| Aku sakit, tapi tak berdarah.
Aku terluka, tapi tak bernanah. |🌸🌸🌸
Hari demi hari Sinta dan Kamal lalui seakan lama sekali. Detik seolah menit, menit seolah jam, jam seolah hari. Bukan hanya Sinta yang tak tahan dan tersiksa dengan semua ini, namun Kamal juga. Dia tak mau menceraikan Sinta karena dia tak mau gagal dalam berumah tangga. Nama baiknya sebagai seorang ustâdz pasti akan tercoreng.
Namun menurut Anis, Kamal masih bertahan dengan Sinta hanya gara-gara telah hadirnya tiga anak di antara mereka. Maka dari itu, Anis benar-benar ingin memiliki anak dari Kamal. Karena menurutnya, jurus suami lengket dengan Sang Istri adalah dengan 'memberikan' anak dari rahimnya sendiri. Ah. Simpan kaidahmu untuk dirimu sendiri, Anis! Karena Kamal jauh berbeda dengan mantan suamimu dulu, Aldi. Aldi jelas lebih baik dalam melakukan ikatan batin antara ayah dengan anak-anaknya sendiri.
Kamal kembali menjadi mayat hidup. Sekarang dia lebih sering berdiam diri. Rutinitasnya kembali seperti dulu; tak pernah membantu, makan tak nafsu, tak bicara kecuali yang perlu. Tak ada lagi Kamal yang humoris. Dia hanya menuntut Sinta agar menjadi manusia lebih baik dengan pintar berdagang, misalnya. Namun ketika Sinta mengharapkan Kamal pun berbuat demikian, tidak stagnan, Kamal hanya merendahkan.
"Ya aku tetap seperti ini, seperti yang kamu inginkan, kan?" Namun yang dimaukan dari perkataannya ini adalah: "Ya aku tetap seperti ini, tetap beristri satu, dengan kamu seorang, kan?"
Tak pernah satu hari pun mereka lewati kecuali dengan pertengkaran terjadi. Kamal sudah mewanti-wanti pada Sinta untuk tidak stalk akun Facebook Si Anis, namun itu tidak Sinta turuti. Sampai akhirnya, dia menemukan sebuah akun yang sepertinya akun baru yang dibuat oleh Kamal. Tentu saja dengan nama palsu: Ryan.
Setiap kali Si Anis memasang status, akun Ryan pasti memberi reaksi "love", bukan hanya sekadar memberi "like". Begitu pun saat Si Anis membuat status:
[Aduh... Smartphone pemberian teman hilang nih. Padahal kameranya bagus untuk foto-foto.]
Yang dimaksud Si Anis adalah smartphone pemberian Kamal yang kameranya bisa maju dan mundur, seperti kamera DSLR. Yassalâm, smartphone itu raib? Dasar teledor! Eh, sebentar. Hilang atau Si Anis jual? Jangan bilang statusnya itu menjurus ke arah fitnah bahwa sebab Sinta-lah smartphone itu hilang. Gila kali! Barang-barang yang Anis berikan saja Sinta kembalikan, apalagi mencuri barang yang bukan miliknya!
Si Ryan Palsu pun memberikan komentar:
[Teman atau teman? Hehehe.] Sungguh menggelikan! Dia baru saja berkomentar. Pantas saja sudah pukul 18:45 Kamal belum juga pulang.
Dia sudah yakin di balik akun Ryan adalah Kamal. Ditambah lagi Teh Ila mempertanyakan hal serupa kepada Sinta tadi siang.
🌸🌸🌸
Maka ketika Kamal pulang, Sinta langsung membombardirnya dengan sejumlah pertanyaan.
"Itu yang di Facebook pake akun Ryan punya kamu, kan?"
Sepersekian detik Kamal terdiam. Bukan hanya pintar berbohong, dia juga pintar menyembunyikan perasaan. Sinta tahu Kamal sangat terkejut bahwa dia mengetahui tentang akun Ryan.
"Apaan sih? Kan aku udah bilang jangan suka stalk akun dia lagi!"
Memang kalau semua maling pada mengaku, pastilah penjara sudah penuh.
"Gak usah ngeles kamu! Aku tau itu kamu! Profilnya aja mirip banget. Aku yakin 99% itu kamu! Aku cuma butuh 1% lagi untuk kamu mengakuinya! Lagian Teh Ila juga tau kok!" Cecar Sinta. Dia benar-benar di puncak emosi.