Setelah pulang sekolah, Aileen dan Fano datang ke rumah sakit untuk menjenguk Annaya. Saat Aileen dan Fano masuk ke ruang Dahlia no 05, nampak Annaya sedang tertidur, Aileen hendak membangunkan Annaya namun Fano mencegahnya membiarkan Annaya larut dalam tidurnya.
"jangan di ganggu!" bisik Fano di telinga Aileen, Aileen pun mengangguk pasrah.
"Tante Adira mana ya? Tega banget sih ninggalin Annaya," cibir Aileen kesal.
"Jangan berisik, Len! entar si Annabel bangun," Fano memberi peringatan kepada Aileen.
Perlahan mata gadis itu terbuka, lalu menatap sekelilingnya mendapati Aileen dan Fano yang tengah memperhatikannya. Senyum nya pun mengembang, ia sangat bahagia karena sahabatnya datang menepati janjinya.
"Makasih udah jenguk gue," ucap Annaya tiba-tiba.
"Iya sama-sama, cepet sembuh ya Annabel," ucap Fano.
"Fan, bisa lo keluar dulu? gue mau bicara berdua sama Annaya," titahnya pada Fano agar keluar. Fano pun mengangguk, lalu keluar dari ruangan.
Aileen menatap Annaya sendu, ia sangat kasian kepada sahabatnya itu. Bagaimana tidak? dari SMP kelas 7 mereka bersahabat sampai sekarang. Apalagi Annaya sangat baik terhadapnya, dan sebaliknya Aileen juga baik mereka begitu saling menyayangi. Bahkan mereka selalu di sebut dengan gelar kembar beda rahim.
"Kondisi lo gimana?" Tanya Aileen khawatir.
"Kata dokter Andi, leukimia yang gue idap udah sampai stadium akhir, gue sering sakit di bagian dada kadang juga sesek, terus suka mimisan udah gitu gue suka pusing akhir-akhir ini tapi... gue tahan semuanya gue gak mau kelihatan lemah, Len. Apa masih ada harapan untuk gue tetap hidup? a-apa mungkin hidup gue udah gak lama lagi?"
"Ssst, jangan ngomong kayak gitu! gue yakin lo akan sembuh Nay, jangan nyerah dan putus asa!"
"Mudah diucapkan namun sulit dilakukan, meski sekeras apapun gue berjuang melawan penyakit gue kalau takdir berkata lain gue bisa apa, Len?!" Kata-kata Annaya mampu membuat Aileen bungkam, memang benar jika takdir berkata lain kita bisa apa?
"Gue doain semoga lo cepet sembuh, oh ya tadi Reynaldi nanyain lo tuh, katanya ‘Annaya kemana? dia baik-baik aja 'kan’ nah udah gitu gue jawab dia gak sekolah karena lagi sakit, kayaknya dia su--"
"Gue tau lo lagi bohong, stop bikin gue terbang karena khayalan lo tentang Reynaldi untuk bisa sama gue! gue tau lo pengen bikin gue bahagia 'kan? tapi engga gini, Len," ucapnya memotong perkataan Aileen yang sedang mengarang.
Aileen menundukkan kepalanya, ia terdiam karena perkataan Annaya. "Gue minta maaf..." Lirihnya.
Annaya pun tersenyum, "Sans aja, gue gak kenapa-kenapa kok."
"Ah iya kasian tuh Fano nunggu diluar, lo pulang aja bentar lagi bokap sama nyokap gue datang," lanjutnya.
"Hm, iya. Kalau gitu gue pulang dulu yaa, semoga lo cepet sembuh biar nanti bisa ketemu lagi sama Reynaldi." Ucap Aileen mampu membuat senyum Annaya terukir.
Aileen pun melangkahkan kakinya keluar, terlihat Fano sedang berdiri di depan pintu ruangan, Aileen kaget ia takut kalau Fano mendengar pembicaraannya dengan Annaya.
"Fano lo kok berdiri disini?" Tanya Aileen kepada Fano.
"Terus gue harus nunggu dimana? bego kok di pelihara,"
"Ya 'kan dibelah sana ada kursi," ucap Aileen sembari menunjuk ke arah yang terdapat kursi di tempat itu. "Bego kok dipelihara," ucapnya mengikuti Fano.
"Hilih plagiat,"
"Terserah gue dong," ucap Aileen lalu melangkahkan kakinya mendahului Fano, Fano pun mengikutinya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annaya (SUDAH TERBIT)
أدب المراهقين"Kalo kamu gak suka sama aku karena aku itu penyakitan gapapa kok. Karena suatu saat nanti aku gak akan ganggu hidup kamu lagi dan akan pergi dari kamu. Semoga kamu bahagia terus ya, Rey." Ucap Annaya sembari memandang Reynaldi dengan mata yang berk...