Bab 25 Fakta yang Terungkap

24 2 0
                                    


“Hallo, Bu Anita.” Suara Pak Arif terdengar dari speaker ponsel.

“Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” Anita bertanya.

“Begini, Bu. Kami memerlukan keterangan anda untuk melengkapi BAP. Kami sudah menemukan tersangka yang menyebabkan saudari Andra kecelakaan. Bisakah anda datang ke kantor sekarang?” pinta Pak Arif.

“Oh, begitu. Baiklah, Pak. Saya akan ke sana secepatnya,” tukas Anita. Jantungnya mendadak berdegup kencang, setelah mendengarkan penuturan dari Pak Arif.

Dengan bergegas, wanita muda itu segera bergerak meninggalkan ruangannya, lalu langsung menaiki mobil, dan melajukannya di jalanan yang ramai.

Satu jam kemudian, Anita sudah duduk berhadapan dengan seorang lelaki berusia menjelang lima puluhan, dengan tubuh tinggi dan perawakan besar. Rambut di kepalanya sudah dipenuhi dengan warna putih di beberapa bagian.

“Pak, benarkah bapak sudah menemukan orang yang dicurigai bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami oleh Andra?” Anita mencoba menanyakan hal yang sejak tadi ingin diketahuinya.

“Iya, Bu. Kami sudah ada tersangka yang dicurigai.” Lelaki di hadapan Anita itu menjawab dengan yakin.

“Itu, dia sedang dimintai keterangan di sebelah sana,” jawab lelaki yang tak lain adalah Pak Arif itu. Jari telunjuknya tertuju ke arah seseorang yang sedang duduk di pojok ruangan, agak jauh dari tempat Anita berada.

Secara spontan, Anita menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Pak Arif. Terlihat gadis muda berambut panjang sedang duduk berhadapan dengan seorang anggota polisi yang sibuk menggerakkan jemarinya pada keyboard sambil menghadap layar komputer.

Mata Anita seketika membulat, tatkala pandangannya terpaku pada gadis yang berada di sana. Dia tidak asing dengan sosok yang duduk di kursi dengan wajah tertunduk itu.

“Benarkah itu, Pak? Jadi … dia … dia … yang bertanggungjawab atas kecelakaan yang menimpa Andra?” Anita berucap sambil terbata.

Rasanya ia seperti enggan percaya, bahwa gadis muda itu bisa berbuat keji, menyebabkan kecelakaan hingga  merenggut nyawa Andra.

“Iya, Bu. Kecurigaan saya selama ini tertuju padanya. Ada kemungkinan, dialah yang menabrak almarhumah Andra sore itu.” Pak Arif berkata sambil menghisap sebatang rokok yang terselip di antara jemarinya.

Asap mengepul perlahan dari lubang hidung dan mulutnya sembari berbicara.

“Apa? Dia … dia yang menabrak Andra?” Mendadak, dada Anita terasa panas. Kemarahan segera menguasainya saat ini. Ia sungguh tidak bisa menerima dengan apa yang telah dilakukan gadis muda itu pada Andra.

Namun Anita sadar, kemarahannya tidak akan berdampak apa-apa. Andra pun tidak akan bisa hidup kembali, walau dirinya melampiaskan kemarahan pada gadis muda yang duduk di pojok sana.

Anita pun menarik napas panjang, mencoba meredakan emosinya yang sempat bergolak.

“Tenanglah, Bu Anita. Serahkan semuanya pada kami. Kami akan melakukan penyidikan lebih lanjut, untuk membuktikan bahwa keadilan itu ada. Yang bersalah harus diberikan hukuman. Karena itulah, kami minta bantuan anda untuk memberikan keterangan tentang hubungan tersangka dengan korban.” Pak Arif sepertinya paham, dengan apa yang dirasakan oleh perempuan muda yang berada di hadapannya.

“Iya, Pak. Baiklah. Saya akan selalu siap memberikan keterangan, apapun yang anda perlukan. Saya ingin gadis itu dihukum seberat-beratnya atas segala perbuatannya.” Anita berkata sambil meremas-remas ujung blouse yang ia kenakan.

Dia sangat marah pada gadis itu. Anita juga tidak habis pikir, apa yang sebenarnya terlintas di pikiran gadis muda itu, mengapa dia bisa berbuat setega itu pada Andra. Karena dirinya tahu benar, Andra bukanlah tipe orang yang suka mencari keributan dengan orang lain.

Rahasia Sang Editor (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang