Extra Part 1 Pikiran Gila!

19 2 3
                                    

PoV Andra

Aku baru saja sampai di kosan dan merebahkan diri di pembaringan, setelah menghabiskan waktu untuk menemani Bu Anita ke salon. Pikiranku kembali mengingat saat-saat kami sedang di salon. Dia menyarankan untuk mewarnai rambutku dengan warna yang sedikit terang.

Entah mengapa, kali ini aku ingin mengikuti sarannya. Dan hasilnya, benar-benar tidak mengecewakan. Aku sangat senang dengan model dan warna rambutku yang baru.

Membuatku terlihat lebih segar dan lebih muda. Aku benar-benar seperti terlahir kembali dengan wajah yang baru.

Semangat hidupku kembali hadir, setelah sempat terpuruk beberapa saat yang lalu.

Ah ... , Bu Anita!

Sepertinya kau lebih tahu apa yang terbaik untukku, dibandingkan dengan diriku sendiri. Aku jadi semakin menikmati hari-hariku bersamanya.

Aku selalu mengharapkan hari segera pagi, agar aku bisa kembali bekerja dan berada di dekatnya. Hatiku selalu memunculkan perasaan nyaman dan getaran-getaran aneh saat aku berdekatan dengannya.

Aku masih ingat betul, saat di salon tadi, Bu Anita sedang creambath. Pakaiannya sedikit terbuka di area bahu, karena seorang kapster sedang memijit bahu dan punggungnya.

Dadaku berdebar tidak menentu. Aku membayangkan bisa menyentuh dan mencium pundaknya yang berkulit putih itu.

Ah ... , pikiran gila!

Tapi, itulah kenyataan yang aku rasakan. Untuk beberapa saat, aku berusaha sekuat tenaga untuk menguasai diriku, atas sebuah hasrat yang sempat terlintas.

Huuhh ... , wanita itu benar-benar sudah menguasai sebagian ruang pikiranku. Aku hanya bisa berharap, semoga aku selalu bisa menguasai diriku saat berdekatan dengannya.

Karena aku tidak ingin merusak hubungan baik yang telah terjalin diantara kami, hanya gara-gara aku tidak bisa menguasai diri.

Entahlah, aku merasa Bu Anita sangat perhatian padaku. Sepertinya, dia selalu tahu tentang apa yang sedang aku rasakan. Semoga saja, dia tidak akan pernah tahu tentang sebuah hasrat berbahaya yang selalu berusaha aku pendam.

Dia juga memberiku saran, agar berkonsultasi dengan seorang psikolog. Menurutnya, aku punya masalah dengan trauma masa lalu, yang akhirnya membuatku menjadi tidak seperti perempuan pada umumnya.

Awalnya, aku ingin sekali menolak ajakannya, untuk bertemu psikolog itu. Karena psikolognya adalah teman dari Pak Raka, kekasih Bu Anita. Itu berarti, pastilah Pak Raka sudah tahu tentang segala masalahku. Dan aku tidak terlalu suka akan hal itu.

Tapi di sisi lain, aku juga tidak mungkin mengecewakan Bu Anita, dengan menolak ajakannya untuk bertemu psikolog. Bu Anita berjanji, akan selalu menemaniku saat bertemu dengan sang psikolog, dan itu membuatku sedikit merasa senang. Itu berarti, kami akan lebih sering bersama di luar jam kerja. Aku suka itu.

*****

Rahasia Sang Editor (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang