Sudah lebih dari 24 jam Sinta tidak bisa tidur walau dia sudah berkali-kali mencoba. Sarapan pagi sudah tersedia, namun Sinta urung untuk makan. Nafsu makanannya hilang entah ke mana. Pun hasratnya untuk tidur. Padahal Sinta termasuk orang yang jika ada masalah, dia akan memilih tidur agar otak dan jiwanya kembali segar. Namun kali ini jauh berbeda.
Di label merk jubah dan jilbâb Sinta yang baru dibeli Kamal itu tertera nama "Anis Si Genit". Eh, maaf, maksudnya, "Anis Mama Alif". Sungguh merk yang amat sangat narsis, bukan? Haha!
Dengan jantung berdebar, Sinta mencari namanya di Facebook. Yassalâm, ada! Anis Mama Alif ada di Facebook! Dan yang membuat Sinta tambah sakit hati lagi adalah, suaminya berteman dengan akun Si Anis dan menanggapi status-statusnya sekitar dua pekan yang lalu dengan tanda hati. Allâhu Rabbî..
'Ah, mengapa aku tidak menyadarinya dari dulu? Aku terlalu sibuk mengurus anak-anak sehingga lupa untuk mengecek akun suamiku sendiri.' Gerutu Sinta dalam hati yang dia tahu tak akan merubah apa-apa.
Sinta segera memberi tahu hal ini kepada Teh Ila. Kakaknya pun menanyai teman-teman Facebooknya apakah kenal dengan Si Anis. Akhirnya alamat rumahnya Teh Ila dapatkan dan beberapa informasi tambahan.
[Ngakunya sih dia disukai jin, Teh Ila. Gak tau benar atau tidak. Katanya sih udah diruqyah ke mana-mana sampai uangnya habis tapi malah dipegang-pegang sama peruqyahnya. Makanya dia mau nyari suami yang bisa mengobati dia. Saya juga dapat info dari teman saya, Pak Cecep, bahwa Si Anis itu justru sedang ta'aruf sama Pak Cecep. Makanya saya kasih info ke Pak Cecep kalau Si Anis udah nikâh, beliau malah kaget.] Teh Ila mengirimkan screenshot pesan temannya itu ke nomor Sinta.
🌸🌸🌸
[Kamu kapan ke sini?? Aku minta penjelasan!] Pesan Sinta ke nomor Kamal.
[Insyâ Allâh nanti siang.] Jawaban dari nomor Kamal, singkat.
Siang berlalu, berganti sore. Sedang Sinta dengan bodohnya masih menunggu Si Pendusta.
[Ini sudah sore, kapan ke sini??] Tanya Sinta sambil menangis.
[Nanti malam, insyâ Allâh.]
Bintang mengintip di kota yang dingin. Belum ada tanda-tanda Kamal akan datang.
[Kamu sudah di mana?? Katanya mau ke sini siang, sore, terus malam. Sekarang sudah malam!!] Tanya Sinta geram.
[Sudah kemalaman kalau naik bis sekarang. Percuma, gak akan dapat. Besok pagi saja.]
Sial!!
🌸🌸🌸
Tengah malam.
[Faruq nyariin kamu, Dek. Kasihan, aku gak tega lihatnya.]
Ah, Faruq yang malang. Karena kesibukannya mengurus adik-adiknya, Sinta jadi kurang memperhatikan anak sulungnya itu.
[Siapa ini??] Sinta awas, khawatir Si Anis yang mengiriminya pesan.
[Kamal, Dek. Aku mohon, Sayang, beri aku kesempatan. Aku bisa membuktikan kalau aku bisa adil terhadap kalian berdua. 🌹]
[Senang kamu menikah dengan Si Anis Mama Alif?? Bahagia??]
Kamal tersentak kaget. Dari mana istri pertamanya tahu nama istri keduanya itu?
[Akan kubuktikan aku bisa membahagiakan kamu, Sayang. Dari Anis aku belajar bagaimana caranya memperlakukan istri yang selama ini kamu minta. Mulai sekarang aku akan mempraktikkannya padamu juga, tapi kamu harus mau kembali kepadaku. 🌹]
[Kamu harusnya mikir dulu sebelum nikâh diam-diam! Kamu tau sendiri aku sangat sangat pencemburu! Lagi pula ngapain kamu masih mengharapkan aku?? Kamu sekarang punya yang jauh lebih baik daripada aku, kan??]