[26]

14.4K 871 181
                                    

Annaya bangun dari tidurnya lalu mengubah posisinya menjadi duduk, matanya sembap karena semalaman ia menangis. Satu gelas susu dan satu roti di lapisi coklat sudah terletak di atas meja. Pintu terbuka lebar menampakkan seorang wanita dan pria paruh baya. Adira dan Revan, berjalan mendekati Annaya dan duduk di sebelahnya. Annaya berada di tengah-tengah mereka.

"Annaya, makan dulu roti nya terus minum juga susunya. Kalau nggak mau makan roti, mama udah buatin sayur sup buat kamu," ujar Adira.

"Anna gak— "

"Makan ya sayang," potong Revan.

Annaya pun hanya diam, tatapannya menjadi kosong. Adira yang melihat itu langsung memeluk Annaya dari samping.

"Kalau Annaya pergi, mama sama papa jangan nangis ya. Karena kalau kalian nangis, pasti Anna juga ikut sedih," gumam Annaya tiba-tiba.

"Jangan ngomong kayak gitu! mama yakin kamu pasti sembuh," ujar Adira.

"Anna gak percaya kalau Anna bisa sembuh, buktinya sekarang aku semakin lemah. Berdiri aja gak bisa apalagi jalan," ujar Annaya menatap Adira serius.

***

"Rey, sumpah deh gue heran sama lo. Lo itu 'kan pacarnya Annaya, tapi kenapa sih lo kalau pulang sekolah suka jalan-jalan dulu sama Debby?" ujar Fano kesal.

"Lo gak perlu tau," ujar Reynaldi singkat.

"Gue sepupu lo, Rey. Gue berhak tau atas apa yang terjadi sama lo, sebenarnya lo ada hubungan apa sama Debby?"

"Bokap gue nyuruh gue tunangan sama Debby, gue udah nolak dengan berbagai cara. Tapi tetap aja, mereka bakal tunangin gue sama Debby. Dan gue juga bingung sama hati gue, apa gue itu cinta sama Annaya? atau cuma sekedar kasihan?"

"Ini nih kalau goblok di pelihara pasti gitu," cibir Fano lalu melenggang pergi meninggalkan Reynaldi.

Reynaldi hanya diam, menatap punggung Fano yang makin menjauh. Ia pun bangkit dari duduknya, berjalan menuju rooftop.

Ia menatap langit yang berwarna biru, dan juga gumpalan awan putih. Angin menerpa kulit wajahnya, hingga memberikan ketenangan. Reynaldi jadi teringat akan Annaya, dimana saat ia mendengar bahwa Annaya mempunyai penyakit.

Gue janji, Nay. Gue akan bahagiain lo, batin Reynaldi.

***

"Kak Lio," panggil Annaya kepada Liora yang sedang menonton drakor di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Liora dengan mata yang terus tertuju pada laptopnya.

"Sekarang jam berapa?" ujar Annaya menanya balik.

Liora pun mengecek jam, pada handphonenya, "Jam tiga," ujar Liora.

"Oh," sahut Annaya.

Annaya kembali diam, memejamkan matanya. Ia terus berharap Reynaldi akan datang ke rumahnya. Sekarang jam 3 berarti kurang lebih satu jam lagi, seluruh murid SMA akan pulang. Dan Annaya akan menunggu Reynaldi.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Annaya masih setia menunggu Reynaldi. Mengirim beberapa chat, namun tak kunjung di balas.

Annaya.G.A
Rey, kesini dong please:(
Mksd aku ke rumah aku, aku tunggu ya ♡

Annaya meletakkan ponselnya di tempat semula, yaitu meja.

Annaya (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang