Seperti yang Reynaldi katakan kemarin, dia akan menunggu jawaban yang jujur dari Annaya. Maka dari itu, sekarang ia telah berada di depan kelas Annaya. Waktu sudah istirahat, seluruh siswa-siswi kelas XII IPS 2 langsung pada keluar termasuk guru juga.
"Ngapain kamu disitu?" tanya bu Sukmawati ketika melihat Reynaldi berada di depan kelas.
"Paling juga nunggu ceweknya bu." Celetuk Aileen yang hendak keluar kelas bersama Annaya.
"Siapa ceweknya? Annaya, ya?"
"Bukan bu, tuh si kutu buku." Ucap Aileen sembari menunjuk ke arah Debby yang sedang membaca buku.
"Oh, jadi Reynaldi pacarnya Debby ya, ah gak cocok." Ucap bu Sukmawati lalu melenggang pergi.
Sedari tadi Reynaldi hanya diam saja sembari tersenyum, kini tatapannya beralih kepada Annaya yang sedang menunduk.
"Len, hayu kita ke kantin." Ajak Annaya lalu menarik lengan Aileen dan melangkah pergi.
Namun, lengan Annaya dicekal oleh Reynaldi dan alhasil ia membalikkan badannya. Annaya pun melepas cekalannya kepada Aileen, dan lengan yang satunya masih dicekal oleh Reynaldi.
"Gue perlu bicara sama lo." Ucap Reynaldi.
"Ini juga lagi bicara." Balas Annaya enteng.
"Gak disini, sekarang lo ikut gue!"
"Gak mau, aku lapar mau ke kantin." Tolak Annaya.
"Gue gak nerima penolakan! Len lo bawa makanan ke rooftop buat Annaya." Titah Reynaldi kepada Aileen, Aileen pun hanya mengangguk lalu melangkah pergi.
"Apa-apaan sih, kok nyuruh Aileen?! aku juga bisa sendiri, tuh sana lebih baik kamu sama pacar kamu!"
"Gue gak pacaran! dan sekarang lo ikut gue, gak ada penolakan!"
"Mau kemana?!"
"Rooftop."
Reynaldi melangkahkan kakinya, diikuti oleh Annaya di belakang. Jujur, Annaya akui ia sangat bahagia bisa berduaan dengan Reynaldi, hatinya sudah berdetak tidak karuan dan seperti ada kupu-kupu berterbangan didalam perutnya. Sedari tadi ia sudah menahan senyumnya agar tidak mengembang karena cowok itu, namun sekarang ia tidak bisa menahannya lagi, ia tersenyum sembari menatap Reynaldi yang kini berada dihadapannya.
Mereka menaiki anak tangga, namun saat hampir sampai di anak tangga yang terakhir kaki Annaya tergelincir dan ia jatuh berguling-guling ke bawah. Darah segarnya tiba-tiba mengalir ketika kepala Annaya mengenai dinding tembok dengan keras dan kini ia pingsan, ditambah hidungnya juga tiba-tiba berdarah. Reynaldi langsung panik, dan berlari turun. Ia pun menggendong Annaya, ia membawanya ke uks dahulu lalu menidurkan Annaya diatas brankar dengan hati-hati. Setelah itu ia memanggil petugas pmr untuk memeriksa keadaannya, namun petugas PMR bukan dokter, mereka tidak mengetahui kondisi Annaya. Mereka hanya tau bahwa kepalanya berdarah dan harus segera diobati.
Aileen sudah mengepalkan tangannya, ia ingin memukul Reynaldi. Karena cowok itu, sekarang Annaya jadi seperti ini. Aileen benar-benar tidak habis pikir dengan cowok itu, Reynaldi mencelakai Annaya, pikirnya.
"Lo sengaja buat Annaya kaya gini?!" bentak Aileen.
"Gue gak tau! kenapa dia bisa jatuh." Jawab Reynaldi seadanya.
"Kalau aja lo gak bawa Annaya, mungkin dia gak akan kayak gini!" bentaknya lagi.
"Gue minta maaf." Lirih Reynaldi.
"Minta maaf lo bilang? dengan seenaknya lo bilang maaf, sampai kapan pun gue gak akan pernah maafin lo."
"Len, gua sama sekali gak nyelakain dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Annaya (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Kalo kamu gak suka sama aku karena aku itu penyakitan gapapa kok. Karena suatu saat nanti aku gak akan ganggu hidup kamu lagi dan akan pergi dari kamu. Semoga kamu bahagia terus ya, Rey." Ucap Annaya sembari memandang Reynaldi dengan mata yang berk...