Kejadian pahit dan sulit dilupakan tadi belum sepenuhnya melengkapi dan menutup rangkaian cerita malam ulang tahun Jisoo. Malam itu terasa gelap dan dingin, bintang maupun bulan semua menghilang ditutup mendung yang secara halus menurunkan rintihan airnya.
Keluarga Jisoo pulang bersama dengan kekecewaan. Jisoo kecil tak tahu persis apa yang telah terjadi dan dialami orang tuanya. Ia hanya bisa diam dan memperhatikan orang tuanya yang juga diam. Rasanya hujan benar-benar mewakili perasaan sendu keluarga Jisoo malam itu.
Paman Jisoo sebenarnya sudah menawarkan tumpangan agar mereka bisa diantar, karena memang sejak tadipun sudah tampak petanda hujan akan turun. Namun ayahnya menolak dengan alasan tak mungkin acara itu ditinggalkan oleh kakaknya yang menjadi poin utama acara malam itu.
"Appa, dingin" Soobin memecah keheningan dan memeluk Appa-nya yang berada disampingnya. Appa Jisoo yang baru tersadar dari lamunan langsung memindahkan Soobin ke pangkuannya, menyelimuti dan memeluknya dalam jaket tebal yang Appa Jisoo pakai.
"Jisoo-ya, kau kedinginan?" Kali ini Omma Jisso yang bersuara, mengkhawatirkan putri sulungnya yang gagal merayakan hari ulang tahun sesuai yang diharapkan.
"Tidak Omma, apa Omma kedinginan? Mau Jisoo peluk?" Jisoo kembali bertanya dengan polosnya sembari membentangkan tangan hendak memeluk. Mungkin hanya ini yang dapat Jisoo lakukan sekarang untuk orangtuanya yang menurutnya sedang sedih.
Omma Jisoo hanya menjawab dengan anggukan yang langsung disambut dengan pelukan antar keduanya.
"Maaf Jisoo-ya, Kau bahkan harus menangis di hari ulang tahunmu" Suara Omma Jisoo bergetar sembari tangannya mengusap lembut pucuk kepala Jisoo. Tak bisa dipungkiri bahwa ia benar-benar menyesal membuat putri kecilnya kecewa bahkan sampai bersedih.
Sontak Jisoo mengangkat kepalanya menatap wajah Omma-nya yang basah karena air mata. "Anni Omma! Aku menangis karena bahagia bertemu halbeoji" Jisoo menghapus airmata itu dengan tangan mungilnya. "Omma jangan menangis."
Omma Jisoo mengangguk dan berusaha tersenyum untuk meyakini ucapan anaknya yang sedang berbohong itu. Bisa dikatakan tindakan Jisoo justru lebih menyakiti perasaannya saat ini. Bagaimana mungkin seorang anak kecil dapat mengerti dan memahami situasi seperti ini?
Jisoo dan keluarganya turun di pemberhentian sebelum pemberhentian yang sebenarnya. Saat itu hujan masih turun walau memang tidak terlalu deras. Hanya saja, udara dingin benar-benar tidak dapat diajak kompromi saat ini.
Mereka sedikit berjalan menuju salah satu toko kue dan membeli kue ulang tahun berlumur coklat sesuai kesukaan Jisoo. Kemudian berlanjut membeli tas bergambar One Piece sebagai hadiah ulang tahunnya.
Sesampainya dirumah setelah berjalan kaki ditemani gerimis tipis sekitar 500 meter karena memang bus yang dinaiki tadi adalah bus terakhir, mereka pun langsung mengganti pakaian sebelum akhirnya merayakan ulang tahun Jisoo yag ke-7 malam itu.
#Flashback off
"Setidaknya berkahir mengesankan walau sederhana" gerutu Jisoo sambil tersenyum saat hendak mengakhiri ingatannya kala mengenang kejadian beberapa tahun lalu setiap kali hujan turun dan menemani langkah kakinya.
Siapapun yang megalami hal serupa layaknya yang Jisoo alami, mungkin memilih menghilangkan ingatan buruk dan hanya mengingat hal baik saja apalagi di hari ulang tahunnya. Namun Jisoo tak pernah ada niatan sedetikpunpun untuk melupakan momen pada hari itu karena itu kali pertama dan terakhir ia bertemu langsung dengan sosok Halbeoji yang diimpikannya.
Jisoo hanya menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat "Hhhhh, Aku merindukanmu Halbeoji"
~.~
KAMU SEDANG MEMBACA
Back Away [END]
FanfictionCinta terlalu rumit untuk dijelasakan dengan kata-kata. Bahkan kita sendiri sering ragu, apakah ini cinta? atau hanya perasaan suka? Terkadang hanya melihatnya tersenyum atau tertawa sudah cukup, meskipun bukan kita penyebabnya. Tak jarang juga kit...