[22]

13K 927 57
                                    

Reynaldi menatap kepada gadis itu dengan tatapan tajam, apalagi rahangnya mengeras. Dan itu semakin membuat gadis yang berada dihadapannya merasa takut.

"LO BISA GAK SIH GAK USAH MANGGIL-MANGGIL GUE DENGAN BILANG MAU BELI CINCIN PERTUNANGAN?!" bentak Reynaldi kepada gadis di hadapannya.

Gadis itu menunduk, menatapnya saja takut apalagi jika dia berucap.

"Lo jauh-jauh dari gue! gue gak akan pernah mau tunangan sama lo,"

"Rey a-aku mohon jangan bentak aku," ujar gadis itu takut.

Reynaldi mengangkat wajah gadis itu, "Gue gak akan bentak lo, kalau lo gak kayak gitu, Debby!"

Ya, gadis itu adalah Debby, gadis yang dijodohkan oleh orang tuanya kepada Reynaldi. Namun Reynaldi sama sekali tidak terima, apalagi dengan tiba-tiba ayahnya Debby dan ayahnya Reynaldi bilang dalam waktu sebulan lagi mereka harus bertunangan.

"Aku cuma lakuin apa yang ayah minta Rey, aku gak bisa nolak keinginan ayah! kamu ngertiin aku dong Rey,"

"Gue gak akan pernah mau ngertiin lo, apalagi sampai tunangan! karena gue udah punya pacar!" ujar Reynaldi.

"Pacar?" beo Debby, dadanya begitu sesak ketika mendengar penuturan dari Reynaldi.

"Kamu punya pacar? si-siapa Rey?" tanya Debby penasaran.

"Annaya, dia pacar gue. Jadi gue mohon sama lo jauhi gue mulai sekarang, dan minta ke bokap lo untuk batalin perjodohan kita!" ujar Reynaldi kemudian melenggang pergi.

Sedangkan Debby diam mematung, air matanya mengalir membasahi pipinya. Ia tidak menyangka kalau Reynaldi menolaknya dan lebih memilih Annaya.

***

Annaya berusaha untuk tidur sedari tadi setelah Fadli pulang, namun entah mengapa ia jadi susah tidur karena masih kepikiran Reynaldi apalagi saat seorang wanita berbicara tentang cincin pertunangan.

"Rey dimana sih? terus cewek tadi siapa? masa iya Reynaldi yang tunangan, 'kan masih SMA," gumam Annaya.

Tiba-tiba pintu kamar Annaya terbuka, menampakkan wanita paruh baya yang membawa segelas susu.

"Sebelum tidur minum susu dulu ya, sayang," ujar Adira lalu menyodorkan segelas susu kepada Annaya, namun Annaya tidak menerimanya. Ia hanya menggeleng pelan.

"Kenapa gak mau?" tanya Adira.

"Anna lagi gak mau aja mah," jawab Annaya.

"Ya udah, kalau gitu sekarang kamu tidur gih. Udah malam," ujar Adira.

"Gak bisa tidur mah," ujar Annaya.

"Mama temenin deh, tapi kamu tidur ya?"

Annaya hanya mengangguk, lalu memejamkan matanya walaupun susah untuk tidur. Tapi tak lama kemudian ia benar-benar sudah masuk ke alam mimpinya, Adira pun mengecup dahi Annaya, setelah itu ia keluar dari kamar Annaya.

***

Pagi ini Annaya dan Adira tengah berada di halaman depan rumahnya.

"Papa hati-hati di jalan," ujar Annaya.

"Iya sayang," ujar Revan lembut.

Annaya (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang