Warm feeling (6)

7.1K 970 63
                                    

"Ja.. Kita sudah sampai" Johnny memarkirkan mobilnya di depan pintu gedung apartemen Ten.

"Terimakasih untuk hari ini John" Ten tersenyum manis pada Johnny. Johnny menatap Ten, dia merasa sungguh bahagia hari ini. Hatinya terasa menghangat sendiri. Tunggu, hatinya?? Entahlah pokoknya ia merasa rongga dadanya menghangat. Hati yang menghangat sendiri… Apa mungkin… apa mungkin ini yang namanya Cinta? Lagipula sejak kapan hati vampir bisa menghangat?

"Hmm john?" Ten memecah keheningan. Membangunkan Johnny dari lamunannya.
"Ah maaf" Johnny menundukkan wajahnya, merasa malu.

"Terimakasih juga sudah mau aku ajak jalan-jalan. Hari ini aku sangat senang bisa menghabiskan waktuku dengan kalian" Johnny mengangkat wajahnya dan menatap Ten.
Ten tersenyum kembali.
"Kami juga sangat senang hari ini" ucap Ten tulus.

Kemudian mereka berdua terdiam.
Ten menatap Johnny dengan lembut. Entah mengapa hatinya terasa menghangat saat menatap Johnny.
Sementara itu Johnny terus memperhatikan wajah Ten. Menikmati setiap jengkal wajah indah Ten. Mata cantiknya, hidungnya yang tinggi, bibir tipis yang tersenyum manis. Johnny menggerakkan tangannya, bermaksud untuk membelai wajah Ten. Sebelum…

"Pa... Hiks.. " Johnny dan Ten tersentak dan pandangan mereka langsung tertuju pada Mark yang tadi tertidur dalam pelukan Ten.
"Kenapa sayang?" Tanya Ten lembut.
"Ini... Ini ga enak. Tenglokan malk ga enak… aus.. Hiks" Mark menunjuk nunjuk tenggorokannya.
"Malk mau da-uhm" Ten membekap mulut Mark sebelum Mark menyelesaikan kalimatnya.

Johnny menatap Ten heran.
"Hehe.." Ten tertawa canggung pada Johnny "Bentar ya Mark. Kita udah sampai rumah kok. Turun dulu yuk nanti minum dirumah" hampir saja Mark bilang ia mau darah.
"Aku dan Mark masuk dulu ya John" Ucap Ten segera melepas seatbelt dan membuka pintu mobil.

"Sampai ketemu lagi" Ucap Ten buru buru sembari membuka pintu belakang mobil untuk mengambil tas miliknya .
"Biar aku bantu bawakan Tasnya" Johnny menawarkan saat Ten tampak kesulitan mencoba membawa Tas sembari menggendong Mark.
"Tidak perlu John. Aku bisa" Ten berusaha menolak. Johnny segera keluar dari mobil dan menghampiri Ten lalu mengambil tas milik Ten.
"Ini berat Ten. Biar aku bantu dan antar kalian sampe depan pintu" Ten menyerah dan akhirnya menurut.

"Aus… hiks" Mark terus menangis saat mereka berada di dalam lift.
"Bentar ya sayang. Sebentar lagi sampe rumah"
Ten terus berusaha menenangkan Mark.

Johnny melihat ke dalam tas Ten. "Ini ada jus tomat. Mark mau minum jus tomat dulu?" Johnny menawarkan pada Mark. Mark hanya diam menangis.
"Ah iya. Ada Jus tomat. Papa lupa" Ten mengambil Jus tomat dari tangan Johnny. Mengocok jus tersebut sebentar dan kemudian lift berhenti di lantai apartemen Ten.

"Bisa tolong tusukkan sedotannya?" Pinta Ten pada Johnny setelah keluar dari lift. Johnny mengambil Jus dari tangan Ten saat Ten mulai memasukkan kode pintu apartemennya.

"Ini Jusnya" Johnny menyodorkan jus tomat pada Ten. Mark masih terisak dalam pelukan Ten.
Dahi Johnny berkerut. Ia mencium bau darah dari… jus Mark?

Johnny menatap Ten yang langsung menyodorkan sedotan pada mulut Mark dan kemudian memeluk erat Mark. Memposisikan kepala Mark menghadap leher Ten.

"Terimakasih John" ucap Ten tersenyum saat Mark berhenti menangis dan mulai minum jusnya.
"Kami masuk dulu ya... Sampai ketemu lain waktu" ucap Ten mengambil tasnya yang ada pada Johnny dengan tangan kanan sementara tangan kirinya masih menggendong Mark, lalu ia buru buru masuk dan meninggalkan Johnny di depan pintu sendirian.

Johnny masih bingung. Ia sepertinya mencium bau darah dari Jus mark. Tapi tidak mungkin Mark minum darah. Atau mungkin Johnny haus dan karena Jus tomat Mark berwarna merah Johnny jadi menginginkan darah dan berhalusinasi mencium baunya?

[END] Heart of Immortal [JohnTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang