#21

360 52 0
                                    

Hari Itu Terulang, Jauh Lebih Mengerikan

~*~

Sejak pukul 6 sore tadi, rumah duka yang terletak di distrik yang sama dengan rumah keluarga Kim Jae Joon, pria berusia hampir 52 tahun yang wafat beberapa jam lalu, telah disiapkan untuk menampung tamu dan kemudian memproses Jenazah hingga menjadi Abu besok. 

Beberapa karangan bunga sudah berjajar rapi disertai kursi-kursi yang disediakan baik diruang kecil Jenazah ditempatkan, maupun ruang yang lebih besar tempat para tamu bercengkrama sambil menunggu giliran.

Kabar kematian itu beredar cepat hingga beberapa keluarga dan tetangga sudah berada disana hendak menyambut jenazah yang masih diproses di rumah sakit. Tentu penyebar berita itu bukanlah Jisoo, Soobin apalagi Omma mereka yang bahkan tidak terfikir sampai kesana. Itu semua adalah tindakan Seokjin dan sahabat-sahabatnya yang telah berhadir membantu.

Janazah tiba pukul tujuh malam diiringi keluarga duka yang telah berpakaian serba hitam disamping peti mati sambil menatap foto berbingkai menampakkan wajah bahagia penghuninya di dalam sana.

Para tamu bergantian menyampaikan kata terakhir yang sekiranya terlambat diucap, tak lupa memeluk dan menghibur keluarga duka yang ditinggalkan.

Kalau boleh jujur, bagi Jisoo setiap pelukan maupun kata-kata semangat yang ia dengar justru menyayat hati dan perasaannya. Bukan apa atau bagaimana, hal itu seperti tamparan yang mengingatkan kenyataan bahwa "Appa-nya benar-benar tiada".

Walau begitu, Jisoo tetaplah Jisoo. Ia masih mampu mengulas senyum di bibir hati miliknya dan dengan tegar menyambut tamu di ruangan yang lebih besar menggantikan Ibu-nya yang terkulai lemas di ruangan tempat peti mati dan jenazah itu diletak. Omma-nya tak sendiri, ia ditemani kakak ipar-nya, Omma Seokjin.

Jennie, Chaeyoung dan Lisa tampak hadir dan selalu berusaha menemani Jisoo kemanapun ia pergi karena cemas dengan wajah Jisoo yang jelas-jelas pucat.

"Unnie, apa tidak sebaiknya kau istirahat menemani Immo di dalam?" Jennie terus membujuk Jisoo untuk setidaknya istirahat sebentar.

"Aku tak apa. Disini banyak tamu yang datang setidaknya aku ingin mengucapkan terimakasih pada mereka."

"Mereka pasti mengerti Unnie. Kau istitahatlah~"

"Lagian sudah ada Soobin dan Seokjin Oppa Unnie." Tambah Chaeyoung.

"Tidak, aku disini saja"

Bukan tidak mau menemani Omma-nya. Hanya saja berada disana, di dekat peti mati Appa-nya ia tak mau. Ia tak ingin menangis, menampakkan kesedihan dan membuat Omma-nya semakin bersedih pula.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 kst. Banyak tamu sudah pulang termasuk ketiga sahabatnya yang sudah berjanji akan datang besok hingga menyisakan beberapa orang yang datang terlambat atau sengaja ingin bermalam disana.

"Soo-ya, kau juga harus pulang istirahat." Seokjin membujuk Jisoo untuk diantar pulang bersama Omma-nya untuk istirahat dirumah.

"Tidak bisakah aku disini saja Oppa?"

"Kau sangat pucat Sooya. Tunggu, jangan bilang kau belum makan malam?"

Jisoo diam tak menjawab.

"Astaga, ayo kau pulang saja. Biar Soobin yang disini menjaga" Seokjin menarik lengan Jisoo dengan paksa namun masih lembut.

"Tidak, Aku ingin disini. Aku ingin menghabiskan malam terakhirku bersama Appa Oppa~" Jisoo melepaskan tautan tangan Seokjin.

"Baiklah." Seokjin menyerah. "Tapi kau harus makan. Aku akan menyuruh Jungkook membelikan makanan. Nanti kita akan makan bersama" Katanya dan kemudian pergi hendak mengantarkan Omma Jisoo dan Omma-nya sendiri kerumah untuk beristirahat.

Back Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang