Bab 14 Mencari Jalan Kesembuhan

17 2 3
                                    

Jam dinding kamar masih menunjukkan pukul lima pagi, saat tubuhnya merasakan dingin yang teramat sangat. Sampai-sampai, ia menggigil dibuatnya. Padahal, tubuhnya sudah dibungkus dengan selimut tebal, tapi nyatanya, tak jua mengurangi rasa dingin itu.

Perutnya terasa sakit dan sangat mual. Dan sejurus kemudian ....

"Huueekk ... huueekkk ... !" Gadis itu memuntahkan seluruh isi perutnya di lantai kamar. Kepalanya terasa teramat berat.

"Mungkin, ini karena aku terlalu banyak minum semalam," pikirnya dalam hati.

Memang, semalam Celin mengajaknya ke kafé dan ia minum cukup banyak di sana, karena ada salah satu rekan yang sedang merayakan ulang tahun. Dirinya dan Celin ikut berpesta dan baru pulang jam dua pagi.

Beruntung, ia masih kuat mengendarai motor sampai kosan. Celin sendiri memilih untuk memesan taxi online. Untungnya, masih ada taxi online jam dua pagi.

Ia kembali memuntahkan isi perut beberapa kali. Hingga dirasanya, seluruh tubuh menjadi sangat lemas. Akhirnya, dia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Tangannya sibuk mencari-cari ponsel di samping bantal. Ia mengetik beberapa pesan pada Bu Anita. Dirinya ijin tidak masuk kerja hari ini.

Setelah hari beranjak siang, Andra memutuskan untuk pergi ke dokter dengan memesan ojek online. Saat ini, dia sudah duduk di ruang tunggu seorang dokter, bersama beberapa orang pasien. Ia berusaha menegakkan tubuh yang terasa tak bertenaga, dengan kepala yang sangat pusing.

Andra memasuki ruang periksa dan segera berbaring di tempat tidur, setelah sempat menunggu di luar beberapa menit. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter mempersilakannya duduk di sebuah kursi dengan posisi berhadapan.

"Saudari Andra, apakah anda baru saja mengkonsumsi alkohol beberapa jam yang lalu?" tanya sang dokter sambil tangannya sibuk menulis di buku kecil.

Gadis muda itu terdiam sejenak. Mencoba mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan sang dokter. Lelaki itu terlihat menatapnya dari balik kacamata yang sedikit melorot.

"Aku harap anda menjawabnya dengan jujur. Karena ini berkaitan dengan pengobatan yang akan saya berikan," lanjut Sang Dokter.

"Iya, Dok. Semalam saya minum-minum dengan teman-teman." Akhirnya, dia memberikan jawaban dengan suara parau.

Dokter yang berusia setengah baya itu terlihat menarik napas panjang, setelah mendengarkan jawaban pasiennya.

"Aku harap tadi malam itu adalah yang terakhir bagi anda mengkonsumsi alkohol. Sekarang ini, lambungmu mulai terganggu karena kebiasaan burukmu itu. Anda mengalami infeksi pada lambung. Kalau kau tidak menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol, maka lambung dan ususmu perlahan-lahan akan terjadi peradangan, dan akhirnya rusak. Kalau sudah rusak, muntahannya akan bercampur dengan darah." Sang Dokter menjelaskan panjang lebar.

Andra hanya diam dan mendengarkan dengan saksama. Lalu termenung sesaat, mendapati kondisi organ dalamnya yang sekarang bermasalah karena kebiasaan menegak minuman keras.

Lelaki di depannya itu mengulurkan secarik kertas yang berisi tulisan tangan yang berantakan sambil menyebutkan suatu nominal uang.

"Ini resep obat yang harus dibeli. Dan ingat pesan saya, kalau anda masih sayang dengan tubuh anda, saya harap mulai saat ini anda bisa menjauhi alkohol." Sang Dokter berpesan, lalu Andra menerima selembar kertas, dan mengulurkan sejumlah uang.

Sesampainya di kosan, Andra segera kembali berbaring di tempat tidur, makan sedikit dan meminum obat. Ia baru tahu, kalau badannya demam saat dokter itu tadi memeriksa.

Kepalanya masih sangat berat, dan perutnya masih terasa sakit. Namun, dipaksanya untuk menelan sedikit bubur ayam, walaupun rasanya masih mual.

Sambil berbaring, Andra mulai memikirkan perkataan dokter itu. Apakah benar kondisinya seburuk itu? Ah, mungkin tidak terlalu buruk. Ini hanya sakit maag biasa. Dia memang belum sempat makan tadi malam, lalu langsung berpesta dan minum alkohol di kafé.

Rahasia Sang Editor (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang