Part XXXIII: Expect The Unexpected

1.4K 63 0
                                    

| Jauh darimu aku benci.
Dekat denganmu apalagi.
Intinya aku benci sekali.
Mungkin nanti berhenti.
Jika kau telah pergi. |

🌸🌸🌸

Sinta baru menyadari bahwa dari sejak Ramadhân datang, dia belum juga 'datang bulan'. Dia berpikiran positif, mungkin karena sejak Kamal nikâh diam-diam, dia jadi banyak pikiran. Tapi ini sudah hampir tiga bulan! Dia tak pernah setelat ini. Atau jangan-jangan? Ah. Ditepisnya pikiran buruk itu. Jangan sampai Sinta hamil. Tidak saat ini. Tidak saat di mana dia ingin berpisah dari suaminya.

Dia juga baru sadar bahwa dia sering mual di pagi hari.

'Apa jangan-jangan ini morning sickness?' Tanya Sinta dalam hati. Dia sudah tiga kali hamil, dia tak mengharapkan kehamilan yang keempat. Tidak dengan suaminya yang ketahuan sudah tak setia.

Begitupun saat dia menyikat gigi. Selalu saja dibarengi dengan muntahan seluruh isi perutnya. Belum lagi jika dia sedang duduk kemudian tiba-tiba hendak berdiri, pandangannya akan buram, terhuyung, harus duduk kembali untuk beberapa saat. Dia juga tak tahan mencium bau-bauan yang anyir seperti bau ikan ketika membeli bahan masakan ke warung sayur. Hal ini memang kebiasaannya jika sedang hamil.

Syukurlah sampai detik ini, dia tak pernah merasakan yang namanya pingsan. Morning sickness pun tergolong ringan, tak pernah harus sampai bed rest.

Diam-diam, tanpa sepengetahuan suaminya, dia pergi ke mini market, demi membeli test pack.

Ini seperti 'gambling'. Jika nanti hasilnya satu garis, Sinta tetap akan bersikeras mengurus surat cerai. Namun jika hasilnya dua garis, apakah itu pertanda dari Allâh agar dia tidak jadi bercerai? Sinta tenggelam dalam kebingungan, sedang dia sangat ingin pergi meninggalkan Kamal.

🌸🌸🌸

Esok paginya, dia bangun lebih awal. Dengan perasaan campur aduk, dia keluarkan isi test pack dengan hati kalut.

Sepersekian detik, hasilnya muncul. Tak percaya, ia menolak hasil yang tertera. Dua garis merah. Untuk pertama kalinya, dia berharap hanya satu garis yang muncul.

'Yâ Rabbî, aku harus bagaimana?' Dia bersenandika. Sinta benar-benar tak percaya. Bingung mengapa hal ini bisa terjadi di saat dia dan Kamal berusaha memberi jarak untuk kehamilan selanjutnya. Faqîh masih sangatlah kecil. Dia baru enam bulan. Dan jika kehamilannya saat ini sudah dua bulan dari sejak Ramadhân, berarti nanti Faqîh akan memiliki adik di usianya yang setahun. Allâhul musta'ân. Benarlah kata Ibu Sinta bahwa hamil keempat kalinya Sang Ibu bisa jadi tak sebahagia kehamilan pertama sampai ketiga.

"Kok bisa? Bukannya udah diusahakan agar gak hamil dulu?" Tanya Teh Ila tak percaya. Kali ini Sinta mendahului Teh Ila untuk kehamilan keempat.

Sedang Ibu Sinta? Beliau juga tak percaya, namun apa bisa dikata?

"Jadi gimana, Sinta?" Tanya Ibunya.

"Sinta masih mau berpisah dari Kamal, Bu," Sinta bersikeras.

"Ya sudah kalau gitu kamu cari alasan aja dan nunggu momen yang tepat," saran Ibunya.

🌸🌸🌸

"Berarti kamu gak jadi cerai dong sama aku? Kan hamil," tanya Kamal setelah diberi kabar.

"Aku tetap mau ke rumah orang tuaku. Mau refreshing," jawab Sinta beralibi.

"Tak masalah. Asal setelahnya kamu bisa mencintaiku lagi," pinta Kamal.

PoligamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang