Ramadhân tiba. Banyak kurma dijual di mana-mana. Kamal membeli dua kotak kurma Tunisia. Ketika ditanya untuk apa membeli dua kotak segala, dia berkata untuk diberikan kepada temannya. Karena baik dia maupun Sinta tidak menyukai kurma.
Setelah empat tahun tidak pernah membelikan setelan jubah dan jilbâb syar'i untuk istrinya, bulan Ramadhân ini Kamal menawari Sinta setelan baru. Tak tanggung-tanggung, Kamal menawarinya dua pasang sekaligus!
'Wow, tentu saja mau! Kapan lagi dapat jubah dan jilbâb baru,' pikir Sinta.
Setelah insiden penolakan Mbak Nova dulu, Kamal jadi lebih pendiam dan lebih cuek kepada Sinta dan anak-anaknya. Namun di Ramadhân ini, Kamal jadi jauh lebih baik kepada Sinta. Yang biasanya tidak pernah memanggil 'Sayang' ketika sedang chatting dengan istrinya setelah melahirkan anak ketiga, kali ini mereka kembali mesra.
🌸🌸🌸
Beberapa hari kemudian, datanglah dua setelan jilbâb dan jubah yang dibeli Kamal. Semua transaksi dilakukan oleh Kamal tanpa Sinta ketahui. Terlihat lampu indikator ponsel Kamal berkedip, Sinta pun membuka ponselnya sambil berjalan menghampiri Kamal ke kamar. Terkejut, Kamal pun segera meraih ponselnya.
"Ngapain kamu buka ponselku segala? Di situ kan isinya laki-laki semua!"
"Loh, kan memang sering kamu suruh aku balesin chat di ponsel kamu," jawab Sinta, bingung. Tidak seperti biasanya Kamal marah ketika Sinta memegang ponselnya.
"Suka gak kamu sama bajunya?" Tanya Kamal mengalihkan pembicaraan.
"Suka! Bagus banget. Ini tuh dulu lagi musim tau! Dari dulu aku pengen," jawab Sinta semringah.
Kamal tersenyum. Dia lalu kembali asik dengan ponselnya.
🌸🌸🌸
Hari Selasa.
Kamal berencana agar Sinta mudik setelah 'Îdul Fithri. Namun sore itu, setelah pulang dari Kantor, Kamal tiba-tiba berkata,
"Dek, malam ini kita naik bus ke rumah orang tuamu. Sekarang kamu siap-siap. Aku nganter kamu aja, terus besoknya aku balik ke sini karena Kantor belum libur."
"Loh? Kok buru-buru banget, Mas? Katanya nanti kita perginya bareng-bareng setelah kamu libur Lebaran dari Kantor?" Tanya Sinta kebingungan.
"Udah ikutin aja suami, jangan banyak bantah! Kenapa sih?" Jawab Kamal kesal.
Sinta pun mengepak baju miliknya dan anak-anaknya. Tak lupa dia membawa dua pasang baju barunya.
🌸🌸🌸
Di bus, Kamal sesekali membuka ponselnya. Tak ada rasa curiga dalam hati Sinta, mengingat Kamal memang hobi memainkan smart phone-nya itu.
Sesampainya di rumah orang tuanya, Sinta begitu bahagia sekali. Dia bercengkrama, melepas rindu pada orang tuanya, terutama pada ibunya. Dengan centil Sinta memamerkan rambut barunya yang beberapa hari lalu baru saja dipotong menjadi model rambut polwan. Haha! Ibu Sinta tertawa melihat anak bungsunya yang masih saja ceria seperti dulu kala.
🌸🌸🌸
Hari Rabu.
Esok paginya, Kamal pamit pulang. Untuk satu pekan di rumah orang tuanya, Sinta dibekali uang Rp. 200.000,-
Sering kali Sinta menyapa Kamal yang sedang online di aplikasi WhatsApp, namun lama sekali Kamal membalas.
🌸🌸🌸
Hari Kamis.
Bu Ica, pemilik kontrakan tempat Sinta dan Kamal mengontrak rumah mengirimi Sinta pesan.
[Teh, itu AC rumah nyala terus. Pak Kamal dari kemarin saya lihat gak ada di rumah.]
Sinta kaget. Lalu ke mana Kamal? Dia pun menghubungi suaminya.
[Kamu di mana?? Itu AC rumah nyala terus dari kemarin kata Bu Ica.]
[Iya nanti aku matikan. Sekarang aku lagi i'tikaf, lagi belajar juga. Aku lagi sibuk ngetik nih. Udah dulu ya, Dek.]
🌸🌸🌸
Hari Jum'at.
Sinta menghubungi Kamal karena ingin meminta izin untuk berkunjung ke rumah mertua Teh Ila, kakak Sinta. Kamal pun mengizinkan.
Malamnya, Sinta menghubungi Kamal kembali, namun telepon dan pesannya tidak berbalas. Berkali-kali Sinta menghubungi Kamal, namun tidak pernah Kamal baca walaupun dia sedang online. Sampai akhirnya, Kamal hanya memberi pesan singkat.
[Sabar ya, Dek. Aku harap kamu bisa bersikap dewasa.]
[Hah? Maksudnya??].
Bersambung....
#berdasarkankisahnyata
#bukannamasebenarnya
#ctsstory11.9.19.
(Sentuh layar dari bawah ke atas untuk membaca part selanjutnya ⬇️⬇️⬇️)