#22

385 55 0
                                    

Musim berganti. 

Dedaunan yang lalu telah membeku, memunculkan lagi pucuk-pucuk baru. Harum udara segar, tak dingin maupun terlalu panas merasuk kedalam tubuh layaknya mengobati luka yang mengering bekas pahatan musim lalu.

Jisoo menjalani harinya seperti sedia kala, masih sibuk dengan jadwal dan tugas yang menumpuk. Hanya saja kegiatan paginya seperti hampa oleh karena sang Appa yang biasa ia rawat telah tiada. Itu saja, selebihnya sama.

Beberapa hari lalu kegiatan Bakti Sosial yang direncanakan bidangnya pun telah sukses terlaksana. Sungguh lega, setidaknya ia sudah bertanggung jawab atas jabatan yang baru pertama kali didapuknya itu.

Kini hanya tersisa satu program yang dilaksanakan jika ada bencana atau kabar duka alias kondisional. Tentu, tidak satupun yang berharap program itu berjalan lagi bukan?

Untuk hubungannya dengan Taehyung, bisa dikatakan semakin sangat tidak baik-baik saja. Sikap dinginnya bahkan sering kali membuat Jisoo sakit hati.

Sebut saja saat setiap kali Jisoo bicara dalam rapat untuk membahas kegiatan mereka, seringkali Taehyung mengkritik dengan pedas atau bahkan menolak mentah-mentah setiap pendapatnya.

Belum lagi setiap Jisoo ingin diskusi tentang kesalahannya atau meminta persetujuan berkas yang memang butuh tanda tangannya sebagai ketua BEM yang bertanggung jawab, selalu saja Taehyung tak menghiraukannya bahkan sebelum ia bicara. Hingga akhirnya mengharuskan Suho turun tangan.

"Aku tak tahu harus apa dan bagaimana lagi. Sebelumnya aku berharap bisa dengan sendirinya memahami dan kemudian melupakannya. Tapi kenapa sekarang begini? Aku tak mengerti Jennie-ya" Jisoo menumpahkan segala sesak dalam dadanya kala Jennie terus-terusan menyodorkan pertanyaan khawatir dan menyudutkan.

Jennie terlalu peka untuk tidak merasakan sesuatu yang berbeda dari Unnie kesayangannya itu, dan memang siapapun dapat melihat jelas Jisoo tidak baik-baik saja dari raut wajah cantiknya yang tak secerah dulu.

Beberapa dari mereka mungkin berfikirpenyebabnya adalah masih tentang kematian ayahnya ya walau memang ada benarnya. Mana mungkin juga Jisoo lupa secepat itu. Sebagian lain berfikir karena ia terlalu lelah belajar dan bekerja. Tapi Jennie tahu ada yang lebih dari itu.

"Unnie, apa aku salah kalau mengatakan kau jatuh cinta padanya" Jisoo menggeleng sembari menahan tangis yang dengan baik ia kendalikan.

"Aku tak salah lihat? Apa kau sedang mengaku telah mencintainya Unnie?"

"Kurasa aku memang gila,akupun sebenarnya tak mengerti. Tapi sejak ucapan kalian dulu dan sikapnya yang seperti ini membuat fikiranku belakangan menjadi kacau Jen"

"Jujur, aku tak tahu harus mengatakan apa karena akupun merasa bersalah" Jennie tahu masa lalu Jisoo sejak beberapa waktu setelah mereka bersahabat. Ia menyesal karena membuat sahabatnya mengulang kembali kisah pahit itu.

#Flashback On

Jisoo yang saat itu masih berada di tingkat dua sekolah menengah atas sedang berada di tengah kerumunan seusai pulang sekolah besama pria tampan yang berlutut manis dihadapannya.

"Soo-ya, apa kau mau berkencan denganku?" kata pria itu membuat pipi Jisoo memerah apalagi ditambah sorakan dan siulan menggoda dari teman-temannya disekitar. Rasanya Jisoo ingin kabur dan menyembunyikan wajahnya itu dibalik bantal kemudian berteriak sekuat-kuatnya disana.

"Taeyong-ah, bangunlah aku malu" kata Jisoo sama-samar namun masih dapat di dengar lelaki itu sambil berusaha mengangkat tubuh yang jauh lebih berat darinya.

"Anni, jawab dulu pertanyaanku" Taeyong masih berlutut dan kini memasang wajah penuh harap yang meluluh lantakkan hati seorang Kim Jisoo.

Taeyong, lelaki yang mengajaknya berkencan itu adalah teman dekatnya di kelas. Taeyong dan Jisoo dikenal sebagai murid yang pintar, berbakat dan baik dalam berteman, hingga guru sampai kepala sekolah mendapuk mereka sebagai murid teladan dan menjadi role mode untuk sekolah mereka tahun itu.

Back Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang