan dilakukan oleh Dokter Ryan dan timnya ini.

Setelah mengurus semua pemberkasan Mas Aldy untuk rawat inap di rumah sakit, kemudian aku melanjutkan semua pekerjaanku di bangsal ICU. Memang banyak sekali pekerjaanku yang tertunda karena sibuk mengurus berkas rawat inapnya. Dengan sigap, aku mengejar target laporan pagiku dan mengecek semua kondisi pasien di ICU. Pasien ICU bukanlah kondisi pasien yang biasa. Keadaan mereka bisa saja drop tiba-tiba tanpa gejala, kemudian mereka pergi begitu saja. Seperti nyawa tidak berharga saja di ruangan ini. Dan itu cukup membuat aku capek untuk bekerja di bangsal ini.

Setelah semua laporanku selesai, akhirnya aku bisa sedikit santai. Tapi, ternyata perasaan situasi nyaman itu cuma sebentar. Tiba-tiba, aku dikejutkan oleh suara Dina yang mengatakan bahwa kondisi Mas Aldy sedang tidak bisa terkontrol. Dia mengamuk dan melempar semua barang-barang yang ada didekatnya.

Aku langsung berlari ke ruangan Mas Aldy. Disana, aku melihat dia sedang memaki-maki Dokter Ryan dan perawat yang lainnya. Yang bisa aku lakukan cuma berusaha untuk menenangkannya.

"Mas, kenapa?" tanyaku berusaha mendekati dan menenangkannya.

"Lisa, apa nggak ada Dokter disini selain dia?" ujarnya seraya menunjuk ke arah Dokter Ryan.

"Aku nggak mau dioperasi olehnya," teriaknya lagi.

Aku menghela nafas panjang setelah mengetahui duduk permasalahannya. Kemudian, aku berusaha untuk menenangkannya.

"Mas, Dokter Ryan itu dokter yang hebat. Banyak kasus serupa yang sudah ditanganinya dan berhasil," ucapku berusaha meyakinkannya.

"Tapi, aku nggak mau Lisa. Aku nggak mau berhutang budi padanya," teriaknya lagi seperti orang tidak karuan.

Kemudian, aku berbicara kepada Dokter Ryan dan perawat yang lainnya untuk bisa meninggalakanku berdua saja dengan Mas Aldy. Karena aku butuh ruang untuk menenangkannya.

Setelah, di dalam ruangan itu tinggal kami berdua, aku bertanya kepada Mas Aldy.

"Mas, kenapa benci sekali dengan Dokter Ryan?" tanyaku pelan kepada Mas Aldy.

"Aku nggak mau orang-orang yang aku sayang direbut olehnya. Kemaren, Rahma meninggal ditangannya. Dan sekarang, dia mencoba untuk merebut kamu dariku, Lisa" ucapnya lagi.

"Aku nggak mau," ucapnya mulai pelan sambil menangis.

"Ya Allah, kumat lagi dia ini," pikirku dalam hati sambil mnghela nafas panjang.

Kemudian, aku berusaha menjelaskan dan memberikan pengertian kepadanya.

"Mas, yang dilakukan oleh Dokter Ryan itu adalah tugas dia sebagai seorang dokter," ucapku kepadanya.

Di Rumah Aja, Pa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang