#11

501 58 0
                                    

Langit menggelap melenyapkan semburat jingga yang pergi tanpa permisi. Hujan pelakunya, memaksa langit senja untuk menyerah dan menghadirkan malam tanpa bintang.

Rintihan deras berhasil menghalagi Jisoo untuk segera dapat menemui keluarga tercinta. Orang disekitarnya misuh-misuh merasa kesal dengan hujan yang tak kunjung reda. Sedang ia menangis dalam diam dibalik mantel hujan yang membalut tubuh mungilnya. 

"Bisa geser sedikit nona?" salah seorang meminta Jisoo memberinya lebih banyak ruang untuk tempat bernaung.

Jisoo langsung bergeser tanpa berkutik sedikitpun. Setelah dirasa hujan mereda, Jisoo mengambil langkah keluar dari naungannya dan melanjutkan perjalanan.

.

.

.

"Maaf, benar dengan keluarga  Kim Jae Joon-ssi?" seorang wanita lengkap dengan pakaian putih bersih khas perawat menghampiri keberadaan Jisoo, Soobin dan Choi Soo Young, Omma mereka.

"Ya sus, bagaimana keadaan beliau?" Jawab Soobin spontan berdiri.

"Dokter ingin bertemu wali pasien, silahkan ikuti saya keruangannya"

"Baik sus" Sambar Jisoo langsung berdiri dan melangkah maju  sebelum Soobin menawarkan diri.

"Soobin-aa, Jagalah Omma sebentar" Sambung Jisoo melihat prihatin kearah Omma-nya yang masih lemah karena tadi asmanya sempat kambuh. 

"Baiklah Nuna" Soobin menurut dan kembali duduk merangkul Omma-nya.

Seorang dokter pria paruh baya menyambut kehadiran Jisoo dengan senyuman hangat dan dengan ramah mempersilahkan Jisoo duduk tepat dihadapannya.

"Kau putri Kim Jae Joon-Ssi?"

"Ne. Bagaimana keadaan beliau dok?"

"Saya tak bisa mengatakan beliau baik-baik saja." Dokter itu menghentikan bicaranya dan mengambil amplop besar khas rumah sakit kemudian menunjukkan isinya kehadapan Jisoo.

"Lihat, ada tonjolan di kaki kananya" Jisoo memperhatikan bagian gambar yang dimaksud.

"Kim Jae Joon-Ssi  menderita tumor tulang stadium 3. Saat ini kami belum bisa mengatakan penyebab pastinya. Riwayat kecelakaan yang pernah beliau alami mungkin salah satu indikator hadirnya tumor tersebut." Jelas sang dokter sedang Jisoo berusaha tegar dengan apa yang barusan di dengarnya.

"Nak?" 

"Maaf Dok." Jisoo menarik nafas panjang dan berusaha menegakkan tubuhya. "Kalau begitu apa yang bisa dilakukan dok?"

"Saya anjurkan untuk tindakan operasi pengangkatan tulang. Mungkin butuh biaya yang besar namun itulah langkah terbaik."

"...."

"Jika tidak, kita bisa mencoba dengan kemoterapi dan rawat jalan" sambung sang dokter.

"Baik dok, akan saya diskusikan terlebih dulu dengan keluarga saya."

"Baiklah kami tunggu konfirmasinya nak." jawab dokter itu mengerti keadaan Jisoo. Jisoo hanya mangangguk dan keluar dari ruangan.

Kakinya bergetar sepanjang perjalanan kembali dari ruangan dokter tadi. Kalimat demi kalimat yang barusan ia dengar benar-benar menyesakan hingga terasa seperti pisau yang menusuk relung hatinya.

Keadaannya terlalu lemah kalau harus langsung kembali menemui adik dan Omma-nya sekarang. Jisoo memutuskan pergi ke toilet untuk menguatkan diri dan memperbaiki raut wajahnya. 

Keahlian Jisoo untuk terus menjadi dewasa sebelum waktunya diasah keras sejak kejadian tiga tahun lalu menimpa keluarganya. 

Sebelum kejadian tiga tahun lalu, kehidupan keluarga Jisoo benar-benar hangat dan berkecukupan walau sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang pegawai pos dan ibunya seperti sekarang, menerima jahitan dari orang-orang.

Back Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang