Bab 5 Teman Spesial Andra

44 3 2
                                    

Anita sedang menyeruput jus alpukat, ketika Raka membuka obrolan di food center siang itu.

“An, itu tadi Andra yang pernah kamu ceritakan padaku?”

He’em.” Anita hanya mengangguk, karena mulutnya masih sibuk mengunyah roti bakar coklat.

“Terus, yang bersama dia tadi … itu ….” Raka tidak meneruskan ucapannya.

“Menurutmu apa?” Anita balik bertanya.

“Oh ya, kapan hari aku iseng stalking akun Facebook Andra,” lanjutnya.

“Terus ….” Raka tampak penasaran.

“Ya …, banyak foto-foto dia sedang bersama cewek yang tadi.”

“Ya ampun …, berarti benar dugaan kamu, An. Andra itu lesbian.” Raka tampak tercengang sejenak.

“Iya … aku semakin yakin setelah yang aku lihat hari ini,” kata Anita sambil menghabiskan roti bakar.

“Menurutmu, aku harus bagaimana bersikap padanya, setelah apa yang aku lihat barusan?” sambungnya.

“An …, seharusnya kan dia yang malu dan bingung ketemu kamu hari ini. Kenapa malah jadi kamu yang bingung?“

“Iya. Kamu benar, Ka. Anggap saja, hari ini aku tidak melihat apa-apa.  Jadi … bersikap biasa saja.”

“Naah … begitu.” Raka berkata sambil mengangguk.

Raka mengantarkan Anita pulang ke rumah satu jam kemudian. Keduanya sempat kembali mengobrol di teras rumah beberapa saat. Namun,  tema pembicaraan kali ini, bukan lagi soal Andra. Mereka membahas rencana pertunangan dan rencana Raka yang akan menghadiri suatu acara seminar di luar kota.

Bulan depan, Raka akan menjadi pembicara di sebuah seminar dan menginap beberapa hari di sana. Pekerjaan sebagai trainer seringkali menuntutnya untuk meninggalkan Anita selama beberapa hari di luar kota.

Aaahh! Anita selalu merindukan kekasihnya saat mereka harus berjauhan selama beberapa hari. Hari-hari terasa berjalan lambat tanpa Raka. Biasanya, Anita akan menenggelamkan diri pada pekerjaan di percetakan.

Tapi sekarang, sudah ada Andra yang lebih banyak membantu pekerjaannya di kantor. Pasti akan banyak waktu luang yang akan membuatnya bosan tanpa Raka. Karena saat menjalankan pekerjaannya, Raka tidak akan bisa diganggu sebelum jam sembilan malam.

Seminar akan berlangsung mulai jam delapan pagi sampai jam tujuh malam. Setelah itu, biasanya Raka akan menyiapkan materi dan berkoordinasi dengan para panitia yang lain untuk menyiapkan acara di keesokan harinya.

Raka menawari Anita untuk ikut serta dalam seminar itu, agar mereka tetap bisa bertemu setiap hari walaupun sebentar.

“Bagaimana kalau bulan depan kamu ikut menghadiri seminarku, An? Daripada bosan di sini. Kan sekarang ada Andra, yang  sudah bisa mengerjakan semua pekerjaan desain.”

“Entahlah, Ka. Mungkin nanti bisa aku mempertimbangkan. Aku juga belum tahu, bulan depan akan dapat banyak orderan atau tidak. Semisal orderannya masih dalam kapasitas normal seperti bulan ini, mungkin aku bisa ikut. Tapi kalau tiba-tiba orderan membludak, aku tidak akan mungkin membiarkan Andra bekerja sendirian,” jelas Anita.

“Aku berharap kamu bisa ikut, An. Lumayan, nanti kita bisa jalan-jalan tipis-tipis, hehe ….” Sambil tersenyum, Raka menggenggam telapak tangan kekasihnya erat. Anita ikut tersenyum sambil memandangi wajah tampan pria di sebelahnya.

Raka sudah pulang satu jam yang lalu. Anita pun kembali menikmati kesendiriannya di rumah. Semenjak Ayah dan Ibunya meninggal, dia seringkali tinggal sendiri di rumah.
Sebenarnya, ada Bu Siti yang biasa membantu membereskan rumah. Beliau sudah di sini semenjak kedua orangtua Anita masih hidup. Ia sangat menghormati Bu Siti dan menganggapnya  sebagai pengganti kedua orangtuanya.

Rahasia Sang Editor (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang