#20

413 50 6
                                    

"Jisoo!" Teriak Seokjin sesaat setelah melihat Jisoo masih di depan ruangan dokter bersama seorang lelaki yang tak dikenalinya.

"Oppa~" Jisoo menyambut Seokjin dengan pelukan. Sedangkan Suho kikuk sendiri karena langsung menerima tatapan penuh selidik.

"Maaf, perkenalkan saya Suho teman kampus Jisoo" Seokjin mengiyakan dan sesaat kemudian beralih tak memperdulikannya.

"Soo-ya lihat Oppa." Seokjin melepas pelukan adiknya menatapnya lekat dan menghapus sisa air yang berani-beraninya membasahi pipi putih bersih itu. "Jangan menangis dan ayo sekarang ikut Oppa mengurus administrasi. Samchon harus segera oprasi."

Jisoo menggelengkan kepalanya cepat-cepat setelah mendengar kalimat terakhir sang Oppa.

"Anni, Biayanya mahal Oppa"

"Ssttt..." Seokjin meletakkan telunjuknya tepat dihadapan wajah Jisoo "Itu urusan Oppa Soo-ya"

Suho yang masih berada disana seperti menyatu dengan property rumahsakit, diam dan sekedar menyimak.

"Jangan oppa, Halbeoji nanti marah lagi"

"Disaat begini apa pantas kau masih memikirkan perasaan orang yang kau sebut Halbeoji mu itu Soo-ya?!" Seokjin sedikit meninggikan suaranya tak percaya dengan fikiran adik sepupunya itu.

"Kumohon Oppa~"

" Nuna!" Soobin datang dengan nafas tersengal.

"Wae?"

"Appa mencarimu"

"Appa sudah sadar?" wajah Jisoo seketika berubah cerah. Tak lama setelah Soobin mengangguk, Jisoo langsung berlari menemui Appa-nya.

Untuk Soho, ia memutuskan pulang karena tak ingin dianggap terlalu mencampuri urusan keluraga orang lain.

Saat ini Jisoo, Soobin, Omma mereka serta Seokjin sudah berada di ruang UGD dimana Appanya mendapat pertolongan pertama tadi. Suasana diruangan itu cukup ramai karena perawat dan dokter yang sibuk mondar-mandir menyambut pasien yang datang. Tirai kain adalah satu-satunya penghalang agar membuat setidaknya ruang sekitar 2 x 2 meter itu terasa lebih tenang dari gangguan sekelilingnya.

"Soo-ya, Sobin-aa, maafkan Appa ne?" Kim Jae Joon menatap lirih kedua anaknya. "Appa selalu menyusahkan dan membuat waktu kalian lebih banyak membantu Appa yang tak berguna ini" Appa mereka menangis, menatap dan mengusap tangan kedua anaknya dengan sendu.

"Anniya! Appa jangan bicara begitu. Bersama dengan Appa sudah membuat kami bahagia Appa~" Lirih Jisoo dengan air mata yang mengalir tanpa ia sadari. Perasaannya kalut, firasatnya akan sesuatu yang buruk segera terjadi terus menghantui, sedangkan fikirannya terus berusaha untuk mengelak.

"Bahkan Appa belum sempat mewujudkan mimpi kalian bertemu Halbeoji lagi" Kali ini Appa-nya bicara dengan suara tersedak saking tak kuatnya menahan pilu dan membayangkan penderitaan kedua buah hatinya.

"Appa~" suara Soobin bergetar tak menyanggupi kalimat selanjutnya terlontar. Dengan upaya seadanya, pria ringkih itu berusaha membuka tangan meminta pelukan.

Saat ini kedua anak remaja beranjak deewasa itu seperti bocah balita yang merindukan tidur dipelukan sang Appa. Rambut keduanya diusap lembut dengan tangan lemah yang bergetar dengan sendirinya.

"Soo-ya, Soobin-aa, terimakasih sudah hadir dan menjadi anakku." Jisoo dan Soobin masih betah berada dalam dekapan Appa mereka, dengan tenang dan posisi nyaman mereka hanya mendengar kalimat-demi kalimat yang Appa mereka ucapkan.

Lain halnya dengan seorang yang berada dalam rangkulan Seokjin tak jauh dari keberadaan mereka, wanita itu menangis tanpa suara tak kuat menahan haru menyaksikan detik-detik terakhir kepergian suaminya.

Back Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang